IMBCNEWS – Jakarta – Rusia melancarkan serangan rudal besar-besaran, ke ibukota Kyiv, Kamis malam (6/3), agaknya memanfaatkan kebijakan Presiden Amerika Serikat Presiden Donald Trump untuk membekukan bantuan militernya.
Serangan tersebut merusak infrastruktur energi dan gas Ukraina, dan meningkatkan tekanan pada Kyiv saat Presiden AS Donald Trump berupaya mengakhiri perang dengan cepat.
Hal itu lah yang dikuatirkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, kenapa ia enggan berdamai dengan Rusia seperti yang didesak oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump agar mau menerima gencatan senjata.
Trump sejak saat nyapres pada Pilpres lalu dalam salah satu janji kampanyenya berobsesi mencarikan solusi perang di Ukraina yang berawal dari invasi Rusia pada 24 Feb. 2022 atau sudah berjalan tiga tahun.
Namun alih-alih menerima usulan Trump, kedua pemimpin negara itu malah bersitegang dalam pertemuan di Gedung Putih, Washington DC, 7 Maret lalu.
Mulai dari kebiasaan Zelenskyy yang tidak mengenakan jas saat bertemu dengan Presiden Trump yang didampingi Wapres JD Vance di Gedung Putih,AS (7/3) berujung pengusirannya dalam pertemuan itu.
Sebelum melangkah ke Ruang Oval – lokasi pertemuan – saat ditanya pers kenapa Zelenskyy tidak mengenakan jas di venue simbol tertinggi di AS tu, ia menjawab: “Nanti setelah perang usai, saya akan membeli jas, bisa yang lebih mahal atau lebih murah dari yang anda pakai.
JD Vance dalam pertemua itu juga mengritik Zelenskyy yang dikatakannya tidak pernah berterima kasih atas aliran pesenjtaan yang diberikan AS untuk berparang melawan Rusia selama ini dan selayaknya sebagai tamu, sikap yang ditunjukannya denga menyatakan ketidaksepahamanya secara tebuka di depan pers.
Zelenskyy sendiri memang tidk pernah mengenakan pakaian resmi saat menyambut atau menjadi tamu kepala negara lain selama perang di negaranya sebagai rasa prihatin untuk serdadunya yang sedang menyabung nyawa menghadapi gempuran mesin perang raksasa Rusia.
Merespons serangan terbaru rudal Rusia tersebut, Zelenskyy mentgatakan, langkah pertama untuk membangun perdamaian sejati seharusnya memaksa satu-satunya sumber perang ini, yakni Rusia, untuk menghentikan serangan semacam itu.
Ukraina melaporkan bahwa Rusia telah menembakkan 67 rudal dan 194 drone dalam serangan itu , 34 rudal dan 100 pesawat nirawak berhasil ditembak jatuh.
Memang bertolak belakang, upaya gencatan senjata yang sedang dirancang, diwarnai dengan serangan udara besar besaran terhadap lawan. (imbcnews/theo/sumber diolah :BBC)