IMBCNEWS – JAKARTA – DI TENGAH masa sulit perang menghadapi Israel dan sekaligus Amerika Serikat saat ini, Iran memerlukan bantuan kongkrit dari negara-negara sahabatnya seperti Rusia dan China.
Presiden Rusia Vladimir Putin memang mengecam serangan terhadap Iran yang disebutnya sebagai tindakan tidak beralasan yang tak dapat dibenarkan, tetapi tidak memberikan bantuan konkret ke Teheran.
”Agresi yang sama sekali tidak beralasan terhadap Iran tak dapat dibenarkan,” ujar Putin dalam pernyataan yang disiarkan TV saat membuka pertemuan dengan Menlu Iran Abbas Araghchi, seperti dilaporkan AFP, Senin (23/6).
Putin tidak secara eksplisit menyebut AS sebagai pelaku serangan, kecuali hanya merujuk secara umum pada “serangan terhadap Iran” walau sebelumnya pada hari yang sama, Kremlin menyatakan kecaman atas tindakan militer AS.
“Telah terjadi peningkatan ketegangan baru di kawasan. Kami mengecam hal ini dan menyampaikan penyesalan yang mendalam,” kata jubir Kremlin Dmitry Peskov kepada pers sesaat sebelum pertemuan Putin dan Araghchi.
Ketidakketegasan Rusia untuk memberikan dukungan nyata pada Iran dalam perang melawan Israel dan AS kemungkinan karena negara Beruang Merah itu sedang repot mengurusi perangnya di Ukraina yang menguras tenaga, anggaran dan kekuatan militernya.
AS hancurkan situs nuklir Iran
AS menggunakan tujuh pesawat pengebom siluman B-2 Spirit AU AS menyerang tiga situs nuklir utama Iran yakni Fordo, Natanz dan Isfahan, Sabtu (21/6), sedangkan Israel dengan supremasi udaranya, leluasa membombardir sejumlah pangkalan udara dan infrastruktur militer Iran.
Sebaliknya, Iran juga terus menghujani sejumlah kota di Israel dengan rudal rudal balistiknya ang sebagian lolos dari sergapan sistem pertahanan udara berlapis Israel yakni Iron Dome, David Sling’s dan Arrow.
Bahkan Iran juga meluncurkan sembilan rudal balistik ke pangkalan udara AS di Ubeid, Qatar, Senin (23/6) walau hanya satu yang berhasil lolos, jatuh di sasaran tanpa menimbulkan kerusakan berarti, selebihnya dicegat di atas laut.
Sikap Rusia hingga kini belum menunjukkan keberpihakan tegas terhadap Iran, bahkan setelah serangan yang dilancarkan AS terhadap tiga situs nuklir Iran pada akhir pekan lalu.
Dalam pertemuan dengan Araghchi, Putin menyebutkan bahwa Rusia akan berusaha membantu rakyat Iran, tetapi tidak merinci bentuk bantuan apa yang dimaksud.
Sebaliknya, Araghchi menyambut hangat pernyataan Putin dan menggambarkan Rusia sebagai mitra dan sahabat bagi Teheran.
“Hubungan kami dengan Moskwa sangat dekat dan telah berlangsung lama,” ujar Araghchi.
Ia juga menambahkan bahwa Iran sedang berjuang mempertahankan kedaulatannya yang sah terhadap agresi.
Belum tampak
Sejauh ini Rusia belum menunjukkan niat, apalagi komitmen pemberian bantuan militer secara terbuka kepada Teheran, Putin sebelumnya baru mengajukan diri sebagai mediator dalam konflik Iran-Israel, namun ditolak oleh Presiden AS Donald Trump.
Meskipun Rusia dan Iran menandatangani perjanjian kemitraan strategis beberapa bulan lalu, Moskwa menegaskan bahwa perjanjian itu bukanlah bentuk pakta pertahanan bersama.
Ketika ditanya mengenai dukungan yang mungkin diberikan Rusia, Peskov hanya menjawab, semua tergantung pada kebutuhan Iran.
“Kami sudah menawarkan jasa mediasi kami,” ucapnya. Peskov juga menekankan, serangan AS terhadap Iran tidak akan memengaruhi hubungan bilateral Moskwa dengan Washington.
“Itu masalah yang berbeda,” kata dia. Adapun Putin sendiri menyatakan, Iran belum secara resmi meminta bantuan dari Rusia.
Sementara Presiden Trump setelah mengomentari serangan Iran ke pangkalan AU-nya di Qatar sebagai aksi balasan atas penghancuran tiga situs nuklir Iran, Sabtu lalu, seolah-olah “ngledek” malah berterima kasih karena pihak Iran sudah memperingatkan lebih dulu sebelum melakukan aksinya.
“Aksi kami menghancurkan situs nuklir Iran direspons sangat lemah oleh mereka dan kami berterima kasih mereka memberitahukannya terlebih dulu sehingga tidak ada korban, “ kata Trump di akun X-nya.
Trump di kesempatan berbeda menyebutkan, Iran dan Israel bakal segera melakukan gencatan senjata, walau pihak Iran menyangkalnya dan para jenderalnya bertekad untuk terus berperang sepanjang musuh masih menyerang
Retorika perang biasanya terus berkumandang jika belum ada tanda-tanda salah satu pihak merasa bakal kalah, dikalahkan atau mengalah.
Sebaliknya, setelah ada yang merasa bakal kalah, atau kedua pihak sudah merasa lelah, retorika perdamaian biasanya baru, mulai muncul. (imbcnews/Theo/AFP/seumber diolah/ns)