Depok-IMBCNews- “Allah senang mengampuni hamba-Nya yang berbuat kesalahan, seperti orangtua yang senang melihat anaknya pulang,” demikian kesimpulan kuliah tujuh menit di Masjid Puri Bali, Depok, Jawa Barat, pada malam keenam Ramadan 1446 hijriah.
Kuliah tujuh menit atau biasa disingkat kultum adalah ceramah rutin di Masjid Puri Bali setiap selesai salat Isya, menjelang dimulainya salat tarawih.
Selain kultum, di bulan Ramadan di Masjid Puri Bali juga ada ceramah bakda subuh. Siraman rohani bakda salat Isya dan Subuh adalah komitmen Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Puri
Bali dalam menyemarakkan bulan suci Ramadan.
Di malam keenam, kultum Tarawih disampaikan oleh Qaris Tajudin Lc. MM. Di awal ceramahnya, Qaris mengutip surat Al-Mudatsir ayat 56 yang sebelumnya dibaca oleh Imam Masjid Puri Bali Ustad Zainul Akmal di rakaat kedua salat Isya.
Dalam ayat tersebut Allah menyebut diri-Nya sebagai Ahlul Maghfirah, yang berarti Dzat yang selalu ingin memberikan ampunan.
Keinginan Allah SWT untuk mengampuni hamba-Nya ini melebihi keinginan hamba-
Nya untuk meminta pengampunan. Hal ini sejalan dengan salah satu sabda Nabi SAW yang menggambarkan betapa bahagianya Allah SWT saat memberikan ampunan dan taubat kepada hamba-Nya yang meminta.
“Sungguh, Allah itu lebih gembira dengan tobat hamba-Nya ketika ia bertobat kepada-Nya, daripada gembiranya seseorang dari kalian yang berada di atas kendaraannya di suatu tanah yang luas, lalu kendaraannya itu kabur darinya, sedangkan di situ ada makanan dan minumannya, sehingga ia pun berputus-asa.
Kemudian ia mendatangi sebuah pohon dan berbaring di bawah naungannya, sedang
hatinya sudah berputus asa untuk mendapatkan lagi kendaraannya tersebut.
Tiba-tiba, saat ia dalam keadaan demikian, maka kendaraannya itu tampak berdiri di sisinya, lalu ia mengambil ikatnya.
Oleh sebab sangat gembiranya maka ia berkata, ‘Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah tuhan-Mu’ Ia salah ucap karena terlalu
gembira.'” (HR. Bukhari)
Itulah kenapa Allah SWT memberikan begitu banyak kesempatan istimewa kepada para hamba-Nya untuk bertobat dan meminta ampun. Termasuk di antaranya sepertiga akhir di bulan Ramadan.
Meski ada waktu-waktu yang istimewa untuk bertobat dan beristighfar, saat terbaik untuk meminta ampunan-Nya adalah sesegera mungkin setelah kesalahan dilakukan.
“Meski di sepertiga malam adalah waktu yang mustajab untuk meminta ampunan,
namun jika kita melakukan kesalahan di pagi hari, jangan menunggu malam. Segera beristighfar kapanpun kita menyadarinya,” ujar Qaris Tajudin pada ceramahnya. (*)