IMBCNEWS – JAKARTA – PM MONGOLIA Luvsannamsrai Oyun-Erdene (44) mundur dari jabatannya akibat kehilangan dukungan parlemen dan dihantam kritik publik atas gaya hidup mewah putranya yang viral di media sosial.
Langkah pengunduran diri diumumkan Selasa (3/6) seperti dilaporkan al-Jazeera selang sehari setelah parlemen Mongolia menggelar pemungutan suara terkait mosi tidak percaya yang diajukan terhadap Oyun-Erdene.
Dari total 126 anggota parlemen, hanya 44 yang menyatakan dukungan, jauh di bawah ambang batas mayoritas yang diperlukan agar Oyun-Ordene tetap menjabat. “Pemerintah tidak lagi memiliki kekuatan untuk memimpin,” ujar Oyun-Erdene, seraya menyampaikan kebanggaannya telah bisa mengabdi kepada rakyat Mongolia.
Tekanan terhadap Oyun-Erdene semakin kuat setelah gaya hidup putranya menjadi sorotan. Unggahan di medsos memuat pertunangan mewah anaknya yang berusia 23 tahun termasuk menyewa hotel kelas atas dan penggunaan barang-barang bermerek, menyulut gelombang kemarahan rakyat di tengah himpitan ekonomi.
Warga Mongolia mempertanyakan sumber kekayaan Oyun-Erdene yang selama ini mengaku berasal dari latar belakang keluarga sederhana di pedesaan.
“Tanpa sumber penghasilan yang jelas, gaya hidup mereka, dari tas mewah, helikopter pribadi, hingga pesta eksklusif, terasa penistaan terhadap rakyat,” ujar Amina (nama samaran), warga Mongolia.
Menurut Amina, ketimpangan sosial-ekonomi di Mongolia semakin terasa nyata ketika para pemimpin negara justru terlihat hidup bermewah mewah.
“Banyak warga harus menyisihkan hampir separuh penghasilan hanya untuk membayar pajak. Biaya hidup melonjak, dan orang-orang kini hidup dari utang ke utang,” tambahnya.
Mosi Tidak Percaya
Koalisi tiga partai pendukung Oyun-Erdene yang berkuasa sejak 2021 runtuh setelah muncul mosi tidak percaya parlemen yang lalu berujung krisis politik.
Namun seorang pakar Mongolia di Universitas Mannheim di Jerman Julian Dierkes mengatakan ia tidak menduga ada penerus yang akan mengambil kebijakan yang jauh berbeda dari Oyun-Erdene, termasuk terkait isu korupsi.
Dierkes mengatakan bahwa penggulingan Oyun-Erdene mungkin mengindikasikan kebangkitan kembali politik faksional di partainya setelah bertahun-tahun relatif stabil. Koalisi terdiri dari Partai Rakyat Mongolia dan dua partai oposisi terbentuk tahun lalu yang terpaksa bekerja sama setelah hasil pemilu sebelumnya tak mencapai mayoritas suara mutlak pada partai penguasa.
Namun, skandal gaya hidup mewah keluarga perdana menteri membuat sejumlah anggota koalisi ikut mendesak pengunduran dirinya.
Situasi ini memuncak dalam bentuk aksi unjuk rasa selama dua pekan di ibu kota Ulan Bator, dengan mayoritas peserta berasal dari generasi muda.
Aksi protes tersebut mewakili kekecewaan rakyat terhadap para pejabat yang dinilai abai terhadap realitas hidup masyarakat luas.
Mongolia, negara di Asia Timur berpenduduk 3,7 juta jiwa yang terkurung daratan dengan sistem semi presidensial berbentuk republik konstitusional, berbatasan dengan Rusia di sebelah utara, dan Tiongkok di selatan.
“Vox Populi Vox Dei” (Suara Rakyat adalah Suara Tuhan), sehingga jika rakyat merasa dihianati, penguasa harus lengser dari singgasananya. (imbcnews/Theo/sumber diolah: Al-Jazeera)