IMBCNEWS – JAKARTA – TABRAKAN galaksi Andromeda dan Bimasakti dalam sistem Tata Surya adalah adalah peristiwa astronomi yang diperkirakan bakal terjadi sekitar 4,5 miliar tahun lagi walau teori ini dipatahkan oleh teori lainnya.
Galaksi adalah sistem raksasa Tata Surya yang terikat gravitasi, terdiri dari miliaran bintang, gas, debu, dan materi gelap berbagai bentuk seperti spiral, elips atau tak beraturan yang disatukan oleh gaya gravitasi.
Saat ini, menurut laporan AFP, seperti dikutip kompas.com (6/6) Bima Sakti, galaksi tempat Bumi dan Andromeda berada terus saling mendekat dengan kecepatan sekitar 100 kilometer per detik. Kedua galaksi yang berisi triliunan bintang, akan bertabrakan dan membentuk galaksi baru berukuran lebih besar, yang kemudian disebut Milkdromeda atau Milkomeda.
Bintang-bintang di kedua galaksi akan terdampak oleh tabrakan ini dan kemungkinan akan terlempar ke orbit baru di sekitar pusat galaksi yang baru bergabung.
Meskipun demikian, kemungkinan tata surya akan terlempar keluar dari galaksi sangat kecil, dan tidak akan berdampak buruk pada Matahari atau planet-planet lainnya.
Sedangan permukaan Bumi akan menjadi terlalu panas untuk keberadaan air, karena peningkatan luminositas Matahari secara bertahap, yang akan mengakhiri seluruh kehidupan di Bumi.
Kecil kemungkinannya
Sebaliknya, penelitian terbaru yang dipublikasikan di jurnal Nature Astronomy, menunjukkan, kecil kemungkinan Bima Sakti akan betabrakan dengan Andromeda seperti yang selama ini diperkirakan.
“Pernyataan tentang kehancuran galaksi kita yang akan datang tampaknya sangat berlebihan,” tulis para peneliti dalam laporan yang dilakukan tim astrofisikawan int’l dipimpin Till Sawala dari Universitas Helsinki (2/6).
Mereka mengerjakan lebih dari 100.000 simulasi komputer menggunakan data terbaru dari teleskop luar angkasa.
Hasilnya, hanya setengah dari skenario simulasi yang menunjukkan bahwa Bima Sakti dan Andromeda akan bertabrakan dalam 10 miliar tahun ke depan.
“Ini seperti melempar koin,” kata Sawala kepada AFP. Meski demikian, dia menambahkan bahwa tetap ada kemungkinan tabrakan antara kedua galaksi dalam lima miliar tahun ke depan meski potensinya sangat kecil.
Saling mendekat
Menurut simulasi terbaru yang mereka lakukan, yang lebih mungkin terjadi adalah kedua galaksi akan saling mendekati pada jarak sangat dekat (kurang dari 500.000 tahun cahaya tanpa benar-benar bertabrakan. Dalam skenario tertentu, gaya gravitasi dari materi gelap akan menarik keduanya untuk akhirnya bertabrakan.
Kehidupan Bumi lebih dulu musnah, sehingga tabrakan diperkirakan baru akan terjadi dalam delapan miliar tahun ke depan, jauh setelah matahari kehabisan bahan bakar dan Bumi menjadi tidak layak huni.
Pasalnya, matahari diperkirakan akan memusnahkan semua kehidupan di Bumi dalam satu miliar tahun ke depan karena sengatan panasnya akan meningkat yang membuat Bumi menjadi sangat panas.
Empat miliar tahun kemudian atau lima miliar tahun dari sekarang, matahari diperkirakan akan mati karena kehabisan bahan bakar hidrogen. Walaupun kabar ini terdengar penting, para ilmuwan menilai dampaknya tidak langsung dirasakan umat manusia.
Metode mutakhir
Studi menekankan, hasil baru bukan berarti prediksi sebelumnya salah. Sebaliknya, penelitian ini menggunakan data lebih mutakhir dan menimbang berbagai aspek lain.
“Kita mungkin memiliki ikatan emosional terhadap apa yang terjadi setelah kita tiada,” ujar Sawala.
Tabrakan antara galaksi Bimasakti dan Andromeda akan terjadi sekitar 4 miliar tahun lagi, namun yang terjadi tidaklah seperti bayangan kita yakni akan menimbulkan kehancuran dan bintang bintang menjadi berantakan.
Tabrakan antara dua galaksi justru menghasilkan penggabungan antara keduanya yang membentuk sebuah galaksi ellips. Itulah yang diperkirakan akan terjadi dengan Bimasakti dan Andromeda saat keduanya bertabrakan.
Ketika tabrakan yang kemudian menghasilkan galaksi ellips itu terjadi, bintang-bintang di dalam kedua galaksi itu diperkirakan tidak akan saling bertabrakan.
Di dalam galaksi Andromeda ada setidaknya 1 triliun bintang dan di Bimasakti 300 miliar bintang, jarak satu bintang ke bintang lain itu cukup jauh.
Jarak terdekat Matahari dan bintang 4,2 tahun cahaya. Meskipun di area pusat galaksi kerapatan bintang cukup tinggi, tapi jarak antar bintang masih jauh sehingga ketika terjadi tabrakan antar galaksi, bintang-bintang di dalamnya tidak akan bertabrakan, tetapi menyatu.
Matahari yang menjadi raksasa merah akan mengisi langit seperti yang tampak dari bumi di mana topografi Bumi yang sudah meleleh menjadi lava.
Simulasi tabrakan antara Andromeda dan Bimasakti tidak saja menunjukkan kalau bintang-bintang tidak akan bertabrakan tapi juga menunjukkan jika Matahari dan planet-planetnya tidak akan berada di ambang kehancuran.
Yang terjadi adalah Matahari dan planet-planetnya akan tersapu menjauhi pusat galaksi tiga kali lebih jauh dari lokasinya sekarang atau sekitar 100.000 tahun cahaya dari pusat galaksi.
Matahari akan menempati posisi barunya di area terluar galaksi baru gabungan Andromeda-Bimasakti. Di tempat ini Tata Surya akan aman dari si lubang hitam supermasif kembar yang ada di pusat galaksi.
Bumi aman-aman saja
Bagaimana dengan Bumi dan kehidupan di dalamnya? Kalau hanya berdasarkan tabrakan antar galaksi maka Bumi akan aman-aman saja.
Tapi sebelum tabrakan Andromeda – Bimasakti terjadi, Matahari akan memasuki tahap evolusi berikutya yang menyebabkan Bumi sudah tidak lagi nyaman bagi kehidupan.
Artinya pada saat itu, Bumi sudah menjadi planet yang sangat panas yang tidak lagi dapat mempertahankan air dalam wujud cair di permukaannya.
Tidak hanya itu, ketika Matahari mengembang menjadi raksasa merah, ada kemungkinan Bumi akan ditelan masuk ke dalam atmosfer Matahari.
Pada saat itu Bumi akan mengalami tabrakan dengan partikel-partikel gas. Orbitnya akan menyusut dan ia akan bergerak spiral kedalam.
Itulah akhir dari kisah perjalanan Bumi dan kehidupan di dalamnya didasarkan hitung-hitungan ilmiah, namun bagi umat beragama, rahasia dan hak prerogatif Allah yang menentukan seluruh alam semesta. (imbcnews/Theo/sumber diolah: AFP/kompas.com/ns)