IMBCNEWS – Jakarta – Dinas Rahasia Amerika Serikat (CIA) kembali melontarkan kecurigaan bahwa kebocoran lab di China “lebih mungkin” jadi penyebab menyebarnya Covid-19 ketimbang penularan dari hewan.
Kecurigaan tersebut, seperti dilaporkan CNBC (26/1) dilontarkan oleh Direktur CIA, John Ratcliffe yang baru diangkat dalam masa pemerintahan jilid dua Presiden AS Donald Trump yang dilantik 20 Januari lalu.
Ratcliffe yang pada periode pertama kepemimpinan Presiden Trump (2017 – 2021) menjabat Direktur Intelijen Nasional pada 2020 sampai 2021 mengaku, prioritas utamanya ialah untuk meneliti asal-usul Covid-19.
Dalam wawancara dengan media sayap kanan Breitbart, Ratcliffe menegaskan bahwa CIA akan mengambil langkah tegas dalam menyelidiki asal-usul pandemi Covid-19.
“CIA tidak akan berdiam diri,” ujarnya, sambil mengungkapkan keyakinannya bahwa Covid-19 bocor dari Institut Virologi Wuhan.
Dalam pernyataan resmi yang dirilis, Sabtu (25/1), seorang juru bicara CIA menyatakan, “CIA menilai dengan tingkat keyakinan lemah berdasarkan lapoan yang tersedia, asal-usul pandemi Covid-19 lebih mungkin berasal dari proses penelitian ketimbang dari alam. Namun, juru bicara tersebut menambahkan bahwa CIA masih menganggap skenario asal-usul yang terkait penelitian maupun alam sebagai kemungkinan yang masuk akal. Temuan baru Menurut seorang pejabat AS kepada AFP, perubahan sikap CIA didasarkan pada analisis baru atas data intelijen yang ada. Investigasi tersebut diperintahkan oleh Direktur CIA sebelumnya, William Burns, dan telah selesai sebelum Ratcliffe menjabat pekan ini. |
Langkah CIA ini menambah perdebatan di kalangan komunitas intelijen AS. Beberapa lembaga seperti Biro Investigasi Federal (FBI) dan Departemen Energi mendukung teori kebocoran laboratorium, meskipun dengan tingkat keyakinan yang berbeda.
Di sisi lain, sebagian besar elemen komunitas intelijen AS cenderung mendukung teori asal-usul alami.
Pendukung teori kebocoran laboratorium menyoroti fakta, kasus pertama Cocid-19 yang diketahui muncul di Wuhan, China.
Kota ini dikenal sebagai pusat penelitian virus corona utama, dan letaknya sekitar 1.600 kilometer dari populasi kelelawar terdekat yang membawa virus SARS serupa.
Teori ini pertama kali muncul pada awal pandemi, tetapi menjadi bahan perdebatan sengit karena kurangnya bukti konklusif.
Sementara itu, pemerintah China terus membantah keras tuduhan bahwa virus tersebut berasal dari laboratorium di Wuhan dan menuding Amerika Serikat mencoba mempolitisasi pandemi.
Dengan pernyataan terbaru CIA ini, tekanan terhadap China untuk memberikan akses lebih besar kepada komunitas int’l untuk menyelidiki asal-usul pandemi agakya bakal meningkat.
Namun, di tengah berbagai pandangan yang berbeda di komunitas intelijen, pertanyaan tentang bagaimana pandemi ini bermula tetap menjadi teka-teki global.
Menurut catatan, tim Badan Kesehatan Dunia PBB sudah melakukan investigasi ke China, termasuk kota pelabuhan Wuhan yang diduga merupakan awal penyebaran Covid-19 yang dengan cepat berkembang menjadi pandemi global.
Sekitar 6,92 juta korban Covid-19 di 200-an negara di dunia tewas, 765,2 juta terpapar, yang terbanyak AS, disusul Perancis dan India yang menjadi pandemi global sejak awal 2020 sampai Juni 2023.
Saling tuding
Di awal merebaknya Covid-19 dari kota Wuhan, China terjadi saling tuding antara antara AS di bawah Presiden Donald Trump yang bertemperamen “meledakledak” dan pemerintah China
Trump menuding pemerintah China telah berbuat kesalahan dan mencoba menutup-nutupi penyebaran virus corona baru (SARS-CoV-2) penyebab Covid-19 yang kemudian menjadi pandemi global.
“Saya kira mereka telah melakukan kesalahan mengerikan, namun tidak mengaku, “ kata Trump saat itu, sementara Menlu AS Mike Pompeo juga mengklaim, pihaknya memiliki sejumlah bukti, virus corona muncul dari lab milik pemerintah China di Wuhan.
AS tengah menyusun laporan terinci, namun intelijen negeri Paman Sam itu justeru menyimpulkan sebaliknya, virus corona bukan ciptaan manusia, walau bisa jadi akibat kebocoran di suatu suatu laboratorium.
Sebelumnya AS dan Australia telah memimpin seruan int’l terhadap China untuk melakukan investigasi independen tentang asal-usul virus corona dan penyebarannya hingga kemudian menjadi pandemi global.
China di bawah tekanan internasional cukup keras yang memintanya untuk lebih terbuka terkait isu Covid-19 dan seruan terus digaungkan agar otoritas negara tirai bambu itu menunjukkan akuntabilitasnya.
Sebaliknya Jubir Kementerian LN China, Zhao Lijian mengutip laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, tidak ada bukti–bukti yang mengindikasikan, Covid-19 diproduksi di laboratorium di Wuhan.
Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menegaskan, tidak ada bukti yang menyebutkan, virus dibuat di laboratorium China,” kata Zhao seperti dikutip CNN (16 April ‘20).
Menurut dia, sejumlah epidemiolog terkemuka semula memang ada yang mempercayai teori-teori bahwa virus menyebar akibat kebocoran di laboratorium Wuhan, namun semua terbantahkan.
“China jelas tidak bersalah. Virus adalah persoalan ilmiah yang harus didalami oleh para ilmuwan dan ahli medis,” ujarnya.
Investigasi secara ilmiah sampai tuntas harus dilakukan, sehingga anggapan tudingan tersebut dipoltisasi bisa terbantahkan imbcnews/Theo/sumber diolah; CNBC).