IMBCNews – Jakarta – SEJAUH ini belum ada titik temu antara pihak Indonesia dan Amerika Serikat terkait negosiasi tarif tinggi impor baru yang dikenakan terhadap sejumlah negara oleh Presiden AS Donald Trump 2 April lalu.
“Pemerintah masih akan melanjutkan tahap negosiasi ke tingkat teknis. Belum ada kesimpulan, proses negosiasi tarif terus berlanjut, “ kata Menko Perekonomian Erlangga Hartarto dalam jumpa pers di Jakarta (25/4).
Indonesia yang dikenakan kenaikan tarif impor AS menjadi 32 persen menempuh jalur perundingan, berbeda dengan China dan beberapa negara yang langsung membalasnya dengan kenaikan tarif sehingga memicu perang.
China yang pertama kali dikenai tarif baru sampai 36 persen meradang, langsung meretaliasi dengan kenaikan sama, namun Trump menaikkan lagi sampai 125 persen, dibalas lagi oleh China, lalu dinaikkan lagi oleh AS sampai 245 persen.
Perkembangan terakhir, China membatalkan pembelian 50-an unit pesawat penumpang Boeing-B737 dari AS yang harg per unitnya (tergantung variannya) sekitar 90 juta dolar AS (sekitar Rp1,39 triliun).
Sementara Airlangga Hartarto pekan lalu diutus pemerintah RI untuk memimpin delegasi pemerintah RI menemui sejumlah pejabat tinggi AS a.l perwakilan Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat (USTR) Jamieson Greer, Secretary of Commerce Howard Lutnick, Secretary of Treasury Scott Bessent, dan Director of the National Economic Council Kevin Hassett.
Dalam pertemuan itu ia menyodorkan lima manfaat untuk menjadi bahan pertimbangan AS dalam negosiasi tarif untuk mewujudkan kerjasama perdagangan yang adil, dan fair.
Pertama, menjaga ketahanan energi nasional. Kedua, memperjuangkan akses pasar ke AS, dengan tarif kompetitif bagi produk ekspor Indonesia.
Ketiga, deregulasi untuk mendorong kemudahan usaha dan penciptaan lapangan kerja. Keempat, kerja sama rantai pasok industri strategis dan critical minerals dan kelima, akses teknologi di bidang kesehatan, pertanian, dan energi terbarukan.
Positif
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang ikut dalam delegasi RI menyebut respons AS terhadap proposal Indonesia cukup positif.
Untuk selanjutnya, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, ia akan melakukan “studi banding” dengan Menkeu berbagai negara dalam upaya merespons tarif timbal balik impor yang ditetapkan oleh AS itu.
Studi banding bakal ia lakukan dengan membandingkan catatan (compare notes) dengan para menkeu negara lain tentang bagaimana pendekatan yang dilakukan untuk bernegosiasi dengan AS.
Menurut Sri Mulyani, hal itu bisa dilakukan lantaran saat ini para menkeu berbagai negara sedang mengikuti pertemuan G20 dan IMF Spring Meeting di AS.
Para menkeu juga disebut ingin mencari solusi bersama untuk negosiasi tarif agar ada kepastian perdagangan global.
“Dalam kesempatan ini pun, saya karena ini adalah dalam rangka juga pertemuan G20 dan Spring Meeting, melakukan perbandingan dengan sejumlah menkeu untuk menanyakan proses ‘engagement’ dengan AS,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers secara daring dari Washington DC, AS, Jumat (25/4).
“Ini bertujuan supaya pada akhirnya akan ada solusi komprehensif sehingga bisa mengakhiri ketidakkepastian dunia yang menyebabkan pelemahan perekonomian global yang pada gilirannya merugikan seluruh negara,” tegasnya.
Para menkeu tidak ingin ada resesi global yang berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat masing-masing.
“Jadi ajang Spring Meeting ini juga bisa bersama-sama dimanaatkan untuk menurunkan tensi ketegangan dan juga untuk mencapai berbagai pemahaman bersama,” ungkap Sri Mulyani.
Negosiasi agaknya merupakan jalan terbaik untuk mencari solusi kebijakan tarif oleh AS, karena retaliasi atau aksi balas-membalas hanya bakal tidak ada habisnya, apalagi hanya bisa dilakukan negara yang merasa kuat. (imbc/Theo/sumber diolah)