Bentrok Sesama Aparat
IMBCNews – Jakarta – Bentrok antara (oknum) TNI dan Polri, antarsesama TNI satu atau lain matra (AD, AU, AL) merupakan perbuatan anomali yang selain menganggu ketertiban umum, merusak soliditas aparat negara dan juga memalukan di mata internasional karena kejadian semacam itu amat langka di negara-negara lainya.
Kasus teranyar, sejumlah anggota TNI menyerang Mapolres Tarakan, Kalimantan Utara (Kaltara), diduga dipicu pengeroyokan oleh sejumlah oknum polisi terhadap anggota TNI, Sabtu (22/2).
Pangdam VI/Mulawarman Mayje TNI Rudy Rachmat (26/2) mengemukakan, insiden berawal dari pengeroyokan terhadap anggota Yonif 614/Raja Pandhita (RJP) oleh lima personel Polres Tarakan.
Perkara itu sempat dimediasi Polres Tarakan dengan Yonif 614/RJP, di mana anggota Polres Tarakan yang terlibat akan memberikan biaya pengobatan Rp 10 juta kepada korban, namun janji tersebut tidak kunjung direalisasikan.
Belakangan, sekitar 20 anggota anggota Yonif 614/RJP menyambangi Mapolres Tarakan, Senin (24/2) sekitar pukul 23.30 Wita untuk mencari lima anggota polisi yang terlibat pengeroyokan.
Aksi spontan itu diikuti pelemparan batu sehingga enam angota polisi terluka dan sejumlah kaca jendela dan pintu Pos Jaga serta Mapolres Tarakan pecah.
Hary memastikan Polda Kaltara dan Kodam Mulawarman bekerja sama menyelesaikan permasalahan ini dan memastikan TNI dan Polri tetap solid.
“Intinya masalah ini tidak mengganggu soliditas kami di dalam membangun negara kita,” tegas Hary.
Bentrokan akibat berbagai pemicu, misalnya soal perempuan, “beking membeking” , anggota TNI yang tidak mau ditegur karena pelanggaran lalu lintas, senggolan kendaaan atau soal remeh temeh lainnya.
Kasus lainnya Bentrok Sesama Aparat
Pada 14 April 2024 terjadi bentrok antara personel satuan Brimob Polri dan prajurit Marinir Pertahanan dan Pangkalan XIV Sorong, gegara anggota Brimob tanpa seragam yang berada di ruang tunggu Pelabuhan Pelindo IV, Kota Sorong ditegur oleh mairinir yang bertugas.
Perkelahian terjadi saat anggota Brimob yang sedang mengantarkan anggota keluarganya itu tidak diterima ditegur saat ia ikut naik ke kapal yang jelas-jelas dilarang.
Aksi baku pukul berlanjut setelah anggota Brimob menghubungi rekan kesatuannya bergabung ke pelabuhan sehingga memicu bentrokan antara kedua kesatuan. Lima anggota marinir dan enam anggota Brimob terluka.
Sementara itu, sejumlah anggota Yonif 756/WMS menyerang Kepolisian Resor (Polres) Jayawijaya, Papua Pegunungan, 2 Maret 2024, merusak kaca jendela Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polres Jayawijaya.
Insiden berawal dari kesalahpahaman sebelumnya di lapangan futsal Wamena, namun Kapendam III Letkol Inf Candra Kurniawan tak berkomentar banyak mengenai motifnya.
Kejadian lainn, satu kompi oknum TNI melempari ruangan Propam Polres Jeneponto, Sulsel menggunakan batu dan bom molotov, 27 April 2023 dini hari.
Dampak dari kejadian tersebut, seorang personil Polres Jeneponto, bernama Bripka Musmuliadi terkena luka tembak pada bagian perut.
Kabag Ops Polres Jeneponto A. Halim mengungkapkan, serangan bom molotov mengenai ruang SeksI Propam Polres Jeneponto dan Mesjid Asy Syurti.
Para pelaku melempari Mapolres Jeneponto dengan batu serta beberapa kali terdengar tembakan dari para pelaku penyerangan.
Gegara laga futsal Bentrok Sesama Aparat
Sedangkan bentrokan antara oknum TNI dan Polri terjadi usai laga final futsal di Gor Oepoi Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, 19 April 2024 antara Tim Polda NTT dan tim P dan K Kab. Sowe, sedangkan anggota Denpom IX/Kupang bertugas menjaga keamanan.
Bentrokan berawal saat laga mulai memanas karena tim P dan K unggul 5-4, lalu seorang pendukung tim Polda NTT turun ke lapangan meloncati tribun, sedangkan anggota Denpom IX/Kupang dituduh menyerang oknum Polri ketika tengah berusaha mendinginkan suasana.
Pada saat yang bersamaan, petugas pengamanan dan Denpom IX/Kupang tiba-tiba diserang dari belakang, diduga oleh salah oknum Polri, pendukung tim Polda NTT.
Pos Polisi Kanaan, di Jl. Sudirman, Kel.Nunleu, dan sebuah sepeda motor dinas polisi dibakar, sementara satu mobil milik Polsek Oebobo yang sedang diparkir di pos polisi ikut jadi sasaran amukan. Empat anggota Polri terluka.
Sejumlah fasilitas hingga markas polisi di Makassar, Sulsel menjadi sasaran amuk sejumlah OTK pada Kamis malam, 13 dan 14 April 2023 dini hari WITA.
Peristiwa ini menyebabkan jatuh korban satu orang dari pihak warga yang dikeroyok OTK hingga terluka dan kritis di rumah sakit.
Setelah dilakukan pengusutan, ternyata OTK perusakan fasilitas Polri mulai dari kendaraan dinas, pos lalu lintas, masjid dan kantor polisi itu diduga anggota TNI.
Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Mokhamad Ngajib menuturkan penyebab terjadi perusakan fasilitas polisi itu karena adanya kesalahpahaman antara personel TNI dan Polri.
Bentrok di THM Bentrok Sesama Apara
Keributan antara personel TNI terjadi di Tempat Hiburan Malam Leko, Jl, Baru Dompak, Kota Tanjungpinang, Kep. Riau (23/2) dini hari menewaskan satu personel TNI AL, Serda D yang bertugas di Koarmada I Tanjungpinang.
Korban dinyatakan meninggal akibat tusukan senjata tajam yang belakangan diketahui adalah personel TNI AD berinisial Prada YHS, yang bertugas di Yonif 136 Tuah Sakti.
Empat personel Koarmada lainnya juga mengalami luka akibat perkelahian tersebut, sementara Kapendam I/Bukit Barisan, Kolonel Inf Doddy Yudha membenarkan peristiwa tersebut.
Perkelahian demi perkelahian terus terjadi antara sesama aparat keamanan atau dengan aparat penegak hukum, namun motifnya biasanya cukup disebut “akibat salah paham”.
Nalarnya saja sudah terbalik. Perkelahian hanya gegara masalah-masalah sepele saja sudah merupakan cerminan rentannya soliditas.
Jika saja atasan berjenjang, mulai dari tingkat regu, peleton,kompi, batalyon, polsek, polres, polda, kodim, korem sampai kodam melakukan pengawasan dengan baik, tentu kasus-kasus yang memalukan itu tak terjadi.
Sudah waktunya, TNI dan Polri bebenah, tidak cukup berkilah-kilah, tetapi menuntaskan kasus kasus bentrok sesama atau antarkesatuan dalam perspektif leih luas.
Kata-kata klise seperti “cuma salah paham”, “kami tetap solid”, “situasi sudah kembali kondusif” atau dilakukan “pesta damai” dengan joget-joget bersama atau acara dangdut, tidak cukup. (imbcnews/Theo/sumber diolah)\