BUKITTINGGI kota sejarah yang lekat dengan nuansa religius dan budaya kuat Minangkabau, kini menghadapi ancaman serius yang mengusik ketenteraman sosial, peredaran narkoba yang kian merajalela. Di tanah kelahiran Proklamator Mohammad Hatta ini, nyaris tak ada waktu tanpa kabar penggerebekan atau penangkapan terkait kasus narkotika.
Meski dikenal sebagai salah satu pusat pendidikan Islam dan budaya adat di Sumatera Barat, Bukittinggi kini disinyalir menjadi salah satu daerah transit utama bagi peredaran narkoba di wilayah Sumatera.
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Sumatera Barat, Brigjen Pol DR Riki Yanuarfi SH, MSi, menyebutkan bahwa Sumbar bukan hanya menjadi tempat tujuan pengguna narkoba, tetapi juga simpul penting dalam jalur distribusi ke provinsi tetangga seperti Riau, Jambi, dan Sumatera Utara.
“Geografis Sumatera Barat, yang berada di jantung Pulau Sumatera, membuatnya sangat strategis bagi jaringan pengedar narkoba,” ujar Riki saat diwawancarai pada Selasa, 20 Mei 2025.
Kepala BNNP Sumbar Brigjen Pol Dr. Riki Yanuarfi.,SH,.MSi
Ia menambahkan bahwa modus operandi para pelaku makin rapi dan tersembunyi, menyusup ke tengah masyarakat, bahkan hingga ke pelosok yang jauh dari pengawasan aparat. Bukittinggi, dengan statusnya sebagai kota kecil yang padat dan kosmopolitan, menjadi titik rawan yang harus diwaspadai.
Lebih mengkhawatirkan lagi, target utama dari para pengedar ini adalah empat kelompok rentan, kalangan remaja dan pelajar, mahasiswa, pekerja informal seperti sopir dan buruh harian, serta komunitas hiburan malam.
“Remaja dan mahasiswa adalah kelompok yang paling rentan karena masih berada dalam fase pencarian jati diri. Sementara para pekerja sektor informal dan komunitas malam juga tak luput dari incaran, terutama untuk narkoba jenis sintetis seperti sabu dan ekstasi,” ungkap Riki.
Meski upaya pemberantasan terus dilakukan, keberadaan Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Bukittinggi masih sebatas harapan.
Padahal, menurut banyak pihak, termasuk tokoh masyarakat dan pengamat sosial, kehadiran BNNK sangat krusial agar penanganan bisa lebih cepat dan dekat dengan masyarakat.
Tulisan IMBCNews.com yang terbit pada 14 Mei 2025 lalu juga menggarisbawahi pentingnya peran pemerintah Kota Bukittinggi dalam memfasilitasi pembentukan BNNK di daerah ini.
Tanpa dukungan politik dan anggaran dari pemko, upaya pemberantasan bisa timpang dan kalah cepat dari gerak para pengedar.
“Ini bukan lagi soal kriminal semata, tapi menyangkut masa depan generasi muda Minangkabau. Kalau tak segera ditangani secara struktural dan sistematis, kita bisa kehilangan satu generasi akibat narkoba,” tegas Riki yang juga merupakan putra asli Bukittinggi.
Masyarakat Sumbar, yang selama ini dikenal memiliki benteng adat dan agama yang kuat, kini dihadapkan pada tantangan besar.
Perlu sinergi antara pemerintah, aparat penegak hukum, tokoh adat, agama, dan masyarakat sipil untuk mengembalikan marwah Bukittinggi sebagai kota pendidikan dan perlawanan, bukan kota persinggahan narkotika.
Bukittinggi harus kembali menjadi simbol kebangkitan, bukan ladang subur bagi kejahatan terorganisir.
Penulis: Alex.jr
(IMBCNews.com/Bukittinggi)