IMBCNews, Jakarta | Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) terkena sanksi dari FIFA akibat perilaku diskriminatif suporter pecinta Timnas. PSSI didenda Rp400 juta dan pengurangan 15 persen kursi untuk pertandingan berikutnya.
Komite Eksekutif PSSI Arya Sinulingga menjelaskan hal itu. “PSSI didenda Rp400 juta dan harus mengurangi 15 persen kursi yang tersedia untuk pertandingan berikutnya,” katanya di Jakarta, pada Ahad.
Sanksi tersebut, tambah Arya, akibat perilaku diskriminatif suporter, saat Timnas Indonesia menjalani laga penting pada kualifikasi Piala Dunia 2026 melawan Bahrain, Maret silam.
Pengamat sepak bola, Muhamad Kusnaeni, sebagaimana dikutip dari aplikasi pesan singkat yang diterima pewarta, pada Ahad, meminta agar PSSI untuk lebih serius menangani fanatisme suporter Tim Nasional Indonesia.
Menurut Kusnaedi sangat penting bagi PSSI memperhatikan saksi denda dan pengurangan jumlah penonton yang dijatuhkan FIFA belum lama ini. “Jangan dianggap remeh. Apalagi sanksi itu diabaikan,” kata dan harap Kusnaeni.
Lebih lanjut ia mengemukakan, fenomena fanatisme suporter Indonesia sudah menjadi perhatian dunia. “Sebagian besar pecinta sepak bola di berbagai belahan dunia kini mengenal sepak bola Indonesia karena fanatisme suporternya,” jelas dia.
Ia menambahkan bahwa fanatisme itu berisiko menjadi bumerang jika tidak dikelola dengan baik. Tanda-tanda fanatisme yang mulai kebablasan sebenarnya sudah bisa dideteksi dari aktivitas para suporter di media social; Di mana, sering terjadi aksi dan reaksi berlebihan dalam merespons berbagai isu terkait tim nasional mau pun klub.
Untuk langkah nyata, Kusnaeni menilai pentingnya dilakukan edukasi berkelanjutan.
“Kuatkan dan terus-menerus lakukan edukasi dengan bantuan para pemain mau pun figur-figur publik yang punya pengaruh positif,” tambah sosok yang akrab disapa Bung Kus itu.
“Ada sebagian pendukung timnas yang tergolong belum lama menjadi suporter fanatik. Kelompok seperti ini biasanya belum memiliki pemahaman yang cukup tentang cara menyalurkan fanatisme mereka,” ucapnya.
Lain itu, PSSI juga diharapkan lebih banyak berkomunikasi dengan simpul-simpul kelompok suporter. Pendekatan langsung ini dinilai penting untuk membangun hubungan yang lebih erat dan memahami dinamika di dalam komunitas suporter.
Pada akhirnya, Kusnaeni mengingatkan bahwa penggemar fanatik adalah aset penting bagi tim nasional dan sepak bola Indonesia secara keseluruhan. PSSI perlu merawat dan mengelola fanatisme ini agar bisa menjadi kekuatan positif, bukan sebaliknya. (Sumber: Antara/diolah)