| by Asyaro G Kahean
Diri ini terdaftar pada potensi siklus kerugian
Dalam putaran waktu yang tersumpahkan
Pada geliat rindu yang mestinya terbukakan
Seakan di sana ada hiburan;
Namun bisa jadi diri tersungkurkan
Karena hati, dapat saja terperangkap kemusyrikan
Karena lidah, terkadang pandai berkilah pembenaran
Karena tindak dan laku, terkadang jauhi tuntunan kebenaran
Dan peluang yang haqiqi, sering jadi bagian terabaikan
Demi putaran waktu yang merugikan
Alam fana tak sekadar senda gurau dan permainan
Akankah kilah-kilah pembenaran bertahtakan intan berlian?
Sedangkan usia kita, kian terkurangkan
Akibat sisa kefanaan yang terus tekan dan menekan
Demi putaran waktu yang merugikan
Alam fana tak hanya untuk senda gurau dan permainan
Bilakah tuntunan lebih berharga dari pada intan berlian?
Sedangkan usia kita, kini masih terus mengingatkan
Dalam sisa kefanaan yang juga terus menyadarkan
Karena diri ini, sungguh punya peluang;
Menghempaskan berbagai hal yang merugikan
Dalam putaran waktu yang tersumpahkan
Ada geliat rindu yang mesti terbukakan
Agar yang seakan tersungkurkan menjadi penuh kesyukuran
Sehingga bekunya kalbu terluluh-lantahkan;
Agar seluruh jiwa memasuki wilayah kebenaran
Sedangkan tindak dan laku;
Tak lagi bercuap untuk sekadar pembenaran
Demi putaran waktu yang merugikan
Alam fana tak sekadar senda gurau dan permainan
Pada geliat rindu ada yang mesti terbukakan
Hingga keabadian terjelmakan di akal pikiran;
Dalam peran menguatkan hati beserta tindakan
Duhai
Bilakah kepandaian tiba?
Hingga diri mampu berada di perahu pengecualian;
Sedangkan usia kita, masih terus mengingatkan
Pada sisa-sisa kefanaan, usia memahamkan adanya samudera tuntunan
Oh
Diri ini, nyata-nyata tertitah agar menghempaskan kerugian
Dengan upaya memasuki perahu pengecualian lagi bertuntunan
Bersama, kita diajak arungi samudera;
Dengan empat bahtera yang tiada terpisah-pisahkan;
Dalam gerak jiwa dan raga mestilah bersamaan
Dalam geliat rindu yang kian terbukakan
Pada kelindan waktu, agar jiwa kian terkuatkan;
Di arena lajunya sisa-sisa usia yang istiqamah
Berbenah dan merawat bahtera keabadian bagi jiwa:
Alladziina Aamanu
wa ‘amilush shalihati
wa tawa shaubil haqqi
wa tawa shaubish shabri
Shadaqallahul ‘azhim….
—-puisi@gk—-
BEKASI UTARA 12052013
edisi REVISI