Artikel: H Anwar Abbas *]
Setelah kita usai mendengar debat capres dan cawapres beberapa waktu lalu, sekarang masalahnya tergantung kepada kita selaku rakyat dan warga negara Indonesia. Kita yang punya hak pilih, tentu menentukan siapa dari 3 pasangan calon (paslon) presiden-wakil presiden yang mesti kita pilih.
Waktu yang tersisa bagi kita untuk merenung hanya tinggal beberapa jam lagi. Karena, pada tanggal 14 Pebruari 2024 ini, kita akan berbondong-bondong ke tempat pemungutan suara (TPS), untuk memilih salah satu paslon yang akan kita percaya memimpin bangsa ini untuk masa 5 tahun ke depan. Pertanyaan, kita sekarang sebagai warga bangsa yang punya hak pilih; Apakah yang akan kita jadikan sebagai dasar dalam memilih?
Kita melihat, ada beberapa dasar yang akan menjadi acuan oleh saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air dalam memilih. Pertama, ikut-ikutan; Di mana, mereka akan memilih paslon yang dipilih dapat saja beralasan rasa tidak enak dengan teman-temannya dan atau saudara-saudaranya dan atau dengan atasannya.


Kedua, loyalitas. Karena, mereka senang dan loyal kepada paslon tersebut maka mereka memilihnya tanpa harus menalar dan mempertimbangkan baik dan buruknya dampak yang akan terjadi bila paslon tersebut yang mereka pilih.
Ketiga, pragmatisme: di mana mereka akan memilih paslon tersebut jika paslon tersebut dapat memberi keuntungan tidak seberapa kepada mereka, misalnya mereka nanti bisa jadi ini dan atau jadi itu dan dapat ini atau dapat itu. Atau, misalkan mereka hanya dapat uang Rp50 ribu atau Rp100 sampai 300 ribu saja dan lain-lain.
Keempat, idiologis: di mana mereka akan memilih calon yang memang menurut mereka karena paslon yang mereka pilih akan mampu melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya; Sesuai dengan amanat konstitusi yaitu melindungi, mencerdaskan dan mensejahterakan rakyat; Serta mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa di mata dunia. Karena paslon yang dipilihnya diharapkan akan bisa membuat negara kita mampu untuk duduk sama rendah dan tegak sama tinggi dengan bangsa-bangsa dan negara-negara lain di dunia. Sehingga, negara kita bisa menjadi negara dan bangsa yang mampu ikut secara aktif dalam menciptakan ketertiban dunia.
Di sinilah masalah kita hari ini. Dan sekarang ini, hidup adalah memilih. Bila saja kita salah dalam memilih paslon yang ada misalnya, maka yang akan menanggung deritanya tidak hanya kita sendiri saja tetapi juga sebagian besar rakyat yang ada di negeri ini; Terutama mereka yang ada dilapis bawah yang jumlahnya sangat besar. Sedang mereka ini sehari-harinya masih bergelut dengan kefakiran dan kemiskinan yang melilitnya.
Oleh karena itu, kita sebagai rakyat yang punya hak pilih harus kritis dan tahu siapa di antara tiga paslon capres-cawapres tersebut yang tampaknya lebih berpihak kepada para pemilik kapital ketimbang kepada rakyat banyak. Dan siapa pula dari paslon-paslon tersebut yang keberpihakannya kepada kepentingan rakyat dan masyarakat lapis bawah dan jauh lebih jelas dan tegas dalam upaya meningkatkan taraf hidup rakyat kecil hingga kelak lebih berdaya.
Hal memilih ini demikian penting kita ketahui. Dan memilih hendaknya kita jadikan sebagai dasar agar kesenjangan sosial-ekonomi di negeri ini tidak semakin tajam. Karena, kalau keadaan masih seperti hari ini yang terus berlanjut, di mana yang kaya semakin kaya sementara dan yang miskin masih saja sulit untuk memperbaiki nasibnya; Maka, tentu kecemburuan sosial akan semakin membesar dan membesar.
Karena kecemburuan sosial yang membesar, sehingga bila ada api terpercik yang menyulut kemarahan rakyat, tentu mudah bangunan bangsa yang kita dirikan dan rawat secara bersusah-payah akan berubah menjadi lautan api amarah yang sangat kita takuti. Dan kita, tentu saja tidak mau jika konflik sosial antar rakyat dan bangsa sendiri terjadi di negara yang kita cintai.
Oleh karenanya, marilah kita lebih bijaksana dalam memilih paslon presiden-wakil presiden dengan tujuan agar ke depan harkat dan martabat rakyat dan bangsa kita lebih meningkat derajatnya di mata bangsa-bangsa di dunia.
Semoga bermanfaat
]* H. Anwar Abbas, Wakil Ketua Umum MUI.