IMBCNews, Karawang | Pada 2022 hingga 2024 tanaman padi sawah di Desa Tegalsawah, Karawang Timur Kabupaten Karawang, mencapai puluhan hektar yang gagal panen, akibat terserang hama tanaman, antara lain serangan tikus. Guna mencegah gagal panen disebabkan serangan tikus, salah satu ikhtiar pemdes memasang 20 unit Rumah Burung Hantu (Rubuha).
H Sariman, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sumbertani Tegalsawah pernah mengeluh gagal panen, akibat hama tikus pada tahun lalu. “Sekitar dua hektar ludes dalam semalam. Padahal buah padinya lumayan bagus-bagus. Saya hanya tinggal menunggu padinya kuning semua. Paling seminggu lagi akan kita panen, namun tidak jadi panen karena padinya habis dalam semalaman,” kata dia kepada IMBCNews, di kios pupuk dan obat-obatan khusus pertanian di Tegalsawah.
Sariman, hanyalah salah satu contoh kasus gagal panen akibat hama tikus. Diperkirakan, pada tahun lalu tanaman padi rusak hingga hasil panen tidak mencapai target yang diharapkan, di Desa Tegalsawah, mencapai 20-an hektare. Begitu juga yang terjadi di desa lain dan kecamatan lain, antaranya di Desa Pasirawi Kecamatan Rawamerta. Tanaman padinya rusak mencapai 40-an hektare; Sedangkan hampir 25 hektar tercatat di dinas terkait pada 2024 gagal panen, akibat serangan tikus.
Untuk mengantisipasi serangan hama tikus, Pemerintah Desa Tegalsawah telah memutuskan dilakukannya pemasangan Rubuha, tiap 5 hektar sawah dipasangi 1 unit. Kepala Desa H Ade Kardiatna mengaku bahwa untuk pembuatan, pemasangan hingga pengelolaan Rubuha telah dipercayakan kepada Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Ketua: Ramlansyah, SE.
“Pokoknya mah, Pemdes Tegalsawah sudah mengucurkan anggaran ketahanan pangan ke BUMDes sebesar Rp143.5 juta, diambil dari Dana Desa tahap 1, Tahun 2025. Peruntukannya 20 unit Rubuha, kemudian modal usaha ternak, dan juga pebuatan jamur sulpa,” jelas Ade Kardiatna.
Ketua BUMDes Ramlansyah saat ditemui IMBCNews di Kantor Desa Tegalsawah, Selasa pekan lalu, mengatakan bahwa pihaknya telah menyelesaikan pemasangan 20 unit Rubuha di area persawanan yang ada di desanya. Pemasangan setiap 1 unit Rubuha dipastikannya mampu menjangkau radius 5 hektaran.
“Dengan pemasangan rubuha, ia berharap, ke depan gangguan hama tikus tidak semasif tahun-tahun yang lalu. Sehingga sangat memungkinkan, hasil panen padi petani Tegalsawah akan mampu mencapai target sesuai yang diharapkan,” ungkap Ramlan.
Lebih lanjut ia menjelaskan, burung hantu termasuk ungas predator yang beraktivitas pada malam hari, kalau siangnya tidur. Memburu tikus, sekali pun mungkin tidak dimakan lagi karena sudah kenyang, namun tetap diburunya sehingga akan ditemukan banyak tikus yang mati.
“Suara burung hantu itu, memiliki pengaruh terhadap tikus juga. Pengaruhnya cukup signifikan. Suaranya saja dikatuti tikus. Burung hantu merupakan predator alami tikus,” ungkap dan jelas dia.
Tikus yang mendengar suaranya, tandas Ramlan sudah menyebabkan tikus-tikus menjadi berhati-hati. Tikusnya mungkin berusaha sembunyi atau bahkan ramai-ramai meninggalkan area sawah yang terdengar suara burung hantu,” jelas dia.
Menurut Ramlan bahwa BUMDes telah menyediakan fasilitas kandang atau Rubuha senyaman mungkin bagi burung hantu. “Ukuran rubuhanya, luas sekitar 80×70 centimeter. Di dalam rubuha ada tangkringan untuk mereka tidur,” sebutnya.
Burung hantu, menurut Ramlan, biasanya pada datang sendiri. “Nah di rubuha mana yang dirasa burung hantunya nyaman, biasanya di situlah dia akan menetap. Kadang kala, burung hantunya tidak sendiri tapi ada yang dua atau sampai empat ekor. Maka tangkringannya ada beberapa yang kami pasang di setiap Rubuha,” jelas dan pungkas Ramlan. (HMD Hermawan/AG Kahean-Asy2605: lpt/lpg)