IMBCNews – Masalah pangan terutama beras bagi bangsa Indonesia memang sangat penting, karena merupakan makanan pokok bagi sebagian besar warga negara. Untuk itu perluasan dan peningkatan produktifitas lahan menjadi sesuatu yang sangat penting.
Menurut Rektor Universitas IPB Arif Satria, kampusnya baru saja meluncurkan Pupuk Hayati IPB Provibio di Sukoharjo yang bisa menghemat pemupukan hingga 40% dan sekaligus meningkatkan produksi 1.5 ton/hektar.
Sehingga menurut kalkulasi sang Rektor secara teknologi saat ini kita sudah cukup mampu untuk mengamankan pangan kita. Apalagi Universitas IPB juga sudah menemukan padi varietas unggul baru bernama IPB 9G dimana varietas ini tahan hama penyakit, produktivitasnya cukup tinggi yaitu antara 9 -12 ton perhektar dan juga dapat menghemat penggunaan pupuk.
Dalam hitung-hitungan menteri pertanian, jika kita menggunakan benih ini 100 persen maka kita akan bisa menghemat pupuk untuk padi tersebut Rp.10 triliun.
Jadi dengan adanya temuan-temuan tersebut dalam konteks usaha kita untuk menciptakan kemandirian pangan maka hal demikian tentu jelas sangat menggembirakan.
Untuk itu kita meminta pihak pemerintah agar benar-benar memberikan atensi dan affirmative action dengan mendukung temuan benih dan pupuk dari universitas IPB ini, apalagi varietas baru tersebut bersifat amfibi karena di samping bisa ditanam di lahan sawah juga bisa ditanam dilahan kering.
Oleh karena itu adanya rencana Pemerintah untuk melakukan kerja sama dengan pihak China dalam pengembangan proyek ketahanan pangan di Kawasan food estate di Kalimantan jelas terasa aneh dan sangat perlu untuk dikritisi.
Karena kalau hasil riset dari universitas IPB ini benar-benar didukung oleh pemerintah, maka negara kita tentu akan bisa mewujudkan kemandirian pangan dengan kemampuannya sendiri. Hal ini tentu saja, sangat sesuai dengan prinsip berdikari yang kita harapkan dan dengung-dengungkan.
Penulis,
Anwar abbas
Wakil Ketua Umum MUI