Bukittinggi, Sumatera Barat – Di tengah lekuk Lembah Harau dan megahnya Bukit Barisan, masyarakat Sumatera Barat menyimpan harapan besar pada satu proyek “Jalan Tol Padang–Pekanbaru”.
Jalan bebas hambatan ini bukan sekadar infrastruktur biasa, namun menjadi simbol keterhubungan dua provinsi bertetangga yang selama ini dipisahkan oleh rute berliku dan waktu tempuh yang melelahkan.
Proyek yang menjadi bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ini memiliki panjang total 254,8 km dan akan dibagi menjadi enam seksi. Rute strategis ini menghubungkan Kota Padang di Sumatera Barat dengan Pekanbaru di Riau, memperkuat poros ekonomi antara dua wilayah dengan karakteristik berbeda: Sumbar yang kuat di sektor pariwisata dan UMKM, dan Riau yang unggul di industri migas dan perkebunan.
Pembangunan proyek dimulai sejak 2018 di era Presiden Joko Widodo, yang melakukan peletakan batu pertama di ruas Padang–Sicincin pada 9 Februari 2018. Salah satu janji besar dari proyek ini adalah kehadiran terowongan raksasa menembus Bukit Barisan, yang berpotensi menjadi terowongan terpanjang di Indonesia, menawarkan pengalaman berkendara yang tidak hanya cepat, tapi juga luar biasa indah.
Namun, seperti mega proyek lainnya, pembangunan jalan tol ini juga menghadapi tantangan besar, terutama di sisi Sumatera Barat. Hingga awal 2022, pembebasan lahan di ruas Padang–Sicincin baru mencapai sekitar 57 persen, mengakibatkan target penyelesaian harus mundur dari jadwal awal.
Ini kontras dengan kondisi di Provinsi Riau, yang menunjukkan progres lebih mulus. Ruas Bangkinang–Pekanbaru sepanjang 40 km telah difungsikan saat Lebaran 2022, dan ruas Pangkalan–Bangkinang sepanjang 56 km mencapai progres 55 persen pada pertengahan tahun yang sama.
Di balik dinamika itu, harapan terus tumbuh. Waktu tempuh dari Padang ke Pekanbaru yang sebelumnya bisa memakan lebih dari 10 jam, diprediksi akan terpangkas menjadi hanya 3 hingga 4 jam.
Bukan hanya efisiensi, tetapi juga potensi ekonomi yang besar akan lahir, distribusi barang yang lebih cepat, biaya logistik yang lebih murah, serta peningkatan wisatawan yang berkunjung ke Sumbar lewat jalur darat.
Bagi masyarakat Bukittinggi dan sekitarnya, proyek ini adalah harapan yang telah lama dirindukan. Jalan tol Padang–Pekanbaru bukan hanya proyek konstruksi, tapi juga jembatan penghubung masa depan yang lebih inklusif dan kompetitif untuk wilayah barat Sumatera.
Dengan dukungan berkelanjutan dari pemerintah pusat dan daerah, serta percepatan dalam penyelesaian hambatan pembebasan lahan, proyek ini perlahan tapi pasti mendekati kenyataan. Jalan tol terpanjang dan terindah itu sedang dibangun, dan harapan masyarakat Sumbar, tak lama lagi, akan menemui jalannya.
(Bukittinggi, Sabtu 10 mai 2025)