IMBCNews, Kotabaru-Karawang | Salah seorang Pengurus Ranting Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia Cikampek & Kotabaru atau PPBI Ranting Cikobar, Didin, mengatakan bahwa ‘Bonsai merupakan karya seni tiada akhir’. Pasalnya, sekali pun hasil pohon yang dibonsai sudah terbentuk bagus dan menarik hati secara estetika, namun masih berpotensi berubah; Karena adanya faktor kehidupan pada tanaman yang dibonsai dan perubahan selera pemiliknya.
“Siapa saja yang punya tanaman hias yang dibonsai, untuk menjaga keindahannya harus dirawat. Kalau dibiarkan dalam waktu agak lama tanpa perawatan intensif misalnya, bisa saja tanaman yang bonsai tersebut berubah bentuk,” kata Didin kepada IMBCNews ditengah kesibukan mengatur dan menata ratusan tanaman bonsai, di Lapang Kantor Kecamatan Kota Baru-Kabupaten Karawang, Senin (28/4).
Perawatan, sebut dia, menjandi kunci utama bagi tanaman yang dibonsai; Kalau kekurangan air cenderung mati, dan kalau kebanyakan air apa lagi ditambah pupuk tanpa perhitungan cenderung tumbuh daun dan ranting baru yang bisa merusak atau mengurangi nilai estetika baik segi keindahan atau pun keunikannya.
“Karena itu, sekiranya tanaman bonsai dipandang sudah jadi; Katakanlah bonsainya sudah masuk pada standar madya atau level di atasnya, maka masih tetap diperlukan perawatan. Bahkan perawatannya harus intensif agar estetika yang dikehendaki bisa terjaga dengan baik,” tutur Didin yang mengaku bertempat tinggal di Desa Wancimekar Kecamatan Kota Baru.
Salah satu unsur Panitia Pelaksana Kontes Bonsai bertajuk: National Bonsai Exibition and Contest 2025 yang digelar mulai Sabtu, 3 April di Lapang Kantor Kecamatan Kotabaru ini menyebut, untuk merawat bonsai yang sangat perlu diperhatikan antaranya, kecukupan unsur air, pupuk yang disesuaikan hingga penyemprotan hama daun.
“Selain itu, faktor penempatan tanaman bonsainya juga perlu perhatian tersendiri. Selain segi keamanan tentu pula mengenai suhu terutama panas matahari langsung yang kadang kurang bersahabat bagi bonsai kita. Apalagi di Karawang ini, ‘kan suhu panasnya lumayan tinggi. Maka itu, kadang diperlukan harnet untuk upaya menstabilkan suhu panas matahari yang sangat terik,” tutur dia.
Ada pun gelaran National Bonsai Exibition and Contest 2025 yang mengusung tema: The Spirit of Bonsai Pangkal Perjuangan kali ini, tambah Didin, diikuti oleh anggota komunitas dan PPBI, dari berbagai daerah yang sebagian besar dari Provinsi Jawa Barat. Dalam kontes ini, masing-masing peserta dibolehkan memamerkan hasil karya bonsai pada level yang distandarkan yaitu: Bahan, Pratama, dan Madya.
“Sebetulnya masih ada dua standaritas lagi tapi tidak masuk dalam standar pameran dan kontes bonsai kali ini. Dua standar itu adalah Utama dan Star atau Bintang. Dua standar ini levelnya lebih tinggi dari Bahan, Pratama dan Madya,” terangnya.
Didin juga menjelaskan, kontes dan pameran bonsai di Kotabaru Karawang ini, rencananya akan dihadiri Bupati Karawang H Aep Syaepuloh SH. “Kita belum tau persis, apakah nanti bupati akan memberi hadiah kepada penemang kontes bonsai ini atau tidak. Harapan kami sih, bupati berkenan memberikan hadiah berupa uang pembinaan untuk para pemenang bidang seni bonsai ini,” ungkap dan harapnya.
Lebih jauh dijeaskannya, proses untuk menentukan pemenang pada masing-masing katagori yaitu Bahan, Pratama dan Madya seleksinya antara lain dinilai keseluruhan. Kemudian juri melakanakan tugas menilai dan menetukan Best Ten (10 besar), Best in Show (kesesuaian tata letak pohon bonsai), Best Spesies (pohon bonsai sejenis) dan estetikanya.
Acara National Bonsai Exibition and Contest 2025 ini antara lain didukung dan diperkuat oleh: Pemkab Karawang, DPKP Karawang, dengan Powered by PPBI Cabang Karawang, PPBI Ranting Cikobar, RJ Colection, serta Support by Indocafe, Wing’s, dan lain-lain. (Edi/Adr-Asy2804: lpt/lpg)