Oleh Theo Yusuf Ms
IMBCNEWS Jakarta | Semua pihak seyogianya punya rasa curiga terhadap penggunaan Starlink dengan tage line, harga lebih murah dan trafic penyaluran data lewat internet lebih cepat, plus dapat beroperasi diberbagai pelosok penjuru.
Dalam dunia bisnis, dikenal idiom “No free lunch”, tak ada makan gratis, dalam istilah lain juga dikenal “È finita la cuccagna” (Italy), pengertiannya mirip, tidak ada lagi makan siang gratis, karena dibalik itu dipastikan ada sesuatu yang dimaksudkan.
Pertanyaannya, apakah seorang pebisnis Elon Musk (53) misalnya, menjual Starlink ke Indonesia murni membantu sebagai pedagang atau ada dibalik niatan, seperti mata-mata atau spionase ? Dalam penjualan Starling dengan harga murah dan proses demikian mudah dalam dunia inteljen hal biasa, guna mendapatkan nilai interinsik (nominal angka) tetapi juga dapat nilai yang ektrinsik, diluar angka seperti peta, data-data dan gambar yang dinilai penting untuk semua pihak tetapi dapat terdokumentasikan.
Contoh yang masih anyar, saat Israel meledakkan pager milik anggota Hisbullah, lebih dari 3000 orang luka-luka dan puluhan orang meninggal. Peger buatan Taiwan, (baca meski di bantah) dibeli seorang inteljen Israel, singkat cerita peger itu kemudian dimodifikasi dan diproduksi di Budapes dan dijual ke banyak anggota Hisbullah, musuh bebuyutan Israel.
Dengan adanya peger ditangan Hisbullah, lawan dengan mudah meledakkan peger itu meskipun dari jarak jauh karena kata sandi atau kunci sudah dipegangnya. Itulah salah satu contoh bagaimana dunia intel bermain.
Dalam dunia teknologi tinggi tidak sulit untuk melakukan modefikasi Starlink, berubah menjadi Star Shield, yakni alat yang dapat mengintai atau memata-matai, dan memotret peta lokasi atau berbagai pergerakan kapal maupun pesawat udara.
Hal itu diakui mantan jenderal bintang empat Terrence O’Shaughnessy, yang sebelumnya memimpin Komando Utara AS , adalah wakil presiden Grup Program Khusus SpaceX yang diduga terlibat dengan Starshield.
Itulah yang perlu dicurigai adanya pemasangan Starlink dengan orbit rendah bumi, sebagai alat inteljen pihak lain seperti AS atau pihak lain yang membutuhkan data itu, karena ukuran lawan dan kawan tergantung dari adanya kesamaan kepentingan.
“Rasanya tidak mungkin kalau seorang Elan Musk akan terus menjual Starlink di Indonesia dengan harga murah dan proses mudah. Setelah dua tahun kita dapat lihat kenaikan harganya. Selain itu, di dunia militer sudah banyak diketahui, Starlink dapat dimodifikasi menjadi Stra Shield,” kata praktisi Cyiber (IT) Maria Kasandra, nama tidak sebenarnya kepada pers, di Jakarta, pekan ini.
Maria menguraikan perlunya masyarakat curiga terhadap sepak terjang Elon Musk diberbagai belahan dunia. Saat perang pecah di Ukraina dengan Rusia, Amerika mengirim Starling ke Ukraina untuk membantu Vollodymr Zelensky menghadapi serangan Rusia kala itu. Selain dia mengirim Staarling juga ada yang dimodifikasi sebagai Star Shield, yakni dapat memata-matai pergerakan alat tempur Rusia masuk ke Ukraina.
Oleh karenanya, banyak tank-tang Rusia dapat dilumpuhkan dengan kapal tanpa awak (dron) yang harganya relatif murah berkisar 300 dolar AS itu.
“Dron itu menyerang atau menghancurkan roda-roda tank dari sisi kiri dan kanan hingga terganggulah rodanya, dan akhirnya tank Rusia tak dapat berfungsi.
Hal itu karena ada bantuan teknologi Starling dan Star Shiled, dimana starling membantu mengirimkan sinyal atau gelombang, sementara star shield menunjukan arah atau peta tank-tank Rusia mulai bergerak atau akan memasuki Ukraina,” katanya seray menambahkan, hal itu terjadi saat Elon Musk bersama Jo Biden.
Saat ini situasi berbalik dimana Elon Musk dipercaya Donald Trum, yang tidak sepenuhnya mendung Ukraina, karenanya Ukraina kini tergantung pada teknologi Eropa dimana data-datanya sudah dikantongi oleh Elon Musk. Elon dapat menjual data yang dibutuhkan atau AS punya nilai tawar jika Eropa akan terus membantu Ukraina.
Starlink Masuk lewat Bali
Masuknya Starling di Indensia lewat Pulau Bali tak dapat dinafikan atas prakarsa Presiden RI ke 7 Joko Widodo dan Menteri Koodinator Investasi dan Kelautan Luhut Binsar Pandjaitan.
Saat Bos Starlink datang ke Indonesia, kedua pejabat itu menyambut secara antusias, karena mungkin Elon Musk dapat menjadikan wilayah-wilayah yang remod, wilayah terpinggirkan menjadi terang karena adanya program internet secara mudah dan murah.
Oleh kaenanya, saat adanya gelaran World Water Forum (WWF) di Bali tahun 204, bersama Elon Musk dan Presiden Joko Widodo, meresmikan operasional layanan internet satelit Starlink di Indonesia.
Diambilnya Bali sebagai uji coba, karena saat itu ada gelaran WWF, selain di kawasan itu masih banyak area yang belum dapat layanan internet.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bali I Nyoman Gede Anom saat itu menyampaikan, layanan internet satelit Starlink milik Elon Musk akan diprioritaskan untuk puskesmas pembantu di tiga daerah, yakni di Kecamatan Nusa Penida, Kintamani, Sukasada, dan Petang. “Ditempat itu utamnya di puskesmas pembantu yang belum ada layanan internet,” katanya.
Dari 120 puskesmas dan 509 puskesmas pembantu di Pulau Dewata, Dinkes Bali belum mendata lengkap jumlah yang membutuhkan layanan internet Starlink, proses pendataan akan dilakukan segera setelah peresmian.
Dalam perkembangannya, kata Maria, bagaimana kelanjutan Starling yang diprakarsai Joko Widodo dan Luht Binsar Pandjaitan di Indonesia hingga kini belum jelas, karena pertumbuhannya tampak masih lambat.
Menurut Founder and President Director PT Pasifik Satelit Nusantara, Adi Rahman Adiwoso, rencana operasional Starlink untuk melayani internet wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) kurang relevan mengingat pemerintah dan operator lokal telah melayani wilayah 3T lebih dari 10 tahun.
Hal sama disampaikan, Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia, Sarwoto Atmosutarno, layanan internet di Indonesia sudah berjalan 30 tahun. Oleh karena itu Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) menyikapi masuknya Starlink akan memastikan Starlink berada dalam level playing field yang sama dengan pemain lokal.
Maria menegaskan, Indonesia masih sebagai belantara luas untuk meningkatkan perdagangan atau jualan internet. Intinya, Elon Musk dan teman-teman yang mengajaknya ke Indonesia, layak juga dicurigai akan ikut mendapatkan keuntungan itu.
Ingat adagium lama tidak ada makan gratis, tetapi jika ingin minum, mereka harus bayar. Pemilik bar sengaja menawarkan makan siang gratis, di mana biaya makanan tersebut ditanggung dari pembelian minuman. Jadi Meskipun berkedok gratis, sebenarnya tidak juga.
Penulis Wartawan Utama tinggal di Jakata