KEMAJUAN ekonomi dan budaya disiplin tinggi ternyata tidak menjamin kebahagiaan penduduk, seperti dialami Jepang yang pada 2024 mencatat rekor angka bunuh diri di kalangan remaja.
Sebanyak 529 kasus bunuh diri di kalangan remaja atau siswa dilaporkan oleh Kementerian Pendidikan Jepang pada 2024 seperti dikutip harian the South China Morning Post (27/4)
Kurang memadainya penanganan kesehatan mental penduduk di usia tersebut disorot sebagai penyebab terjadinya lonjakan kasus bunuh diri.
Jumlah tersebut melampaui rekor tertinggi sebelumnya yakni 514 kasus pada 2022 dan dilaporkan peningkatan kasus pada tahun 2024 lebih banyak terjadi pada anak perempuan.
Kasus-kasus bunuh diri di kalangan pelajar umumnya disebabkan stres yang dialami siswa terkait prestasi akademik yang buruk, konflik dengan teman sebaya, dan kecemasan atas prospek karier masa depan, yang disebutkan dalam lebih dari 51 persen kasus.
Masalah kesehatan, termasuk depresi, dilaporkan sebanyak 31 persen, sementara masalah terkait keluarga sekitar 20 persen kasus.
Pada September 2024, Jepang mencatat jumlah bunuh diri tertinggi di kalangan pelajar. Ini bertepatan dengan berakhirnya liburan musim panas dan dimulainya semester kedua sekolah, saat kecemasan kembali ke sekolah dapat meningkat.
Statistik resmi sebelumnya menunjukkan bahwa pada 1 September 2024, tingkat bunuh diri mencapai rekor tertinggi di antara orang yang usianya di bawah 18 tahun.
Berbagai organisasi telah meningkatkan kesadaran publik mengenai tantangan yang dihadapi pelajar di sekitar waktu tahun ini.
Misalnya, lembaga penyiaran publik Jepang NHK menjalankan kampanye media sosial bertajuk ‘Pada Malam 31 Agustus’ bagi para remaja.
Kegiatan ini dilakukan agar para remaja bisa mengungkapkan rasa frustrasi dan kecemasan mereka tentang kembali ke sekolah. Perpustakaan lokal juga menawarkan tempat berlindung bagi pelajar yang mungkin enggan untuk kembali ke sekolah.
Namun, para ahli mendesak pihak berwenang untuk bertindak lebih banyak, khususnya dalam mengatasi tekanan yang dihadapi oleh anak muda.
Jepang merupakan satu-satunya negara G7 yang mencatatkan kasus bunuh diri sebagai penyebab utama kematian di kalangan remaja. Sebuah perbedaan yang menggarisbawahi urgensi untuk mengatasi tantangan kesehatan mental yang dihadapi anak muda di negara tersebut.
Sementara di Indonesia, belum tercatat angka kasus bunuh diri di kalangan pelajar, namun maraknya aksi-aksi kekerasan fisik mau pun seksual dan pembulian yang dilakukan antarsesama siswa atau oleh oknum guru, mitigasi dan pencegahan mendesak segera dilakukan. (imbcnews/Theo/sumber diolah/SCMP/detik.com)