Menata PKL Bukittinggi, Antara Penataan Kota dan Harapan Pedagang

BUKITTINGGI, kota wisata yang sarat sejarah dan budaya, tengah menghadapi tantangan penting, menata ulang keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) di kawasan Pasar Atas tanpa mengesampingkan hak dan harapan para pelaku usaha kecil.

Langkah nyata untuk menjawab persoalan ini terlihat pada Jumat, 23 Mei 2025, ketika Ketua dan Anggota Komisi 2 DPRD Kota Bukittinggi turun langsung ke Pasar Atas. Didampingi oleh Asisten II Sekretaris Daerah Kota, Staf Ahli, Kepala Dinas Pasar dan UKM Wahyu Bestari, serta Kasat Pol PP, kunjungan ini menjadi simbol dari komitmen pemerintah dalam menyusun kebijakan relokasi PKL secara bijaksana.

Relokasi puluhan PKL dari area luar gedung ke lantai IV Pasar Atas sempat menuai penolakan. Sebagian besar pedagang menilai lokasi baru tidak strategis dan berpotensi mengurangi pendapatan. Namun, pemerintah berpegang pada visi besar, menjadikan Pasar Atas sebagai destinasi wisata belanja yang tertib, aman, dan representatif.

Suara Aspirasi, Jembatan Kebijakan

Ketua Komisi 2 DPRD Bukittinggi, Amrizal, menegaskan bahwa pihaknya tak sekadar menyusun kebijakan dari balik meja. “Kami di DPRD mendengar aspirasi dari pedagang. Akan segera digelar rapat kerja untuk membahas alternatif solusi bersama dinas terkait,” katanya.

Hal ini diamini oleh Anggota Komisi 2, Dewi Anggraini, yang menyebut pentingnya mempertimbangkan kelayakan lokasi sebelum kebijakan relokasi diberlakukan.

“Sebelum Relokasi ini di lakukan bagi pedagang / PKL perlu persiapan terlebih dahulu dari dinas terkait, karena kelayakan tempat berjualan bagi pedagang sangat lah penting,” sebutnya.

Dewi menambahkan, bagaimana menciptakan tempat yang representatif bagi pedangang maupun bagi pengunjung yang akan berkunjung kelokasi pasar tersebut.

Ekonomi dan Pariwisata, Dua Sisi Mata Uang

Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Wahyu Bestari, menjelaskan bahwa penataan PKL merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk meningkatkan daya tarik wisata kota.

“Sebanyak 92 PKL ini penting bagi ekonomi lokal. Tapi perlu ditata agar mereka tidak hanya bertahan, tapi juga naik kelas dalam sistem perdagangan yang lebih modern,” ujarnya.

Harapan Pedagang, Bertahan di Tengah Perubahan

Sementara itu, para pedagang seperti Noviandri dari P2KL dan Feri Efendi dari P2WB menyuarakan harapan mereka untuk relokasi yang manusiawi. Mereka tidak menolak perubahan, namun meminta lokasi baru yang strategis agar usaha tetap hidup.

“Kami ingin naik kelas, tapi juga tetap bisa menyekolahkan anak dan memberi makan keluarga,” ungkap Noviandri. Senada, Deni Saputra dan Anto menegaskan, “Kami siap pindah asal tempatnya mendukung. Jangan sampai kami dipindah hanya untuk perlahan-lahan mati usaha.”

Menuju Solusi Berkeadilan

Kunjungan lapangan ini bukan hanya rutinitas birokratis, melainkan langkah awal menuju solusi inklusif. Ketika DPRD dan Pemerintah Kota membuka ruang dialog, harapan untuk menata kota tanpa meminggirkan warganya menjadi semakin nyata.

Bukittinggi tidak hanya sedang menata pasar, tetapi juga menata keadilan. Karena kota yang baik bukan hanya indah di mata wisatawan, tapi juga layak bagi mereka yang setiap hari mencari nafkah di dalamnya.

Penulis: Alex.jr
(IMBCNews.com/Bukittinggi)