IMBCNews – JAKARTA – ANGKA pengangguran terus meningkat akibat tidak sebandingnya jumlah lulusan pendidikan dibandingkan lowongan kerja yang tersedia, juga akibat kelesuan dunia usaha baik di level nasional mau pun global, sehingga orang yang punya nyali memilih menjaid preman, cara termudah meraup uang.
Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi (Disnakertransgi) Jakarta Syaripudin (19/5) mencatat, jumlah pengangguran di lima wilayah di Jakarta saat ini 6,8 persen atau sebanyak 330.000 orang, 5,47 persen dari sekitar 5,48 juta angkatan kerja.
Untuk mengurangi pengangguran, Disnakertransgi Jakarta mengaku sudah melakukan upaya jemput bola dengan mengadakan berbagai pelatihan kerja di pusat pelatihan kerja daerah (PPKD) maupun mobile training unit di masing-masing kelurahan.
“Saat ini baru ada10 kejuruan (kerja) di kelurahan. Kami menyiapkan alat pelatihannya dan mereka bisa ikut langsung di kelurahan masing-masing,” ujarnya.
Selain pelatihan kerja, Syaripudin menuturkan, pihaknya juga mengadakan job fair atau bursa kerja di masing-masing wilayah untuk memaksimalkan upaya penyerapan tenaga kerja.
Job fair tingkat kota gelombang dua yang digelar Suku Dinas Nakertransgi Jakarta Timur serentak di GOR Ciracas dan GOR Pulogadung pada Senin (19/5).
Sementara itu jumlah penganggur di Indonesia naik menjadi 7,28 juta orang per Februari 2025, bertambah sekitar 83.000 orang dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan ini menjadi alarm keras bahwa perekonomian sedang tidak baik-baik saja.
Didominas usia muda
Meski tingkat pengangguran terbuka (TPT) turun tipis menjadi 4,76 persen, kelompok usia muda tetap mendominasi pengangguran, dengan TPT usia 15-24 tahun mencapai 16,16 persen.
Lesunya konsumsi rumah tangga menjadi faktor kunci yang membayangi perekonomian nasional. Konsumsi rumah tangga menyumbang lebih dari separuh produk domestik bruto (PDB), tetapi kini pertumbuhannya stagnan.
Masyarakat yang kehilangan pekerjaan otomatis kehilangan daya beli sehingga memperlemah roda ekonomi nasional secara menyeluruh.
Ironisnya, di tengah kesulitan mencari kerja akibat lowongan kerja tebatas dan kelesuan ekonomi di tingkat nasional dan global, sebagian orag yang punya nyali, tega melakukan kekerasan, memilih profesi menjadi preman.
Preman adadi mana-mana, mulai dari kelas kampung, jadi juru parkir liar, memalak kendaraan di jalananan, pasar tradisional, sampai preman berdasi atau mafia yang memalak perusahaan dengan minta jatah proyek, makelar kasus atau peertambangan liar.
Bahkan praktek melanggar hukum dilakukan oleh Ketua Kadin Cilegon, Jabar, Muh. Salim, Wakil Ketua bidang Industri Ismatullah Ali dan Ketua HNSI Cilegon Rufazi Zahuri yang memaka meminta proyek senilai Rp lima triliun tanpa tender pada kontraktor asing dari cina yang memenagkan pembangunan pabrik Candra Asri Alkali di Banten. Ketiganya telah diterangkakan, 17 Mei lalu.
Layaknya preman, ketiganya menyambangi lokasi pabrik tersbut bersama sejumlah anggota ormas, mengancam bahkan menggebrak meja agar diberikan proyek.
Di sejumlah wilayah, aparat gabungan juga gencar-gencarnya melancarkan razia preman yang sudah sangat meresahkan sejak awal Mei lalu setelah aksi-aksi preman yang makin marak, viral di medsos.
Premanisme ada di mana-mana di negeri ini sjak lama minim atau nyaris tanpa kehadiran aparata penegak hukum atau negara untuk mencegah, apalagi membasminya.
Operasi sesaat, “hangat-hangat tai ayam” juga dikhawatikan tidak megubah keadaan, karena selama akar permasalahannya tidak dibereskan, premanisme tidak bakal mati.
Jangan sampai, orag berfikir, daripada susah-susah sekolah, nyari pekerjaan, paling enak jadi preman, dengan sekejap bisa meraup uang walau dengan pemalakan, pemaksaan atau perampasan hak hak orang lain (imbcnews/Theo/sumber diolah: tribune).