LANGIT malam di Bukittinggi, Senin (12/5/2025), memeluk kerlap-kerlip lampu taman Jam Gadang. Di bawah ikon bersejarah itu, ratusan pasang mata menyaksikan penutupan International Minangkabau Literacy Festival (IMLF) ke-3, perhelatan yang bukan sekadar selebrasi kata-kata, tetapi penanda kuatnya akar budaya Minangkabau dalam denyut literasi dunia.
Dengan latar megah Jam Gadang yang akan genap berusia 100 tahun pada 2026 nanti, festival ini menjadi panggung strategis untuk menegaskan satu hal: literasi bukan hanya tentang membaca dan menulis, tetapi tentang membentuk manusia cerdas, etis, dan berbudaya.
“Pemilihan nama Minangkabau dalam IMLF bukan kebetulan,” kata Wakil Walikota Bukittinggi, Ibnu Asis, S.STP. “Ini adalah penghormatan atas kekayaan kearifan lokal dan filosofi hidup urang awak yang telah lama menyatu dengan tradisi lisan dan sastra.”
Empat Hari, Dua Kota, Satu Semangat
Digelar sejak 8 Mei dengan pembukaan di Kota Padang, IMLF-3 berpuncak di Bukittinggi pada malam penuh kesan. Agenda padat mulai dari welcome dinner, peluncuran 37 buku, seminar internasional guru, hingga kunjungan ke Rumah Puisi Taufik Ismail, menyatukan delegasi dari berbagai latar belakang dalam satu irama: kolaborasi budaya.
Tarian pasambahan dan tari piring menyambut hangat para tamu, sementara lantunan puisi dari penyair-penyair ternama seperti Jose Rizal Manua dan Refdinal Tanjung menggema memukau penonton. Festival ini, kata Ibnu Asis, telah menjelma jadi ruang inklusif dan transformatif, tempat budaya dan literasi saling menguatkan.
Bukittinggi, Rumah Besar Literasi Minangkabau
Minangkabau bukan hanya identitas etnis; ia adalah warisan nilai yang hidup dalam tiap petuah, pantun, dan pepatah. Filosofi “alam takambang jadi guru” menuntun masyarakatnya untuk terus belajar dan mengajarkan. Dalam konteks ini, Bukittinggi berdiri sebagai rumah besar yang menjaga nyala literasi Minangkabau tetap terang.
Tahun depan, ketika Jam Gadang berulang tahun ke-100, kota ini akan kembali meneguhkan dirinya sebagai simpul budaya dan pusat intelektual.
Sebuah even besar tengah disiapkan, bukan hanya untuk berpesta, tetapi untuk memperkenalkan potensi Bukittinggi di panggung internasional.
Dari Bukittinggi untuk Dunia
Lewat IMLF-3, pesan penting dikirim ke dunia: dari tanah Minang yang menjunjung tinggi marwah, lahir semangat literasi yang inklusif, bernyawa budaya, dan berpandangan jauh ke depan. Karena bagi Bukittinggi, literasi adalah peradaban. (Alex.jr)