Ilustrasi tentara Lebanon siap hadapi serangan Israel foto cnbc/ist/
IMBCNEWS Jakarta | Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menegakan, Israel telah melanggar hukum internassional dengan meledakkan perangkat seperti Hand Phon atau Pijer yang digunakan oleh masyarakat Lebanon dan atas tindakan itu banyak korban dari orang-orang sipil, anak-anak orang tua renta atau banyak anak yang tidak berdoasa menjadi korban.
VOA Ind mengtip kantor berita asing lainnya menyatakan, peledakan perangkat komunikasi genggam massal di Lebanon bisa dikategorikan sebagai kejahatan perang. Pernyataan itu muncul setelah diplomat tinggi Beirut menuding Israel merencanakan serangan “teroris” itu.
Ledakan yang menewaskan sedikitnya 37 orang dan melukai hampir 3.000 orang terjadi selama dua hari berturut-turut, yaitu pada Selasa dan Rabu. Ledakan tersebut menargetkan perangkat komunikasi yang digunakan oleh kelompok Hizbullah yang didukung Iran.
Penyeranta (pager) dan protofon (walkie-talkie) meledak saat para penggunanya melakukan aktivitas sehari-hari, seperti berbelanja di supermarket, berjalan di jalan, dan menghadiri pemakaman, menyebabkan kepanikan di seluruh penjuru Lebanon.
“Hukum humaniter internasional melarang penggunaan perangkat jebakan yang berupa benda portabel yang tampak tidak berbahaya,” kata Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Turk, kepada Dewan Keamanan dalam sesi darurat mengenai Lebanon yang diminta oleh Aljazair.
“Itu merupakan kejahatan perang ketika kekerasan dilakukan dengan tujuan menyebarkan teror di antara warga sipil,” tambahnya. Turk juga mengulangi imbauannya agar PBB melakukan investigasi yang “independen, teliti, dan transparan.”
Pihak berwenang Lebanon menuding Israel sebagai dalang di balik serangan itu. Beirut mengatakan, perangkat yang menjadi sasaran sudah dipasangi bom terlebih dahulu sebelum memasuki negara itu.
Hizbullah bertekad untuk membalas dendam dan melakukan investigasi internal terkait ledakan tersebut.
“Saya terkejut dengan luas dan dampak serangan itu,” kata Turk.
“Serangan-serangan tersebut merupakan perkembangan baru dalam peperangan, di mana alat komunikasi menjadi senjata,” tambahnya.
“Ini tidak bisa menjadi hal yang biasa.”
Diplomat utama Lebanon Abdallah Bou Habib saat berbicara di Dewan Keamanan PBB menyebut serangan itu sebagai “metode peperangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam kebrutalan dan terornya.”
“Israel, melalui agresi teroris ini telah melanggar prinsip-prinsip dasar hukum humaniter internasional,” katanya, menyebut Israel sebagai “negara jahat.”
Israel belum mengomentari ledakan perangkat itu, tetapi mengatakan akan memperluas cakupan perangnya di Gaza hingga mencakup garis depan Lebanon.
“Saya dapat memberi tahu Anda bahwa kami akan melakukan segala yang mungkin untuk menargetkan para teroris itu,” kata Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, kepada wartawan pada Jumat saat ditanya tentang ledakan bom tersebut.
Ia berbicara setelah Israel mengumumkan berhasil menewaskan komandan unit elite Hizbullah, Ibrahim Aqil, dalam sebuah serangan di Beirut pada Jumat.
“Kami tidak memiliki niat untuk terlibat dalam perang dengan Hizbullah di Lebanon, tetapi kami tidak bisa melanjutkan seperti ini,” kata Danon.
Berbicara di Dewan Keamanan, Danon mengatakan Israel akan melakukan “apa pun yang diperlukan” untuk memulihkan keamanan di wilayah utara.
“Jika Hizbullah tidak mundur dari perbatasan kami… melalui upaya diplomatik, Israel tidak akan punya pilihan selain menggunakan cara apa pun yang sesuai dengan hak kami,” katanya.
Stephane Dujarric, juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, mengatakan badan tersebut “sangat prihatin dengan meningkatnya eskalasi” di perbatasan Lebanon-Israel setelah serangan Israel pada Jumat di Beirut.
Ia menyerukan semua pihak untuk “menahan diri semaksimal mungkin.”
Hizbullah yang didukung Iran merupakan sekutu kelompok militan Palestina Hamas, yang telah berperang di Gaza sejak serangan yang dilancarkannya terhadap Israel pada 7 Oktober.
Selama hampir setahun, fokus kekuatan Israel tertuju pada Gaza. Namun, pasukannya juga terlibat dalam bentrokan hampir setiap hari dengan militan Hizbullah di sepanjang perbatasan utara.
imbcnews/VOA ind/diolah/