IMBCNews – JAKARTA = EMPAT anggota TNI termasuk satu perwira menengah dan sembilan warga sipil tewas akibat terkena ledakan dari amunisi yang dimusnahkan di Pantai Sagara, Kec. Cibalong, Kab. Garut, Jawa Barat, Senin pukul 9:30 WIB.
Kejadian yang bukan pertama kalinya itu memunculkan tanda tanya besar terkait pengawasan para petugas berwenang atas pelaksanaan prosedur penanganan (SOP) yang sudah dibuat untuk mencegah hal hal semacam itu.
Kepala Dinas Penerangan TNI-AD Brigjen Wahyu Yudhayana mengemukakan, pelaksaan pemusnahan amunisi daluwarsa itu dilakukan di area steril yang jauh dari pemukiman penduduk di sumur peledakan yang sudah dipersiapkan.
Peledakan di sumur pertama dan kedua, kata Wahyu, berjalan sempurna, namun insiden terjadi saat petugas sedang menangani sisa bahan peledak berupa detonator yang akan dimusnahkan di sumur lainnya.
“Tiba-tiba terjadi ledakan, “ ujarnya seraya menambahkan, para korban segera dievakuasi ke RSUD Pamengpeuk. Menurut dokter, seluruh korban sudah tidak bernyawa saat tiba di RS.
Yang dipertanyakan juga, kenapa keempat anggota TNI-AD nahas itu berada sangat dekat dengan sumur yang akan diledakkan, sementara sejumlah warga yang muncul di tayangan video memang sengaja meragsek masuk area, berebut mengambil selongsong amunisi dari tembaga untuk dijual.
Tanda tanda larangan masuk area peledakan dibuat, namun agaknya tidak ada pengawasan atau upaya untuk mencegah mereka. Mungkin disebabkan personilnya tidak cukup?
Pengamat militer Anton Allabas menilai, investigasi perlu
dilakukan apakah SOP sudah dilaksanakan oleh para petugas agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
“TNI sudah memiliki panduan tentang tata cara pemusnahan amunisi daluwarsa, lokasinya juga jauh dari permukiman penduduk dan dinyatakan steril, tetapi hal itu terjadi dan menelan belasan korban. Harus dievaluasi kenapa, “ ujarnya.
Urut-urutan prosedur
Sedangkan anggota Komisi I DPR TB Hasannudin menilai, jika pengamanan pelaksanaan peledakan sudah dilakukan, urut-urutan tindakan sesuai prosedur juga harus diikuti pula.
Seharunya, menurut dia, petugas atau massa tidak boleh masuk area setelah amunisi diledakkan, karena mungkin masih ada amunisi yang tidak meledak.
“Perlu waktu beberapa jam untuk memastikan semua amunisi sudah diledakkan, kalau perlu disiram air untuk mendinginkannya atau dicek dengan peralatan (robot, kamera, yang dioperasikan dari jauh).
Hal senada disamppaikan oleh pengamat militer Ridlwan Habib yang menyebutkan, petugas harus memastikan semua amunisi sudah diledakkan, sebelum mengijinkan siapa pun untuk mendekat. “Kalau warga sipil, jelas dilarang, “ ujarnya.
Ke depannya, ia meminta agar lokasi peledakan benar-benar steril sebelum detonator dipicu dan ke depannya perlu dicari cara lain lebih aman, misalnya membuang amunisi daluwarsa ke laut dalam.
Nama-nama korban dari iInformasi yang berkembang, yakni:
1.Kolonel Cpl Antonius Hermawan;
2. Mayor Cpl Anda Rohanda;
3. Agus bin Kasmin;
4. Ipan bin Obur;
5. Iyus Ibing bin Inon;
6. Anwar bin Inon;
7. Iyus Rizal bin Saepuloh;
8. Toto;
9. Dadang;
10. Rustiawan;
11. Endang;
- Kopda Eri Dwi Priambodo
- Pratu Aprio Setiawan.
Kejadian lain terkait penanganan amunisi
Insiden penanganan amunisi sebelumnya yakni meledaknya truk bermuatan amunisi Satuan Kostrad di Tol Gempol-Pandaan, Jawa Timur yang menewakan seorang orajurit 5 Mei lalu.
Ledakan dahsyat mengguncang Mako Marinir di Cilandak, Jakarta Selatan, 29 Oktober 1984 menewaskan enam orang dan 11 luka-luka serta meludeskan 2.000 ton amunisi terdiri dari peluru roket BM-14 (Rusia), howitzer 122 mm, mortir, granat.
Peristiwa laiannya ledakan amunisi di Depo Pusat Peralatan V atau Dopuspal V Bojong Koneng, pada 13 Maret 1985 menyebabkan 18 orang meninggal .
Gudang amunisi milik Kopaska di Pondok Dayung, Tg Priol meledak pada 5 Maret 2014 akibat sirkulasi udara di gudang dan sistem penyimpanan yang tidak memadai.
Gudang bahan peledak sisa masa perang milik di Brimob Polda Jawa Tengah, di Srondol, Banyumanik, Kota Semarang meledak pada pukul 07.05 WIB Sabtu pagi, 14 September 2019. Seorang anggota Brimob terluka terkena serpihan ledakan.
Pada awal Maret 2024, warga dikejutkan oleh ledakan mengguncang Detasemen Gegana Satuan Brimob Polda Jatim. Peristiwa ini menimbulkan beberapa kepanikan di sekitar lokasi dan menyebabkan beberapa kerusakan dan korban luka-luka.
Beberapa pekan setelah kejadian di Polda Jatim, ledakan amunisi simpanan juga terjadi di gudang amunisi daerah atau Gudmurah Paldam Jaya di Ciangsana, Kabupaten Bogor, milik Yonarmed 07/155 GS Kodam Jaya, 30 Maret 2024.
Menangani amunisi yang kedaluwarsa pun tidak bisa sembarangan, perlu disiplin dan pengawasan ketat SOP dan ke depannya mungkin mengaplikasikan berbagai teknologi atau metode baru yang lebih aman.
Profesi militer, harus fokus terus diasah dan digembleng, tidak bisa disambi-sambi kegiatan lain seperti buka usaha warung atau narik ojek online seperti yang pernah diwacanakan. (imbcnews/Theo/berbagai sumber diolah)