
IMBCNEWS – JAKARTA – JIKA Iran nekat menutup Selat Hormusz sebagai balasan ata serangan Amerika Serikat dan Israel terhadap situs situs nuklirnya, selain berimplikasi pada hukum int’l, tetapi juga berdampak besar pada ekonomi global termasuk bagi Iran sendiri.
Parlemen Iran sudah meratifikasi rencana penutupan Selat Hormus yang merupakan salah satu jalur pelayaran penting itu, walau keputusan akhir ada di tangan Dewan Keamanan Tertinggi Iran. Yang jelas, jika Iran jadi menutupnya, negara itu juga akan ikut rugi, karena kapal kapal tanker pengangkut minyaknya juga tak bisa beroprasi.
Selat Hormuz yang memisahkan Iran dan UEA terletak di antara Teluk Oman dan Teluk Persia diliwati sekitar 15 tanker mengangkut sekitar 20 juta barel minyak sehari atau setara 20 persen konsumsi minyak global.
Analis geopolitik dari Universitas Padjajaran Dina Sulaeman seperti ditulis kompas.com menilai, potensi penutupan Selat Hormuz, bakal berdampak pada kenaikan harga barang di Indonesia.
“Jika Selat Hormuz benar-benar ditutup, dampaknya pasti besar bagi perekonomian. Semua akan kena termasuk Indonesia, karena ketika harga minyak naik, harga gas naik, lalu pasti merembet ke mana-mana,” kata Dina.
Dina tidak memungkiri, kenaikan harga sejumlah komoditas akan membuat daya beli masyarakat menurun. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi akan melambat, dari yang ditargetkan.
“Ya (pertumbuhan melambat karena daya beli menurun). Harga-harga semuanya juga akan naik dan perekonomian Indonesia akan semakin sulit,” ucapnya. Di sisi lain ia memprediksi, keterlibatan AS dalam konflik dua negara tersebut sejauh ini tidak serta-merta mengobarkan kembali ancaman Perang Dunia III.
Pasalnya, serangan AS ke tiga fasilitas nuklir Iran masih sangat terbatas dan simbolis. Keterbatasan serangan itu terlihat dari pernyataan kubu Iran, yang mengeklaim bahwa tidak banyak kerusakan pascaserangan AS.
Iran juga menyatakan bahwa material nuklir dan para staf sudah dievakuasi sebelum serangan. Jadi , kecil kemungkinannya negara sekutu Iran, seperti China dan Rusia, terlibat dalam waktu dekat.
“Saya pikir mereka nggak akan terlibat dalam waktu dekat ini, dan potensi Perang Dunia juga masih jauh, ” tutur Dina.
Seimbangkan tekanan
Dina menilai, serangan terbatas dilakukan AS sebagai upaya menyeimbangkan tekanan domestik yang tak menghendaki perang dan sebaliknya tekanan dari pihak lain yang menolak perang.
AS juga menyadari bahwa terlibat perang artinya siap rugi besar, saat negara itu tengah membangun perekonomian dan juga berisiko bagi keselamatan pasukan AS yang kini berada di pangkalan militer di negara-negara Teluk.
China dan Korea Utara mengecam serangan yang dilancarkan AS dan Israel terhadap tiga reaktor nuklir Iran di Fordow, Isfahan dan Natanz menggunakan bom penghancur bunker GBU-57 yang diangkut pesawat siluman B-2 Spirit
Perwakilan Tetap China di PBB Fu Chong dalam sesi darurat DK PBB, Minggu (22/6) menyebut, langkah AS adalah pelanggaran serius prinsip prinsip Piagam PBB dan hukum int’l, kedaulatan, keamanan serta integritas teritorial Iran.
Sementara Wakil Menlu Rusia Sergei Ryabkov (22/6) mengingatkan, keterlibatan AS dalam aksi militer terhadap Iran mengancam stabilitas global dan bisa memicu kehancuran akibat nuklir.
“In berbahaya, dunia tinggal sejengkal dari bencana, “ katanya mengingatkan. Perang Iran vs Israel memasuki hari ke-11, Senin (23/6) masih diwarnai saling serang anatara kedua negara seteru bebuyutan itu.
Pesawat pesawat tempur Israel leluasa meggempur berbagai target di Teheran dan situs situs peluncuran rudal balistik Iran, sebaliknya Iran kembali mengguyur Tel Aviv dengan rudal rudal balistik. (imbc/Theo/sumber diolah)



