Oleh: Yusuf | Mahasiswa FD Universitas Islam Madinah, Alumni Pesantren Kiblatain Jakarta
Pendahuluan
Menjalani bulan suci Ramadhan di Madinah Al-Munawwarah adalah pengalaman yang luar biasa. Di sini, kita benar-benar merasakan ibadah Ramadhan yang sesungguhnya; Suasananya penuh ketenangan. Lain itu, semangat ibadah pun membara, serta kita disuguhi pemandangan orang-orang yang khusyuk dalam shalat dan membaca Alqur-an. Hal demikian menjadikan Ramadhan di Madinah begitu istimewa.
Allah Ta’ala berfirman dalam Alqur-an:
يٰٓـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا كُتِبَ عَلَيۡکُمُ الصِّيَامُ کَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِکُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُوۡنَۙ ١٨٣
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Ayat ini menjadi dasar bahwa puasa adalah ibadah yang diwajibkan untuk membentuk ketaqwaan. Dan di Madinah, suasana Ramadhan begitu mendukung untuk mencapai ketaqwaan yang lebih baik.
Suasana Ramadhan di Madinah
Masjid Nabawi Asy-Syarif adalah salah satu tempat yang paling sering dikunjungi oleh umat Islam, setelah Masjidil Haram di Makkah. Suasana di sini sangat haru dan penuh kekhusyukan; Terutama, pada saat tiba waktu berbuka puasa dan dlanjutka denga shalat Tarawih.
Rasulullah ﷺ bersabda: “Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih baik dari seribu kali shalat di masjid lainnya, kecuali Masjidil Haram.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menjelaskan keutamaan besar shalat di Masjid Nabawi. Sehingga, tidak heran jika Ramadhan di sini menjadi momen yang sangat berharga bagi umat Islam.
Satu jam menjelang berbuka, jalanan menuju Masjid Nabawi mulai padat. Kendaraan yang membawa jamaah umrah, penduduk lokal, serta keluarga yang berdomisili di Madinah memenuhi jalanan.
Lain itu, masyarakat Madinah lebih banyak beraktivitas di malam hari selama Ramadhan. Pagi hari menjadi waktu yang relatif sepi, termasuk bagi para mahasiswa di Universitas Islam Madinah.
Jika biasanya perkuliahan dimulai pukul 08.00 pagi Waktu setempat, selama Ramadhan jadwal perkuliahan bergeser menjadi pukul 09.30 pagi. Pergeseran waktu kuliah sangat terasa bagi saya, sebagai salah satu penghormatan terhadap bulan Ramadhan yang penuh rahmat.
Tradisi dan Kebiasaan
Salah satu tradisi yang sangat terasa juga di Madinah, adalah semangat berbagi dalam menyediakan ifthar bagi jamaah. Setiap hari, puluhan truk pengangkut takjil yang sudah dikemas dengan rapi terlihat di sekitar Masjid Nabawi, siap dibagikan kepada jutaan orang yang berbuka puasa di lingkungan masjid tersebut.
Nabi ﷺ bersabda: “Barang siapa memberi makan (untuk berbuka) kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut; Tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun.” (HR. Tirmidzi, no. 807; Ibnu Majah, no. 1746).
Hadits ini sangat relevan dengan tradisi di Madinah. Di mana, banyak sekali orang berlomba-lomba untuk menyediakan makanan berbuka bagi jamaah di Masjid Nabawi.
Takjil khas yang disajikan terdiri dari roti, zabadi (yogurt), air putih, kurma, serta beberapa makanan tambahan lainnya. Tidak ada perbedaan antara ifthar penduduk lokal mau pun pendatang seperti jamaah umrah. Semua duduk bersama dalam satu shaf, menikmati hidangan yang telah disediakan oleh para dermawan.
Di Masjid Nabawi, shalat Tarawih dikerjakan sebanyak 13 rakaat, termasuk 3 rakaat salat witir. Beberapa imam masyhur yang memimpin shalat antara lain Syekh Abdullah Al-Bu’ayjan, Syekh Qarafi dengan lantunan bacaan ayat-ayat Alqur-an begitu merdu, serta Syekh Shalih Al-Budair yang dikenal dengan doa qunutnya yang sangat menggetarkan hati. Tidak jarang, jamaah menitihkan air mata hingga tersedu-sedu saat mendengar doa qunut yang dilatnkan Syekh Shalih.
Nabi ﷺ bersabda: “Barang siapa melakukan qiyam (salat malam) di bulan Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari, no. 37; Muslim, no. 759)
Memasuki 10 hari terakhir Ramadhan, biasnya suasana semakin syahdu. Shalat malam atau qiyamullail dibagi menjadi dua bagian, yaitu: 10 rakaat Tarawih yang dikerjakan setelah shalat Isya. Lainnya adalah Shalat Tahajud dan Witir, dimulai pukul 01.00 dini hari sebelum waktu sahur tiba.
Pengalaman Pribadi
Salah satu momen yang paling berkesan selama Ramadhan di Madinah adalah ketika merasakan tangisan dalam shalat. Suasana ibadah yang khusyuk membuat hati semakin dekat dengan Allah. Air mata yang jatuh dalam sujud, amat terasa begitu bermakna; Seakan-akan Allah begitu dekat dan mengawasi kita.
Sebagai mahasiswa, kami perlu sedikit waktu untuk beradaptasi dengan jadwal perkuliahan di bulan Ramadhan. Jika biasanya satu sesi mata kuliah berlangsung selama 50 menit, maka di bulan Ramadhan hanya 35 menit per sesi.
Alhamdulillah, tahun 2025 ini tidak ada tantangan besar dalam menjalani puasa di Madinah. Bahkan, awal Ramadhan tahun ini bertepatan dengan musim dingin. Suhu saat subuh bisa mencapai 10 derajat celcius, yang bagi orang Indonesia tentu terasa sangat dingin.
Seorang supir taksi yang lahir dan besar di Madinah bahkan mengatakan, “Selama 22 tahun saya hidup di Madinah, saya belum pernah merasakan bulan Ramadhan di musim dingin.” Ini menunjukkan bahwa selama kurang lebih 22 tahun terakhir, bulan Ramadhan selalu jatuh pada musim panas.
Kesimpulan dan Refleksi
Hikmah terbesar yang saya rasakan selama Ramadhan di Madinah adalah bahwa kota ini benar-benar kota ibadah. Begitu menginjakkan kaki di sini, hati langsung ingin terus beribadah. Suasana spiritualnya begitu kuat; Seolah-olah, kita dapat merasakan bagaimana para sahabat Nabi dahulu beribadah di tempat ini.
Salah satu sabda Rasulullah ﷺ tentang keutamaan Madinah, sebegai berikut:
“Madinah itu lebih baik bagi mereka jika mereka mengetahui. Tidaklah seseorang meninggalkannya karena tidak menyukainya kecuali Allah akan menggantinya dengan orang yang lebih baik darinya. Dan tidaklah seseorang yang bersabar atas kesulitan dan kesempitan di Madinah kecuali aku akan menjadi pemberi syafa’at atau saksi baginya pada hari kiamat.” (HR. Muslim, no. 1363).
Hadits ini menunjukkan keutamaan Kota Madinah, terutama bagi mereka yang bersabar dan menetap di dalamnya.
Bagi siapa saja yang ingin merasakan Ramadhan yang penuh kekhusyukan, Madinah adalah tempat yang sangat istimewa. Semoga Allah memberikan kesempatan kepada kita semua untuk merasakan keindahan Ramadhan di kota suci ini. (*)