IMBCNews, Karawang | Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Barat, Dea Eka Rizaldi, SH., mengajak masyarakat agar mengubah pola pikir atau mindset shifting dalam mencari solusi pendapatan perekonomian. Ajakan itu sebagai bagian jawaban, atas munculnya aduan dari salah satu warga konstituennya yang merasa lowongan kerja (loker) dalam dunia industri di Kabupetan Karawang masih sulit ditembus; Dan adakalanya, malah bertemu “calo” loker sehingga para pencari kerja (pencaker) ada juga yang dibebani bayaran hingga belasan juta rupiah.
“Yang menjadi persoalan di Kabupaten Karawang atau pun di Dapil 10 Jawa Barat, sesungguhnya masih lemahnya pencaker. Sebabnya, banyak pencaker belum mempunyai ketrampilan yang sesuai standar pabrik industri,” kata Dea Eka, dalam rangkaian Reses II Masa Sidang DPRD Jabar Tahun 2025, di Monumen Rawagede, Desa Balongsari, Kecamatan Rawamerta, Selasa (11/03/2025).
Ia kemudian mengajak agar setiap individu, khususnya yang hadir reses, supaya mengubah pola berpikir atau cara pandang; Bahwa untuk memperoleh pendapatan ekonomi tidak hanya melalui pabrik namun juga dapat dilakukan dengan konsentrasi mengembangkan sektor pertanian, destinasi wisata dan UMKM.
Lebih jauh Dea Eka merinci, jika sekiranya pabrik-pabrik di Kabupaten Karawang belum memenuhi skala keinginan yang dibutuhkan warga; Ada baiknya, ubah pola berpikir pada kegiatan lain, umpamanya pada ketahanan pangan.
“Sektor pertanian saat ini sangat menjanjikan untuk terpenuhinya target ketahanan pangan nasional dan daerah. Pemerintah Indonesia yang saat ini dikendalikan Presiden Prabowo Subianto sangat memperhatikan petani. Contohnya, harga gabah kering telah dipatok 6.500 rupiah per kilogram atau di atas harga-harga sebelumnya,” tutur anggota Komisi 2 DPRD Jabar ini.
Bila warga Kabupaten Karawang yang tertarik memasuki dunia pabrik industri, harap Dea Eka, hendaknya tidak hanya bepikiran cukup menjadi karyawan, harusnya mampu menjadi manajer di pabrik.
“Prinsip saya, lebih baik menjadi kepala ikan teri daripada menjadi ekor ikan paus,” tandasnya.
Dea Eka mengurai, kalaulah seseorang menjadi kepala di perusahaan, walau kecil perusahaannya, akan lebih bebas dibandingkan menjadi buntut yang sewaktu-waktu mudah dicampakkan. “Yang namanya buntut, bisa jadi yang didapatkan kotorannya,” ucap Dea sembari berseloroh.
Kemudian ia juga mengilustrasi, dari 10 orang terkaya di Indonesia umumnya diperoleh kekayaannya dari sektor pertanian. Oleh karena itu, saran dia, hendaknya masyarakat Karawang lebih konsentrasi untuk memanfaatkan lahan pertanian yang ada; Sehingga industri pertanian di daerah yang dijuluki lumbung padi Jawa Barat ini tetap menjadi julukan yang membanggakan. “Karena, kebeadaan pangan sampai kapan pun dibutuhkan masyarakat banyak di banyak tempat,” tuturnya.
Selain sektor pertanian, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dapat juga menjadi solusi. Hanya saja, sebut Dea Eka lagi, mengubah pola berpikir dari kelas karyawan menjadi manajer tentu akan lebih baik. “Kalau pada kelas manajer, saya juga akan berusaha dan berjuang keras menawarkannya ke pabrik,” sebut dia.
Dea Eka menjelaskan, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi sedang melakukan perintisan agar di Dapil 10 berdiri kampus yang dikhususkan untuk mendidik calon-calon manajer. “Didirikannya kampus tersebut, paling tidak akan menjadi daya dorong dalam menghadapi persaingan di dunia industri,” pungkas politisi dari Partai Gerindra ini. (hmd/asy1103: lpt/lpg)