Tadabbur Alam, Memahami Makna dan Menyerap Hikmah Peristiwa

| Foto: Istimewa/dokpri
DR Nurzengky Ibrahim, MM., penulis, adalah Dosen pengajar Pendidikan Lingkungan Strata-2 UNJ, tinggal di Jakarta. | Foto: Istimewa/dokpri

Oleh Nurzengky Ibrahim

IMBCNews — Tadabbur alam, agaknya sudah tidak asing lagi di telinga orang Indonesia. Secara umum, tadabbur alam dimaknakan sebagai aktivitas berpetualang melintasi jalan berliku, melewati pelosok perkampungan, persawahan, padang ilalang, semak belukar, perkebunan, menuruni lembah dan ngarai, memasuki hutan belantara, mendaki gunung, hingga menyelami atau menyeberangi lautan dan lain sebagainya.

Tadabbur alam, dapat juga dikatagorikan sebagai sarana pembelajaran untuk menemukan pengalaman lansung, dalam menambah ilmu pengetahuan; Meningkatkan kekuatan nyali, mental, juga keyakinan di kedalaman jiwa dan menaikkan level di bidang keimanan dalam pencapaian taqwa ilallah.

Banyak kalangan kaum mukmin menjadikan tadabbur ini sebagai wahana untuk lebih mengenal Allah selaku Alkhaliq; Melalui banyak ragam ciptaanNya di hamparan daratan dan di perairan yang ada di bumi, hingga aneka sifat dari berbagai planet di ketinggian angkasa raya yang semuanya sangat menakjubkan!

Tadabbur alam, juga termasuk salah satu bentuk ibadah yang dapat mendekatkan diri kita kepada Allah Yang Mahapencipta. Dari semua ciptaanNya yang dapat disaksikan mata kepala atau keindahan dan kesegaran yang dirasakan batin, sama-sama memiliki potensi untuk meningkatkan nilai-nilai keimanan dalam upaya meningkatkan aktivitas ibadah kepadaNya.

Tadabbur Qur-an

Mufassir Ibnu Katsir, dalam Dasar-Dasar Hukum Acara Jinayah oleh Zulkarnain Lubis & Bakti Ritonga, mengartikan, bahwa kata tadabbur adalah memahami makna lafal Alqur-an dan merenungkan apa yang ditunjukkan, terkandung, dan menjadi makna sempurna Alqur-an dari tanda-tanda dan peringatan yang tidak tampak dalam lafalnya.

Ada pun mereka yang mentadaburkan Alqur-an, maka mereka pula yang mengambil manfaat dan hikmah lewat hati dan pikirannya, tunduk pada nasihat-nasihat Alqur-an, juga mereka itu diajak agar senantiasa patuh terhadap perintah dan larangan dariNya.

Dalam Manhajut Taabi’in fi Tarbiyatin Nufus (Madrasah Pendidikan Jiwa), Abdul Hamid Al-Balali menjelaskan bahwa Alqur-an itu tidak akan memberi dampak kepada pembacanya, kecuali bagi mereka yang mentadabburi atau merenungkan tentang kandungan makna ayat-ayatNya.

Apabila tanpa melalui proses tadabbur, seseorang yang melafalkan Alqur-an cenderug tidak mampu merasakan kenikmatan ketika ia membaca ayat-ayat mengenai kabar gembira, serta tidak merasa takut pada ayat yang berisi ancaman dari Allah kepada mereka yang musyrik dan enggan bersyukur.

Perintah Allah untuk mentadabburi ayat-ayat Alqur-an, antara lain tecantum dalam Surat An Nisa ayat 82, sebagai berikut:

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلْقُرْءَانَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ ٱللَّهِ لَوَجَدُوا۟ فِيهِ ٱخْتِلَٰفًا كَثِيرًا

Artinya: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Alqur-an? Kalau kiranya Alqur-an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapati pertentangan yang banyak di dalamnya”. (QS An-Nisa: 82)

Tadabbur Alam dalam Kehidupan

Tadabbur alam, dapat juga disebut sebagai kegiatan yang memacu nalar untuk merenungi dan menghayati ciptaan Allah Ta’ala di alam semesta; Dengan maksud untuk meningkatkan keimanan, memperluas pengetahuan tentang kebesaran Allah, dan mengambil i’tibar serta hikmah (pelajaran bernilai manfaat) dari aneka peristiwa ciptaanNya.

Dalam upaya mengefektivkan tadabbur alam, boleh jadi, kita melibatkan beberapa cara; Antaranya melakukan perjalanan wisata ke tempat-tempat yang indah dan menarik, seperti gunung, pantai, hutan, danau, dan lain sebagainya.

Pada bagian lain, perjalanan tersebut, dapat juga dilakukan observasi dan eksperimen terhadap fenomena alam, seperti gerhana, pelangi, gempa bumi, tanah longsor, banjir bandang dan lain-lain. Tadabbur demikian, berarti tiada terpisah dengan kegiatan merenungkan atau memikirkan sesuatu dengan lebih mendalam; Baik itu mengenai ayat-ayat Alqur-an atau yang disebut ayat-ayat qauliyah, sekaligus hal yang berkaitan dengan fenomena alam atau peristiwa kehidupan sebagai ayat-ayat kauniyah, untuk dipahami maknanya dan diserap hikmah yang terkandung dibalik fenomena dan peristiwanya.

Hal demikian ini, adalah bagian proses berpikir mendalam yang menguatkan pemahaman pada jangkauan lebih luas, dalam upaya pengambilan pelajaran dari apa yang dipikirkan atau direnungkan.

Penghayatan terhadap ayat-ayat Alqur-an, memiliki kecenderungan membuka mata hati dan pikiran manusia guna memahami makna, menarik hikmah dan menjiwai hukum-hukum yang Allah sabdakan melalui aneka fenomena dan beragamnya peristiwa di alam raya.

Dengan demikian akan lebih terlihat dan terasakan mengenai manfaat dari kegiatan tadabbur; Antara lain, pertama, meningkatnya pemahaman tentang Alqur-an dan Kemahakuasaan Allah terhadap alam semesta dan isinya; Kedua, membantu pada pengambilan pelajaran dari ragam fenomena dan peristiwa kehidupan;

Ketiga, membuka mata hati dan pikiran untuk lebih memahami lingkungan dunia fana di sekitar kita; Dan keempat, menumbuh-kembangkan kesadaran, sekaligus meninggikan rasa tanggung jawab kita selaku hamba terhadap Allah selaku Alkhaliq Yang Mahapencipta lagi Mahakuasa atas apa pun…. (*)