*Dr. Encep Saepudin, S.E., M.Si.
IMBC News | Saat tulisan ini ditulis, tahun 2024 tersisa beberapa jam lagi. Lantas, tahun pun berubah dari tahun 2024 menjadi tahun 2025. Pergantian tahun itu disebut tahun baru.
Yang baru hanya tahunnya. Nama dan jumlah bulan tetap sama. Pun nama hari kagak berubah.
Jumlah hari pun tetap sama, yaitu 29, 30, dan 31. Jumlahnya selama setahun 365 hari, kecuali saat tahun kabisat sebanyak 366 hari.
Hanya urutan tanggalnya saja berbeda. Misalnya, hari pada tanggal 29 Desember 2024 adalah Minggu, sedangkan pada tanggal dan bulan yang sama di tahun 2025 bergeser menjadi Senen.
Tahun bisa berarti lama. Misalnya 40 tahun atau tahun ke-40.
Bisa juga berarti waktu. Misalnya tahun 2025.
Kalau sudah tahu tahun lahirnya, selayaknya tahu diri. Usia itu sebatas tambah umur dalam setahun. Makanya disebut ulang tahun. Sebab selalu berulang-ulang tambah umur setiap tahun.
Padahal sejatinya ulang berulang tahun itu makin mendekati pada kematian! Selayaknya menyambut kematian saat sedang menebar kemaslahatan. Saat menikmati uang hasil kerja yang jauh dari culas dan curang.
Islam mengingatkan makna dibalik tahun sebagai waktu. Terekam pada QS Al-Ashr (1-3), berbunyi: Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.
Makna yang terkandung dalam surah ini adalah Allah Swt melarang hamba mencela waktu. Jangan mengisi waktu dengan kemungkaran dan berbangga diri pada nenek moyang.
Sebab nilai keimanan itu tercermin pada kebaikan tanpa membedakan suku, bangsa, dan ras. Setiap agama punya standar kebaikan tersendiri. Salah satu kebaikannya itu adalah pada pengisian hari dalam setahun dengan perbuatan baik dan menjauhkan perbuatan buruk.
Betul, ngga? Kalau betul, kenapa ngga melakoninya. Kalau ngga, sesuka-sukanya saja.
Karena itu, akhir tahun menjadi waktu evaluasi diri. Biasanya dirayakan setiap pergantian tahun. Sebaliknya tahun berikutnya gaungkan resolusi.
Di dunia terdapat sejumlah nama tahun dalam hitungan kalender, yaitu Suku Maya, Kongzili (tahun barunya bernama Imlek), Masehi, Saka, dan Hijriah. Tentunya masih banyak jenis-jenis kalender dalam satu tahun dengan skala terbatas.
Tahun Suku Maya mencatat tahun kiamat pada tahun 2012. Dunia heboh. Sebagian kecil warga bumi panik.
Obrolan ringan, analisis akademik, hingga visual movie pun terhampar menyambut kiamat. Sebagian kecil terhasut dan menganggapnya nilai religius dengan cara bunuh diri massal. Padahal 12 tahun berlalu dan dunia ternyata baik-baik saja. Apes!
Jejak manusia dalam mengisi hari-hari dalam tahun disebut sejarah. Sebagian sejarah berkaitan keilmuan terekam dalam ensiklopedia. Ada juga jejak kenangan suka dan duka.
Pada sebagian bangsa mencatat sejarah dalam tahun secara periodik. Umumnya disebut jubilee, yaitu silver jubilee (25 tahun), golden jubilee (50 tahun), diamond jubilee (75 tahun).
Jubilee beda dengan jebule. Jebule itu berarti ternyata.
Wis kadung ngomong sayang, jebule wis nduwe gandengan. Wis kadung tak sawang malah tinggal kenangan.
Kalimat bijak tersirat dan tersurat yang dialami rakyat. Menerima banyak janji ternyata sebatas harapan yang membentang.
* Pemulung kata sekaligus dosen Prodi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Purwokerto