IMBCNews, Rawamerta-Karawang | Panen padi berlangsung lingkungan Kantor Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD) Pertanian Kecamatan Rawamerta, diiringi dengan mesin combine harvester; Butir-butir padi yang telah dirontok, langsung dibersihkan dan dimasukkan di karung yang telah dipasang di mesin otomatis combine.
Kepala UPTD Pertanian Priyanto mengawasi kegiatan panen di lokasi yang mengelilingi kantornya, Sabtu (24/5). Ia menyampaikan kepada IMBCNews dan awak media lain bahwa kegiatan panen padi ini selain sawah milik warga namun juga sawah Balai Benih Dinas Pertanian & Ketahanan Pangan Kabupaten Karawang dan sebagian kecil Sawah Demplot UPTD Pertanian Rawamerta.
Hal menjadi sorotan adalah pada uji coba menaikkan unsur hara tanah di sawah yang dikelola UPTD Pertanian setempat dengan luas 1.115 meter persegi. Menurut Aan –begitu sapaan akrab Priyanto– pihaknya berhasil menaikkan pH tanah, dari 4,5 menjadi 5,5.
Ia menjelaskan bahwa umumnya unsur hara tanah sawah di Kabupaten Karawang tergolong rendah. Mungkin tanah sawahya sudah memasuki masa jenuh; Salah satu sebabnya, selama ini petani menggunakan pupuk kimia dan jarang sekali yang menggunakan pupuk kompos atau pun jenis organik nabati.
“UPTD Pertanian Rawamerta menjalankan tugas pada upaya menaikkan unsur hara atau pH tanah, dalam mendukung program ketahanan pangan daerah. Alhamdulillah, di lahan ujicoba atau demplot ini, setelah kami coba tidak memakai pupuk kimia, pH tanahnya naik dari 4,5 menjadi 5,5. Hasil butir padinya juga bagus-bagus,” sebut Aan.
Pada lahan demplot ini, setelah dipanen menggunakan mesin combine gabah yang diperoleh 526 kilogram. Pada perolehan bobot gabah sejumlah ini, Aan mengaku belum mencapai hasil panen yang ideal.
“Karena yang jadi target UPTD adalah peningkatan unsur hara tanah. Kalau soal hasil panen, lebih disebabkan dengan pola tanam. Karena tiap-tiap larik tanaman padi, rata-rata ditanam hanya 1 batang pohon benih. Idealnya 2 sampai 3 batang per lubangnya,” sebut dia.
Aan lantas menjelaskan bahwa tanaman padi di lahan demplot kebanyakan hanya 1 batang benih per lubang; Maka hasil panennya kurang maksimal. Selain itu juga, jarak tanamnya di tiap larik baris rata-rata 30 centimeter. Dan polanya tidak seperti metode SRI atau metode Hazton yang popular disebut Jajar Legowo.
“Metode jajar legowo sekarang yang sering digunakan di Indonesia. Di antara beberapa barisan tanaman padi memiliki jarak yang lebih lebar atau dikosongkan sekitar 50 sampai 70 centimeter. Ini bisa juga dipakai jalan saat penyemprotan dan pemumukan,” tegas Aan.
Lebih lanjut ia juga jelaskan, terkait upaya untuk meningkatkan unsur hara tanah, pihaknya tidak memakai pupuk kimia pada tanaman padi di lahan demplot. “Yang kami gunakan hanya pupuk organik nabati. Ternyata dari Ph tanah yang semula 4,5 sekarang sudah meningkat jadi 5,5. Alhamdulillah, mudah-mudahan masih bisa ditingkatkan lagi pH tanahnya,” sebut dan harapnya mengakhiri. (AG Kahean/Asy-2405: lpt/lpg)