

IMBCNews, Padang – Wakil Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) RI, Helvi Yuni Moraza mengatakan, Indonesia berupaya mengolah komoditas Gambir untuk keperluan dalam negeri.
Hal ini ia sampaikan usai menjadi pembicara di Entrepreneur Hub Terpadu 2025, Universitas Andalas (Unand) pada Rabu (14/5/2025).
Dirinya mengatakan, potensi Gambir yang melimpah seharusnya bisa dipasarkan di dalam negeri. Helvi menilai, hal tersebut berdampak kepada tersedianya komoditas Gambir.
Bahkan ia mengungkapkan, pemanfaatan Gambir di dalam negeri, sejalan dengan nawa cita Presiden RI, Prabowo Subianto.
“Kenapa potensi di dalam negeri dulu tidak kita maksimalkan?,” ungkapnya kepada wartawan.
“Kalau ekosistem itu sudah terbentuk, kita berharap industri gambir itu pengolahannya sampai hilirisasinya sudah tersedia di dalam negeri. Itu sejalan dengan program Presiden, hilirisasi,” lanjut Helvi.
Pemanfaatan Gambir untuk dalam negeri bisa digunakan untuk sejumlah kebutuhan industri.
Salah satu yang terdampak atas hal tersebut adalah, pemanfaatan Gambir untuk industri farmasi.
Pemanfaatan Gambir untuk industri tersebut, diperlukan kolaborasi sejumlah pihak terkait. Mulai dari Pemerintah, BUMN, hingga lembaga pendidikan.
Helvi berharap, pihak-pihak tersebut bisa berkolaborasi bukan hanya memanfaatkan Gambir untuk kebutuhan industri farmasi.
Namun, mereka bisa mendongkrak harga pasar Gambir, serta menaikkan taraf petani komoditas tersebut di Tanah Air.
“Sementara di sisi lain, gambir ini adalah bahan yang dibutuhkan untuk industri farmasi,” ujar Helvi.
“Kami berharap, kerjasama dengan BUMN Farmasi menghasilkan persaingan pasar, sehingga otomatis tingkat harga itu mulai mendekati tingkat kewajaran, dan juga meningkatkan tara petani di Indonesia,” sambungnya.
Lebih dari itu, kolaborasi antara Kementerian UMKM RI dengan BUMN diharapkan bisa menstabilkan harga Gambir di pasar.
Kolaborasi tersebut juga bisa meningkatkan nilai Gambir di dalam negeri, termasuk untuk kebutuhan industri farmasi.
“Hal ini sedang diupayakan oleh kementerian UMKM bersama BUMN akan mencoba menginisiasi kemudian menurunkan,” sebut Helvi.
“Sehingga penyerapan dari produk Gambir itu bisa menghasilkan nilai tambah, yang selama ini dijual mentah kemudian bisa dijual menjadi setengah baku,” tutupnya.