IMBCNEWS, Jakarta – ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) meminta otoritas China berbagi data terkait asal-usul Covid-19 yang pertama kali terdeteksi di kota pelabuhan Wuhan, medio Sept. 2019 dan kemudian menyebar menjadi pandemi global.
Data-data tersebut, menurut WHO dalam rilisnya, diperlukan selain menyangkut transparansi, juga untuk digunakan dalam kerjasama global guna mencegah pandemi ke depannya.
“Kami terus meminta China untuk berbagi data dan akses untuk mendalami asal-usul Covid-19. Ini adalah kewajiban moral dan ilmiah,” kata WHO dalam dirilis yang diterbitkan tepat lima tahun setelah otoritas kesehatan Wuhan pertama kali melaporkan kasus pneumonia misterius itu lima tahun lalu.
Pandemi Covid-19 telah menewaskan lebih dari 7,92 juta orang memapar 701 juta penduduk dunia dan melumpuhkan sistem kesehatan dan menghancurkan perekonomian global.
WHO juga menyerukan penghormatan terhadap jutaan nyawa yang hilang, apresiasi terhadap tenaga kesehatan, dan komitmen untuk belajar dari pandemi ini guna membangun masa depan yang lebih sehat.
WHO menegaskan bahwa tanpa transparansi, berbagi data, dan kerja sama antarnegara, dunia tidak dapat mempersiapkan diri menghadapi epidemi berikutnya.
Sementara Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebutkan, dunia telah belajar banyak dari pandemi Covid-19 , tetapi masih menghadapi kelemahan dan kerentanan yang sama seperti lima tahun lalu.
“Jika pandemi berikutnya tiba hari ini, kita masih belum sepenuhnya siap,” kata Tedros.
Sementara itu, negara-negara anggota WHO pada 2021 sepakat untuk merumuskan perjanjian pandemi untuk meningkatkan pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons terhadap pandemi.
Namun meskipun sebagian besar poin telah disepakati, negosiasi masih terhambat pada isu utama yaitu kewajiban berbagi patogen baru dan pembagian manfaat seperti pengembangan vaksin.
Batas waktu untuk menyelesaikan perjanjian tersebut, Mei 2025, tetapi kendala tetap terjadi antara negara-negara maju dengan industri farmasi besar dan negara-negara berkembang yang khawatir akan ditinggalkan saat pandemi berikutnya tiba.
China Tolak Tim PBB
Di awal-awal pandemi, Dirjen WHO sempat gusar pada China yang menolak tim badan kesehatan PBB itu melakukan investigasi ke Wuhan, apalagi konon penolakan disampaikan pada “menit-menit terakhir” menjelang keberangkatan mereka.
Sikap saling curiga juga muncul pada awal merebaknya Covid-19, seperti tudingan yang dilontarkan oleh Presiden AS saat itu, Donald Trump yang menyebutkan, virus terjadi akibat kebocoran laboratorium di Wuhan.
Kecurigaan makin menebal akibat Tim Investigasi PBB beranggotakan sepuluh orang yang dikirim ke Wuhan mengalami penundaan karena visa masuk tidak kunjung diterbitkan aoleh otoritas China.
Tim WHO itu akhirnya diizinkan untuk datang dan melakukan investigasi di China terkait asal-usul Covid-19 yang pertama kali terlacak di kota Wuhan pertengahan Desember 2019.
Asal-muasal virus sejauh ini masih menjadi misteri, namun tim penyelidik WHO dalam jumpa pers di Wuhan (9 Feb’ ’21) mengesampingkan dugaan kebocoran laboratorium di Wuhan sebagai penyebabnya.
Dugaan awal, kata Ketua Tim WHO Peter Ben Embarek, virus SARS-CoV-2 berasal dari kelelawar yang memaparkan ke manusia melalui hewan mamalia lain walau sebelumnya teori ini belum pernah terbukti.
Skenario terkait kebocoran lab, menurut Embarek, tidak akan diperdalam lagi walau mungkin saja akibat suatu insiden (tidak dirinci, apa).
“Tidak ada alasan (untuk melanjutkan penyelidikan-red), “ujarnya.
Apa pun alasannya, transparansi diperlukan agar tidak saling mencurigai, lebih dari itu, kolaborasi int’l lebih intensif diperkukan untuk menghadapi kemungkinan pandemi ke depannya.