IMBCNEWS | Wahgawat jika info itu benar. Arab Saudi telah berbagi intelijen dengan para pejabat Amerika yang mengatakan bahwa Iran mungkin sedang mempersiapkan serangan dalam waktu dekat terhadap kerajaan Arab, kata tiga pejabat AS, seperti yang diansir VOA, pekan ini.
Meningkatnya kekhawatiran mengenai kemungkinan serangan terhadap Arab Saudi muncul sewaktu pemerintahan Presiden AS Joe Biden mengkritik Teheran atas tindakan kerasnya terhadap protes yang meluas dan mengecam negara itu karena mengirimkan ratusan drone – serta dukungan teknis – ke Rusia untuk digunakan dalam perangnya di Ukraina.
“Kami prihatin dengan kemungkinan ancaman, dan kami tetap dalam kontak terus menerus melalui saluran militer dan intelijen dengan Saudi,” kata Dewan Keamanan Nasional dalam sebuah pernyataan. “Kami tidak akan ragu-ragu untuk bertindak dalam membela kepentingan kami dan mitra-mitra kami di wilayah itu.”
Dalam foto yang dirilis oleh Istana Kerajaan Saudi ini, Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (kanan), menyambut Presiden Joe Biden setibanya di istana Al-Salam di Jeddah, Arab Saudi, Jumat, 15 Juli 2022.
Namun Saudi tidak menanggapi permintaan komentar. Misi Iran untuk PBB mengatakan kepada Associated Press pada Rabu bahwa klaim AS itu “tidak berdasar.”
“Rezim Barat dan Zionis menyebarkan berita bias yang bertujuan untuk menciptakan suasana negatif terhadap Republik Islam Iran dan menghancurkan tren positif sekarang ini dengan negara-negara di kawasan ini,” kata misi itu dalam sebuah pernyataan.
Salah satu pejabat yang mengukuhkan tentang pembagian data intelijen itu menyebutnya sebagai ancaman serangan “segera atau dalam 48 jam” yang kredibel. Tidak ada kedutaan besar atau konsulat AS di kawasan tersebut yang mengeluarkan peringatan atau pedoman bagi warga Amerika di Arab Saudi atau tempat-tempat lain di Timur Tengah berdasarkan data intelijen itu. Para pejabat tidak berwenang mengeluarkan komentar secara terbuka dan mereka berbicara dengan syarat anonim.
Ketika ditanya wartawan mengenai intelijen yang dibagi oleh Saudi, Brigjen Pat Ryder, sekretaris pers Pentagon mengatakan, para pejabat militer AS “prihatin mengenai situasi ancaman di kawasan.
INBCnews