Oleh Asyaro G Kahean *]
IMBC NEWS | Tindakan membakar barang cetakan unsur kertas, kemudian berkobar, hangus dan jadi debu, merupakan proses alamiah. Tidak ada hal yang mengejutkan di sana. Apa lagi, jika si pembakarnya tidak pernah paham akan konten pada barang cetakan yang dibakarnya. Akankah kita mengecam habis akan tindakan itu? Sedangkan barang yang dibakar, bukan pula dari hasil pembelian atau pencurian dari rumah kita.
Memang ya. Suatu barang cetakan yang punya unsur kertas dan tinta, ada juga yang kita kenal dengan sebutan Kitab Alqur-an. Karena kontennya diyakini berupa salinan wahyu yang diturunkan Allah Subhanahu wa ta’ala (Swt) kepada RasulNya, Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam (Saw).
Sudah bermiliar-miliar eksemplar kumpulan wahyu tersalin di dalam kitab yang umum disebut kaum mukmin dengan Kitab Suci Alqur-an. Dalam keluarga muslim, umum juga, anak-anak semenjak kecil disuruh orang tuanya belajar membaca Kitab Alqur-an.
Bahkan, anjuran tak sekadar mampu membaca saja, namun juga anak didorong untuk mengerti serta memahami makna konten yang termaktub di dalam Kitab Alqur-an. Hanya saja, meski sudah belajar, tidak serta-merta bagi setiap anak ketika menapaki usia dewasa, kemudian mempunyai minat yang bagus lagi jempolan untuk mendalami dan memahami isi termaktub di Kitab Alqur-an.
Dus, sebagian dari kaum muslim didapati ada yang menjadikan Kitab Alqur-an seolah sebagai pajangan saja. Bertahun-tahun lamanya; Terkadang Kitab Alqur-an yang dipajang tidak pernah disentuh, konon dibacanya? Dan konon, akankah mereka ini mendalami makna yang terkandung di dalam kitab yang terkatagorikan suci tersebut?
Padahal, semasa kecil hingga remaja sering berada di lingkungan orang-orang yang pernah belajar membaca aksara yang ada di dalam Kitab Alqur-an; Bahkan di antaranya, banyak juga menghapal ayat-ayat guna memenuhi kewajiban shalat dan lain sebagainya.
Apakah logis kiranya, manakala di antara mengaku mencintai Kitab Alqur-an namun mengabaikan kandungan makna yang tersimpan di dalam setiap huruf, kata, serta kalimat yang termaktub di dalam kitab tersebut? Bukankah dengan keengganan untuk mempelajari makna yang terkandung di dalam Kitab Alqur-an cenderung menumbuhkan benih penyia-siaan. Dan apakah dalam pengakuan cinta terhadap Kitab Suci Alqur-an sudah dipandang cukup dengan memberlakukan seakan hiasan belaka?
Selama ini, telah terjadi pada sebagian kalangan muslim sendiri mengabaikan rasa cintanya kepada Kitab Alqur-an, dengan cara-cara membelakangkanNya; Dengan tanda, ada kecenderungan membiarkan kitab itu dan tanpa sentuhan, tanpa membacanya setiap berkesempatan, tanpa pula mempelajari makna yang terkandung di dalamnya.
Di atas sikap demikian itu, yang cenderung terjadi adalah penodaan-penodaan akan cinta; Sebab, perilakunya, membiarkan diri ternoda dan menodai di atas alasan cinta yang diungkap oleh dirinya sendiri.
Hal yang menghebohkan sebetulnya berada pada kaum muslim yang punya kecenderungan menodai cinta sendiri kepada Kitab Alqur-an. Hal ini, dapat ditengara dengan selalu abai dan acap kali ia menyia-siakan makna kesucian yang termaktub di dalam Kitab Alqur-an dengan beragam alasan. Akan lebih heboh ia, ketika terdapati orang lain yang sama-sekali tidak mengerti, tidak memahami, dan tidak pula mencintai Kitab Alqur-an tetapi bertindak membakar Kitab Alqur-an.
Jika akhir-akhir terjadi ada aksi pembakaran barang cetakan yang kita kenal dengan Kitab Alqur-an, antara lain terjadi di Stockholm, sedangkan pembakarnya adalah politikus Swedia Rasmus Paludan; Agaknya perlu kita ingat-ingat, bahwa dalam jiwa orang tersebut sudah lebih dulu tertanamkan anti Kitab Alqur-an.
Agaknya menjadi lumrah, kalau orang anti kemudian berusaha menjauhkan atau mendeskreditkan apa yang tidak disukainya. Dengan alasan anti, boleh jadi juga, karena ia tidak suka Kitab Alqur-an, kemudian ia menjauahkan dari dirinya dengan cara membakar. Sepertinya, tindakan dia bukan tindakan luar biasa.
Maka, masih sangat lebih mungkin bahwa dia melakukan pembakaran tersebut hanya diakibatkan dari kebodohan belaka. Terbukti, wujud cetakan Kitab Alqur-an berbagai ukuran yang berada di rumah-rumah ummat muslim hingga masjid-masjid, lembaga pendidikan berbasis Islam, majelis pengajian dan lainnya di perkirakan jumlahnya mencapai miliar eksemplar. Sanggupkah orang selevel Rasmus Paludan membeli atau mencuri kemudian membakar semua Kitab Alqur-an?
Agaknya perlu kita telusuri juga kini, bahwa barang cetakan yang dibakar dia bukanlah Kitab Suci Alqur-an yang berasal dari rumah kita yang dibeli atau dicuriannya. Oleh karena itu, alangkah indah dan damai, manakala kita sama-sama menjaga dengan sebaik-baiknya Kitab Suci Alqur-an yang ada di rumah dan lingkungan kita.
Manakala memang kita masih menaruh cinta mendalam terhadap Kitab Suci Alqur-an, alangkah syahdu nian, manakala kita menjaganya dengan cara menyentuh, membuka lembar demi lembar, mempelajari setiap makna yang terkandung di dalam Kitab Alqur-an; Sehingga, kita semua lebih mengetahui, juga lebih memahami segala sifat dan segala hal yang dimaui dan dikehendaki oleh Alkaliq yang menurunkan wahyu melalui Rasulullah Muhammad Saw. | Semoga bermanfaat.
*] Penulis adalah Redaktur IMBCNews