IMBCNEWS Jakarta, Ketua Komis B DPRD DKI yang membidangi perekonomian meliputi antara lain ketahanan pangan dan peternakan dan perikanan, H. Ismail, S.Pd, MH mengingatkan kepada Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta (DKI) agar dapat mengantisipasi akan terjadi kenaikan harga pangan dunia.
“Harga gandum, jagung dan minyak biji-bijian dari bunga mata hari atau kedele, kedepannya bisa jadi naik tajam lantaran Rusia menarik kesepakatan dalam perjanjian (Black Sea Grain Initiative) yakni membuka kemudahan perdagangan produk pertanian seperti gandum jagung dan minyak dari tumbuh-tumbuhan,” katanya.
Ia diminta tangapannya oleh IMBCnews, terkait adanya Keputusan Rusia menarik partisipasinya dalam inisiatif biji-bijian Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiative, yang selama ini membuka pintu ekspor dan impor terhadap produk pertanian melalui laut hitam di mana jalur itu sebagian di bawah kendali Rusia.
Indonesia meskipun bukan negara penghasil gandum, tetapi masyarakatnya sudah terbiasa mengkonsumsi gandum sebagai menu makanan setiap harinya, seperti membuat gorengan, campuran makanan dan bahan pokok mie instan. “Oleh karenanya, tugas Komisi B yang membidangi ekonomi, mengingatkan agar Pemda DKI lebih siap dalam mengantisipasi penyiapan bahan pangan terkait kebijakan dunia yang mudah berubah itu,” kata Ismail menegaskan.
Mengutip harga pangan dunia yang sudah di release media nasnal disebutkan, kini harga pangan dunia tengah melandai. Rata-rata indeks harga pangan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) pada Juni 2023 senilai 122,3 poin atau menurun 1,4 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Angka ini lebih rendah 20,94 persen dibandingkan posisi Juni 2022 dan terjun 23,4 persen dari puncak rata-rata indeks harga pangan pada Maret 2022.
Namun, dengan kebijakan Pemerintah Rusia menarik diri dari komitmen untuk menjaga kestabilan harga pangan dunaia, cepat atau lambat, harga pangan dipastikan akan bergerak naik, kata Ismail, seranya menambhakan, kapal-kapal pengankut takut akan adanya ranjau atau serangan dari Rusia.
Ditambahkan, pada pertengahan 2022, Black Sea Grain Initiative berperan penting dalam meredam laju kenaikan harga komoditas pangan dunia yang memanas akibat perang dua negara Rusia-Ukraina yang menyeret kebijakan AS dan Eropa memblokir rekning bank-bank Rusia di kawsan Eropa. Kita mengerti, kedua negara yang berkonflik itu merupakan pemain penting dalam pasar ekspor pangan dunia. Namun, setelah beberapa kali diperpanjang, pada 17 Juli 2023, Rusia menarik keterlibatannya dalam inisiatif tersebut. Ini karena, menurut Rusia, ekspor biji-bijian Ukraina tidak banyak dinikmati negara-negara miskin.
“Saya kira itu bukan pernyataan tepat, karena ekspor Ukraina meskipun tidak langsung ke Afrika dan Asia misalnya, pada akhirnya akan dijual juga ke negara-negara konsumen seperti Indonesia, Malayasia dan lainnya, melalui broker atau agen-agen yang sudah berada di masing-masing negara,” katanya.
Ia menambahkan, dari laporan BBC, data Pusat Koordinasi Bersama PBB menyebut sebanyak 57 persen bahan makanan yang diekspor dari Ukraina selama satu tahun terakhir itu dikirim ke negara-negara berkembang. Sisanya, 43 persen, dikirim ke negara-negara maju. Penerima terbesar adalah China, Spanyol, Turki, dan Italia. Data lain menyebut, PBB mencatat sebanyak 725.000 ton biji-bijian dari Ukraina dikirim ke Afghanistan, Djibouti, Etiopia, Kenya, Somalia, Sudan, dan Yaman melalui Program Pangan Dunia (WFP).
Oleh karenanya, semua pihak utamanya Pemda DKI perlu antisipasi dini terkait akan ada kecenderungan harga bahan pangan naik, baik karena perbahan iklim maupun terjadinya dampak perang Rusia dan Ukaina, kata H. Ismail, dari Fraksi PKS
imbcnews/diolah