Bekasi-IMBCNews – Wartawan Senior Aat Surya Safaat menilai, Lembaga Kemanusiaan Aqsa Working Group (AWG) selama ini berperan menjalankan “second track diplomacy” (diplomasi jalur kedua) bagi pembebasan Masjid Al-Aqsa dan kemerdekaan Palestina.
“Selamat Milad yang ke-16. AWG sudah 16 tahun menjalankan peran ‘second track diplomacy’ bagi pembebasan Masjid Al-Aqsa dan kemerdekaan Palestina,” katanya pada tasyakuran 16 tahun AWG di Aula Munif Chatib Sekolah Insan Mandiri Bekasi, Minggu (22/9).
Acara tasyakuran 16 tahun AWG itu sendiri dirangkai dengan Telaah Buku “Bumi Palestina Milik Bangsa Palestina” yang ditulis oleh Imaam Yakhsyallah Mansur dan Ali Farkhan Tsani.
Imaam Yakhsyallah Mansur adalah Pembina Jaringan Pesantren Al-Fatah sekaligus Pembina dan salah satu pendiri AWG, dan Ali Farkhan Tsani adalah Duta Al-Quds Internasional yang juga wartawan senior Kantor Berita MINA.
Acara tasyakuran 16 tahun AWG dan Telaah Buku “Bumi Palestina Milik Bangsa Palestina” itu dihadiri oleh Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri Prof. Sudarnoto Abdul Hakim, MA, Ketua Pembina Maemunah Center I am just Indonesia (MaeCI) Dr. Adhyaksa Dault, dan Staf Ahli Menlu Muhsin Shihab.
Aat Lebih lanjut mengemukakan, diplomasi tradisional “first track diplomacy” (diplomasi jalur pertama) yang hanya melibatkan pemerintah dalam menjalankan misi diplomasi tentu tidak akan efektif dalam rangka menyampaikan pesan-pesan diplomasi terhadap suatu negara, apalagi terhadap dunia internasional.
Maka, aktivitas diplomasi yang melibatkan peran publik akan sangat dibutuhkan dalam rangka melengkapi aktivitas diplomasi tradisional, dan “Second track diplomacy” yang bersifat informal itu dapat melengkapi, memperkuat, atau mengisi ruang-ruang yang masih kosong dari apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah melalui “first track diplomacy” yang bersifat formal.
Oleh karena itu, menurut Kepala Biro Kantor Berita ANTARA New York 1993-1998 dan Direktur Pemberitaan ANTARA 2016 itu, dilihat dari diplomasi publiknya yang luar biasa dalam membela dan mengupayakan pembebasan Masjid Al-Aqsa dan kemerddekaan Palestina, AWG telah secara nyata menjalankan fungsi “second track diplomacy”.
Sebelumnya Ketua Presidium AWG Nur Ikhwan Abadi menjelaskan, sekitar 80 persen aktivitas AWG adalah melakukan edukasi dan sosialisasi mengenai pentingnya pemahaman terkait pembebasan Masjid Al-Aqsa dan perjuangan bagi kemerdekaan Palestina di berbagai forum, selain menggerakkan demonstrasi mendukung Palestina.
Sekitar 20 persen sisanya adalah kegiatan ‘fund rising’, dan dalam satu tahun terakhir AWG yang didirikan pada Agustus 2008 itu berhasil mengumpulkan dana hampir Rp 6 miliar yang disampaikan ke Palestina secara bertahap.
Menurut Aat, dalam kerangka “second track diplomacy” itu AWG yang berada dibawah naungan Pesantren Al-Fatah bersama Lembaga Medis dan Kemanusiaan MER-C (Medical Emergency Rescue Comittee) mendirikan Rumah Sakit Indonesia di Gaza Palestina.
Mengenai buku “Bumi Palestina Milik Bangsa Palestina”, Aat menyatakan bahwa buku tersebut perlu diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan Arab serta didisseminasikan ke berbagai perguruan tinggi di Tanah Air agar makin banyak kalangan terdidik dan generasi muda yang memahmi pentingnya pembebasan Masjid Al-Aqsa dan kemerdekaan Palestina.
“Hanya satu kalimat yang bisa saya kemukakan terkait buku tentang Palestina ini, yaitu ‘interesting, inspiring, and motivating,” kata Asesor Uji Kompetensi Wartawan (UKW) PWI yang juga Penaehat Forum Akademisi Indonesia (FAI) itu.
Ia manambahkan bahwa buku yang ditulis oleh Imaam Yakhsyallah Mansur dan Ali Farkhan Tsani itu sangat komprehensif, mengulas Palestina dalam lintasan sejarah, menyoroti dukungan dunia internasional terhadap Palestina saat ini hingga mengulas isyarat Al-Quran tentang kehancuran Yahudi dan bebasnya Masjid Al-Aqsa dari cengkraman Zionis Yahudi. (*)