IMBCNEWS | Jakarta, Ahli psikologi sekaligus Ketua Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor) Reni Kusumowardhani mengungkapkan kepribadian terdakwa kasus pembunuhan berencana Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi.
Awalnya, Jaksa meminta Reni untuk menjelaskan profil kepribadian Putri yang diambil dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan sebelumnya. Reni menjelaskan Putri memiliki kecerdasan yang berfungsi pada taraf rata-rata orang seusianya. Lain halnya dengan Sambo yang memiliki kecerdasan tinggi.
Putri juga memiliki pemahaman nilai sosial yang baik. Namun, perencanaan perilakunya di lingkungan sosial tergolong kurang. Artinya, Putri kurang dalam merespons lingkungan, termasuk pada saat menghadapi satu masalah di dalam kehidupannya.
Kapasitas dan fungsi memori Putri tergolong baik. Selain itu, kemampuan Putri dalam menangkap, menyimpan, mengolah informasi, dan mengungkapkan kembali apa yang diingatnya tergolong sangat baik. “Dalam BAP ada hasil dari Putri Candrawathi mengatakan kebutuhan tinggi terhadap figur yang mampu memberikan rasa aman? Maksudnya apa itu ibu?” tanya Jaksa di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, seperri yang dilansir CNN Indonesia, Rabu.
“Iya. Jadi, dia ini ada semacam dependensi secara emosional kepada orang yang bisa objek bergantungnya. Dalam hal ini kepada orang tuanya, kepada suaminya,” ungkap Reni. Apakah “Mungkin kepada ajudan-ajudan yang dia percayai? Bisa?” tanya Jaksa.
“Bisa juga.”, kata Reni. Jika ajudan itu memberikan rasa aman kepada dirinya, dia akan percaya kepada orang tersebut, ia menambahkan.
“Secara psikologi apabila kondisi terdakwa Putri Candrawathi memiliki serangan dalam artian ada sesuatu yang membuat dia rasa takut, apakah dia akan menuju kepada orang aman, dalam hal ini suaminya atau orang-orang terdekat untuk memberikan informasi, rasa aman kepada dirinya?” jelas Jaksa.
“Iya. Dia akan mencari rasa aman melalui figur-figur yang buat dirinya bisa menguatkan,” tutur Reni.
“Termasuk menceritakan apa yang dia alami secara langsung? Misalkan ada satu peristiwa ada yang membuat dia merasa tersakiti, dia akan membicarakan itu kepada orang yang dia percayai dari kondisi psikologisnya? Seperti itu?,” kata Jaksa.
“Dari hasil pemeriksaan ini menunjukkan keadaan tersebut bisa terjadi. Kecuali pada hal-hal yang bersifat sensitif,” sebut Reni.
“Maksudnya gimana?” tanya Jaksa. “Pada hal-hal yang bersifat sensitif, yang bisa kemudian dia mengakibatkan rasa malu, dia mengakibatkan rasa takut, kewibawaan itu terancam, itu akan selektif. Tetapi mencari rasa amannya itu menjadi satu pola yang memang ada dalam kepribadiannya,” terang Reni.
“Apabila dia itu malu, tetapi seseorang yang dia percaya dapat memberikan rasa aman, itu pun akan dia ceritakan?” kata Jaksa.
“Ya bisa, jika dinilai aman oleh yang bersangkutan,” sebut Reni.
“Dari kedua pola kepribadian bapak Ferdy Sambo dan juga Putri Candrawathi ini saling melengkapi gak dalam hal yang tadi, dukungan dari orang lain terutama dalam ambil keputusan yang beresiko? Itu bisa didapatkan dari Putri Candrawathi, sementara Putri itu membutuhkan kebutuhan tinggi terhadap figur yang mampu memberikan rasa aman. Artinya mereka selalu berkomunikasi?” tanya Jaksa. “Betul,” ujar Reni.
“Saling menguatkan?” tanya Jaksa. “Saling membutuhkan,” jawab Reni.
Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Richard Eliezer atau Bharada E, Ricky Rizal atau Bripka RR, dan Kuat Ma’ruf didakwa melakukan tindak pidana pembunuhan berencana terhadap Yosua. Mereka didakwa melanggar Pasal 340 subsider Pasal 338 juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.
Pembunuhan terhadap Brigadir J terjadi pada Jumat, 8 Juli 2022 di rumah dinas Sambo nomor 46 yang terletak di Kompleks Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan. Dalam surat dakwaan, Bharada E dan Sambo disebut menembak Yosua.
IMBCnews/**diolah