IMBCNWS/AFP/Jakarta| Lembaga PBB yang menganani ketenagakerjaan ILO mengatakan, Pengangguran dan kesenjangan pekerjaan telah turun ke tingkat sebelum pandemi, namun pengangguran global akan meningkat pada tahun 2024.
“Meningkatnya kesenjangan serta stagnannya produktivitas adalah penyebabnya,” kata Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) dalam laporan tahunannya yang berjudul “World Employment and Social Outlook: Trends 2024” yang dirilis di Jenewa, pada Rabu (10/1).
Dilansir Voa Ind – AS lebih jauh menyebutkan, “Kita berbicara tentang rekan-rekan yang bekerja namun tidak mampu keluar dari kemiskinan, khususnya, dengan perekonomian yang mengalami inflasi, yang bahkan bisa memperburuk situasi mereka,” ungkap Gilbert F. Houngbo, Direktur Jenderal ILO.
“Jadi penting untuk memastikan bahwa mereka mendapatkan upah layak, yang akan memungkinkan mereka untuk bangkit dan keluar dari kemiskinan sehingga kita dapat mengharapkan keadilan sosial yang lebih baik,” tambahnya.
Richard Samans, Direktur, Departemen Riset, ILO menegaskan kembali mengenai kesulitan yang dialami oleh para buruh.
“Rendahnya gaji dan ketidakpastian pada profesi tertentu telah menyebabkan berkurangnya jumlah pekerjaan yang dilakukan dan menyebabkan beberapa lowongan tidak terisi serta berkontribusi pada peningkatan tingkat pengangguran. Hal ini terutama terlihat pada sejumlah sektor, misalnya transportasi, supir truk, petugas kebersihan, pekerja hotel dan jasa makanan, pekerja gudang dan sejenisnya,” ujar Samans.
“Oleh karena itu, salah satu pertimbangan penting bagi negara-negara yang ingin mencoba meningkatkan kinerja pasar tenaga kerja mereka, untuk mengurangi kesenjangan pekerjaan, untuk mendatangkan lebih banyak orang yang menginginkan pekerjaan namun belum bisa mendapatkannya, adalah dengan mengatasi rendahnya upah dan dalam hal ini kondisi kerja yang buruk,” pungkasnya.
Laporan terbaru ILO itu juga menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja telah menunjukkan ketahanan yang luar biasa meskipun kondisi ekonomi memburuk, namun pemulihan dari pandemi ini masih belum merata karena kerentanan baru dan berbagai krisis mengikis prospek keadilan sosial yang lebih besar.
imbcnews/diolah/