IMBCNEWS Jakarta, Salah satu tokoh sentral kemerdekaan Timor Leste, Xanana Gusmao, dilantik sebagai perdana menteri di negara demokrasi termuda di Asia Tenggara, Sabtu (7/1). Pelantikan tersebut sekaligus menandai kembalinya kekuasaan Xanana setelah hampir satu dekade meninggalkan pemerintahan.
Lebih dari dua dekade setelah kemerdekaan, Timor Leste masih berjuang untuk mengembangkan ekonominya. Lebih dari 40 persen dari 1,3 juta penduduknya hidup dalam kemiskinan.
“Visi saya untuk rakyat adalah agar mereka lebih sejahtera, terdidik, berkualitas dan inovatif, menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan mengutamakan sektor-sektor produktif sehingga kita dapat membangun ekonomi yang lebih baik,” kata Gusmao dalam pidato pengukuhannya.
Partai Xanana, Kongres Nasional untuk Rekonstruksi Timor (CNRT), berhasil memimpin perolehan suara dalam pemilihan legislatif pada akhir Mei dengan meraup 41,6 persen suara dalam pemilihan parlemen pada akhir Mei. Lawan utama partai dan pemimpin koalisi petahana Fretilin mendapat 25,7 persen, menurut komisi pemilihan.
Mantan pemimpin pemberontak berusia 77 tahun itu juga berjanji untuk memperbaiki undang-undang negara itu dan mengembangkan proyek pipa gas.
“Pemerintah akan memprioritaskan meninjau sistem peradilan serta pembangunan, mulai dari desa-desa, juga untuk membawa pipa Greater Sunrise ke Timor Leste,” katanya.
Anggaran negara bekas jajahan Portugis itu sangat bergantung pada pendapatan minyak, tetapi sumber pemasukan negara dari proyek bahan bakar fosil yang ada saat ini diperkirakan akan segera habis.
Pemerintah baru perlu menentukan opsi untuk mengembangkan proyek Greater Sunrise, yang bertujuan untuk memanfaatkan triliunan kaki kubik gas alam, dengan Australia atau China sebagai mitra potensial.
Timor Timur mengadakan pemilihan parlemen kelimanya pada 211 Mei, yang bertepatan dengan hari peringatan kemerdekaannya yang ke-21.
Partai CNRT yang menyokong Gusmao berhasil merebut 31 dari 65 kursi parlemen, kurang dari suara mayoritas yang dibutuhkan, dan harus membentuk aliansi dengan Partai Demokrat untuk membentuk pemerintahan.
Xanana menghabiskan bertahun-tahun memimpin Front Revolusioner untuk sayap militer Timor Timur Merdeka (Fretilin) dalam perjuangan kemerdekaan melawan Indonesia.
Pemimpin karismatik itu menjadi presiden pertama negara itu pada 2002 setelah kemerdekaan yang mengakhiri 24 tahun kepemimpinan Indonesia.
Pada 2007, ia mendirikan CNRT, menjadi perdana menteri dan menjabat di posisi tersebut hingga 2015. Namun ia memutuskan untuk mengundurkan diri untuk memberikan kesempatan kepada generasi pemimpin yang lebih muda untuk memimpin Timor Leste.
Namun saat dia mundur ke belakang layar, analis mengatakan dia terus berusaha, dan sering dilihat sebagai raja di negara itu. imb
cnews/VOA AS iNd/diolah