IMBCNews – Jakarta – TAK hanya China, tetapi Kanada dan Uni Eropa (UE) yang merupakan mitra dekat Amerika Serikat, akan mengambil langkah balasan terhadap kebijakan tarif impor resiprokal yang diberlakukan Presiden Donald Trump.
Trump menerapkan tarif impor pada blok beranggotakan 27 negara tersebut sebesar 25 persen atas baja, aluminium, dan mobil, serta tarif lebih luas hingga 20 persen terhadap hampir semua jenis barang lainnya, dan Kanada dikenakan 25 persen.
Langkah ini merupakan bagian dari strategi Trump untuk menghukum negara-negara yang dianggap menerapkan hambatan tinggi (tarif barrier) terhadap barang impor dari AS.
Komisi Eropa, yang mengoordinasikan kebijakan dagang Uni Eropa, telah mengusulkan bea balasan sebesar 25 persen terhadap berbagai barang asal AS.
Daftar produk tersebut mencakup sepeda motor, unggas, buah-buahan, kayu, pakaian, hingga benang gigi, dengan total nilai impor sekitar 21 miliar euro (sekitar Rp 391 triliun) pada tahun lalu.
Meski lebih kecil dari nilai ekspor logam Uni Eropa ke AS yang terdampak tarif sebesar 26 miliar euro (sekitar Rp 484 triliun), tindakan balasan ini menjadi simbol perlawanan penting dari daratan Eropa.
Tarif balasan akan diberlakukan secara bertahap, yakni pada 15 April, 16 Mei, dan 1 Desember 2025. Komite ahli perdagangan dari ke-27 negara anggota Uni Eropa dilaporkan akan melakukan pemungutan suara terhadap usulan Komisi pada Rabu (9/4/) sore.
Usulan hanya bisa dibatalkan jika mayoritas berkualitas (15 negara dengan representasi 65 persen populasi Uni Eropa) menolak. Namun, hal tersebut dipandang tidak mungkin karena telah ada diskusi dengan negara anggota sebelumnya, sehingga tarif balasan untuk AS kemungkinan besar akan berlaku.
Ketegangan ini menambah panas hubungan dagang global, menyusul aksi balasan dari China dan Kanada terhadap tarif Trump.
China sendiri telah merespons dengan menggandakan tarif terhadap produk AS dan bersumpah untuk melawan hingga akhir.
Sementara Kanada sepakat untuk menerapkan tarif sebesar 25 persen terhadap kendaraan impor dari AS.
Sementara itu,Presiden AS Donald Trump, Selasa (8/4) terus memperketat kebijakan tarif impor dengan mengenakan 104 persen bea masuk pada barang-barang China.
Keputusan ini diambil setelah Beijing menolak membatalkan pembalasan mereka, memperparah ketegangan antara dua negara perekonomian terbesar dunia dalam perang dagang yang memicu gejolak pasar global.
Tarif impor untuk sejumlah barang dari berbagai negara akan meningkat lagi pada Rabu (9/4) pukul 12.01 dini hari.
China, sebagai mitra dagang utama dan saingan ekonomi utama Washington, akan paling merasakan dampak dari kebijakan Trump ini.
Awalnya, presiden ke-47 AS itu mengumumkan tarif tambahan sebesar 34 persen untuk barang-barang asal China. Akan tetapi, setelah Beijing merespons dengan menetapkan tarif 34 persen untuk produk-produk Amerika, Trump membalas dengan janji mengenakan tarif tambahan 50 persen, yang kemudian ia tandatangani, Selasa (8/4).
Dengan memperhitungkan tarif yang diberlakukan pada Februari dan Maret, tarif kumulatif yang dikenakan terhadap barang-barang China selama masa jabatan kedua Trump kini mencapai 104 persen.
Politisi Partai Republik itu menegaskan, keputusan kini ada di tangan China, dengan menyatakan bahwa Beijing “sangat ingin membuat kesepakatan, tetapi mereka tidak tahu bagaimana memulainya,” dikutip dari kantor berita AFP.
Beijing siap bertahan
Sementara itu, Beijing menyatakan tekadnya bertahan dalam perang dagang ini sampai akhir, meskipun indeks pasar utama AS kembali jatuh pada Selasa (8/4).
Trump tetap percaya bahwa kebijakan tarifnya akan menghidupkan kembali sektor manufaktur Amerika dengan mendorong perusahaan-perusahaan kembali beroperasi di dalam negeri.
Namun, banyak pakar bisnis dan ekonom meragukan apakah perubahan besar bisa terjadi dalam waktu dekat, bahkan memperingatkan dampak inflasi lebih tinggi akibat tarif yang dapat memicu kenaikan harga barang.
Sementara Solidaritas Global South, Selasa (8/4) mengatakan, Amerika Serikat mendapatkan hampir 2 miliar dollar AS (Rp 33,9 triliun) sehari dari penerapan tarif ini. Pada Selasa malam, Trump juga mengungkapkan bahwa AS akan segera mengumumkan tarif besar untuk produk farmasi.
Selain itu, ia menandatangani perintah yang memberikan wewenang untuk mengenakan tarif jauh lebih tinggi untuk impor China dengan nilai rendah, yang mulai berlaku pada awal bulan depan.
Dalam pertemuan makan malam dengan anggota Partai Republik, Trump menambahkan bahwa banyak negara yang sangat ingin mencapai kesepakatan dengan AS.
Meski demikian, hingga kini China dan AS belum menunjukkan tanda-tanda kesepakatan yang bisa meredakan ketegangan ini.
Dampak aksi “cowboy” Trump bakal terus bergulir diwarnai aksi balas membalas dalam perang dagang yang berpotensi memicu resesi glonal. (imbc/Theo/sumber diolah: AFP/ns)