IMBCNews, Benghazi | Pihak berwenang di Libya wilayah timur mengungkapkan, sedikitnya 2.000 orang tewas dan ribuan lainnya hilang setelah banjir bandang menghantam Kota Derna, menyusul hujan dan badai besar.
Juru Bicara Tentara Nasional Libya (LNA) Ahmed Mismari yang menguasai Libya timur menyampaikan dalam jumpa pers yang disiarkan televisi; Bahwa malapetaka tersebut terjadi setelah bendungan di atas Kota Derna ambrol, sampai kemudian “menghanyutkan seluruh lingkungan beserta penduduknya ke laut”.
Mismari menyebutkan jumlah orang hilang mencapai 5.000-6.000 orang.
Sebelumnya pada Senin (11/9), kepala kelompok bantuan Bulan Sabit Merah di wilayah tersebut mengatakan jumlah korban tewas di Derna mencapai 150 orang dan diperkirakan bakal mencapai 250 orang. Dilansir Antara bahwa Reuters belum bisa memverifikasi angka tersebut.
Libya, secara politik terbagi antara timur dan barat. Layanan publik di negara itu hancur sejak pecah pemberontakan dukungan NATO pada 2011 yang memicu konflik bertahun-tahun.
Pemerintahan yang diakui secara internasional di Tripoli tidak menguasai wilayah timur negara ini. Di Tripoli, Dewan Kepresidenan yang beranggotakan tiga orang dan berfungsi sebagai kepala negara di negara yang terpecah belah itu meminta bantuan komunitas internasional.
“Kami menyeru negara-negara persaudaraan dan sahabat serta organisasi internasional untuk memberikan bantuan,” kata presidium itu.
Osama Hamad, kepala pemerintahan wilayah timur, mengatakan kepada televisi lokal bahwa lebih dari 2.000 orang tewas dan ribuan lainnya hilang.
Setelah menghantam Yunani pekan lalu, Badai Daniel menyapu Mediterania pada Ahad, membanjiri jalan-jalan dan menghancurkan berbagai bangunan di Kota Derna, serta menghantam permukiman lain di sepanjang pantai, termasuk Kota Benghazi yang merupakan kota terbesar kedua di Libya.
Video Derna menunjukkan arus deras yang mengalir melalui pusat kota, di mana sebelumnya terdapat saluran air yang jauh lebih sempit. Bangunan-bangunan yang hancur berdiri di kedua sisi jalan.
Televisi Almostkbal di Libya Timur menyiarkan cuplikan yang menunjukkan orang-orang telantar di atap kendaraan mereka sembari meminta tolong dan banjir pun menghanyutkan mobil-mobil itu.
“Jumlah korban hilang mencapai ribuan, dan korban tewas melebihi 2.000 orang,” kata Osama Hamad kepada al-Masar TV.
“Seluruh kampung di Derna lenyap, bersama dengan penduduknya… dihanyutkan air,” jelasnya.
Mismari mengungkapkan, tujuh anggota LNA tewas akibat banjir tersebut.
Dikepung Air
Warga Derna, Saleh al-Obaidi, mengisahkan keberhasilan dia menyelamatkan diri bersama keluarganya, meski pun rumah-rumah di lembah dekat kota itu ambruk.
“Orang-orang tengah tertidur dan terbangun dan mendapati rumahnya sudah dikepung air,” kata dia sebagaimana dilansir Antara yang mengutip Reuters.
Ahmed Mohamed, warga lainnya, mengisahkan: “Kami tertidur, dan begitu bangun, kami mendapati air sudah mengepung rumah. Kami berada di dalam dan berusaha keluar.”
Saksi mata menyebutkan ketinggian air telah mencapai tiga meter.
Di sebelah barat Derna, foto dan video menunjukkan jalan yang runtuh antara kota pelabuhan Sousse dan Shahat yang menjadi tempat situs arkeologi Cyrene yang dibangun Yunani dan terdaftar dalam UNESCO.
Parlemen Libya yang berbasis di wilayah timur mengumumkan tiga hari berkabung. Abdulhamid al-Dbeibah, perdana menteri pemerintahan sementara di Tripoli, juga mengumumkan tiga hari berkabung di semua kota yang terdampak, dan menyebut kota-kota tersebut sebagai “daerah bencana”.
Empat pelabuhan minyak utama di Libya, yakni Ras Lanuf, Zueitina, Brega dan Es Sidra, ditutup sejak Sabtu malam selama tiga hari, kata dua insinyur perminyakan kepada Reuters.
Operasi pencarian dan penyelamatan masih berlangsung, kata sejumlah saksi mata. Pihak berwenang mengumumkan keadaan darurat ekstrem sehingga menutup sekolah dan toko serta memberlakukan jam malam.
Di Tripoli, pemerintah sementara memerintahkan semua lembaga negara “segera menangani” kerusakan dan banjir di kota-kota di wilayah timur, namun pemerintah tidak mempunyai pengaruh di wilayah timur.
Tetapi, pemerintahan Dbeibah bekerja sama dengan Bank Sentral Libya, yang menyalurkan dana ke departemen pemerintah di seluruh negeri.
Perserikatan Bangsa-Bangsa di Libya mengatakan pihaknya terus memantau badai tersebut dan akan “memberikan bantuan darurat untuk mendukung upaya respons pada tingkat lokal dan nasional”.
Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani memerintahkan pemerintahnya mengirimkan bantuan ke daerah-daerah terdampak di Libya timur. (Sumber: Antara/Reuters)