Oleh Hendra Suryakusuma
IMBC News | Awal 2016 saya mulai mencoba menggali informasi lebih banyak mengenai Bitcoin dan platform teknologinya yaitu Blockchain. Hal mendasar yang membuat saya tertarik adalah konsep desentralisasinya yang sangat revolusioner.
Banyak yang DM ke saya menanyakan mengenai penjelasan dari Decentralized Finance/DeFi untuk memberikan manfaat yang lebih luas, terutama bagi yang baru mengenal teknologi blockchain/cryptocurrency.
Ada baiknya kita memulai dari hal-hal yang fundamental dari DeFi.
Yang pertama tentunya blockchain itu sendiri. Secara sederhana dapat disebut sebagai de centralized database, yang idealnya tidak ada satu pihak pun yang dapat mengontrol database tersebut. Data disimpan dan kemudian di-secure menggunakan crytographic principal.
Penggunaan utamanya saat ini adalah sebagai online transactional ledger. Jika dari sudut pandang akuntansi, semacam buku besar/jurnal online yang bersifat global. Tentunya ini hanya penjelasan sederhana, banyak informasi daring yang lebih lengkap tentang blockchain yang dapat dicari dan dipelajari.
Teknologi ini mengemuka setelah Satoshi Nakamoto mengeluarkan Whitepaper Document tentang blockchain di tahun 2018 yang menjadi dasar dari terbukanya potensi open trusted ledger yang akan banyak memberikan manfaat dalam hal penyimpanan dan transfer data.
Tidak semua aplikasi cocok menggunakan blockchain. Tapi kalau kita bicara financial system dan blockchain, “it is a marriage made in heaven”. Di sinilah yang akhirnya membuat Defi mengalami Cambrian explosion, dimana banyak inisiatif project Coin yang betul-betul tumbuh seperti jamur di musim hujan.
Lantas bagaimana kita berinteraksi dengan blockchain?
Di sinilah fungsi dari smart contract, yang menjadi jembatan bagi user berinteraksi dengan blockchain. Smart contract dapat diibaratkan seperti aplikasi kecil yang mempunyai fungsi tertentu ketika berinteraksi dengan blockchain.
Saat ini bitcoin menjelma menjadi digital gold yang fokus dengan konsep store of value-nya, sementara di sisi lain Ethereum lebih fokus pada pengembangan teknologi smart contractnya.
Smart contract sendiri berkembang menjadi beberapa fungsi yang berbeda, ada smart contract yang memiliki formulasi untuk perhitungan yield, yang mengatur interaksi apa saja yang bisa di terima dan mana yang tidak. Ada juga yang jenisnya token/coins sebagai jenis smart contract yang digunakan untuk berinteraksi dengan blockchain.
Jika kita menggabungkan beberapa smart contracts, maka kita akan menyebutnya sebagai suatu protocol. Contoh lending protocol, banking protocol, exchange protocol, dan implementasi lainnya.
Penggabungan smart contracts menjadi protocol dimungkinkan karena composability dari smart contract itu sendiri. Bisa diibaratkan seperti lego pieces yang bisa kita gabungkan untuk membangun fungsi/kapabilitas tertentu.
Setelah itu baru kita sampai ke DeFi. DeFi merupakan ekosistem yang menggunakan protokol-protokol tersebut untuk menyediakan jasa/product tertentu, lending, banking, maupun kitchen sink services/products dimana semuanya ada di satu ekosistem.
Seperti penulis kemukakan di atas, token/coin merupakan salah satu jenis smart contract yang kita gunakan untuk berinteraksi dengan blockchain. Seiring perkembangan blockchain, berkembang juga jenis token/coin yg digunakan untuk berinteraksi dengan blockchain. Secara umum, bisa dikategorikan sebagai berikut:
Digital asset:
- Creative rights dan lain-lain
Monetary token:
- Uang digital
Digital share:
- Saham digital
Utility token:
- Digunakan untuk mengoperasikan blockchain
Non fungible token:
- Token yang mengkonversi asset digital (digital art, music, dll) menjadi tradeable shares
Synthetix token:
- Token yang mengkonversi real world shares menjadi versi crypto-nya
Bond token:
- Bentuk crypto dari surat obligasi
Real world asset token:
- Mengkonversi real world physical assets menjadi token
Perkembangan teknologi DeFi ini sangat menarik diimplementasikan di negara kita, karena layanan keuangan bisa dinikmati penduduk dengan lebih luas dengan biaya yang jauh lebih efisien. (bersambung)
Penulis adalah Chief Executive OfficerChief Executive Officer dan Chairman Indonesia Data Center Provider Organization (IDPRO)