IMBCNEWS Jakarta | – BUMN yang bergerak dibidang produksi dan penjualan timah, PT Timah mengalami kerugian, karena harga di pasar internasional melemah.
Direktur Utama (Dirut) PT Timah Tbk Ahmad Dani Virsal menyampaikan hal itu di hadapan DPR. Menurut Ahmad, Timah saat ini merugi hingga Rp 450 miliar karena harga timah di pasar global tengah mengalami penurunan.
Pada saat yang sama, produksi PT Timah juga mengalami penurunan, sementara beban operasional perusahaan masih tetap tinggi.
“Bebannya tetap, peak cost-nya tetap tapi pendapatan kita jauh menurun karena produksinya juga jauh menurun. Produksi menurun ditambah parah lagi harga jual timah juga menurun sehingga pendapatan itu jomplang jauh sekali,” ujar Ahmad dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR, Selasa, dilansir sumberenergi di Jakarta.
Pendapatan PT Timah tercatat turun 33% di tahun 2023 menjadi hanya Rp 8,39 triliun, padahal di tahun 2022 sempat menyentuh Rp 12,5 triliun. Sejalan dengan itu, perusahaan mengalami rugi bersih Rp 450 miliar, padahal di tahun 2022 sempat mendapatkan laba hingga Rp 1,04 triliun.
Ditanyakan soal harga timah turun, Ahmad menyebut hal itu salah satunya terjadi karena dunia tengah kebanjiran pasokan timah yang membuat harganya turun.
Dia juga menjelaskan ada sejumlah negara yang produksinya mengalami peningkatan, salah satunya adalah Malaysia.
Ahmad memaparkan harga rata-rata timah per metrik ton mengalami penurunan sejak tahun 2021. Di 2021 harga rata-rata mencapai US$ 32.169, kemudian turun di 2022 menjadi US$ 31.474, hingga akhirnya di 2023 menjadi US$ 26.583 per metrik ton.
“Penurunan produksi, harga jual menurun itu karena di pasar dunia itu oversupply,” beber Ahmad.
imbcnews/suaraenergi/diolah/