Jakarta-IMBCNews – Pepaya dengan nama latin Carica papaya, merupakan salah satu buah yang kerap dikonsumsi masyarakat di daerah tropis seperti Indonesia. Nama “pepaya” dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Belanda, yakni “papaja”.
Dalam bahasa daerah seperti bahasa Minang, pepaya ternyata memiliki variasi leksikal berdasarkan dialektologi di daerah-daerah tertentu. Bahkan ada lima sebutan ‘Pepaya’ oleh orang Minang berdasarkan dialektologi. Yaitu; batiak, kalikih, sintuka, sampelo dan papaya.
Papaya agaknya merupakan sebutan untuk “pepaya” yang telah banyak mengalami penyesuaian dengan bahasa Indonesia. Selain mirip, pepaya-papaya, kata “pepaya” agaknya juga lebih lazim digunakan oleh generasi sekarang di berbagai daerah.
Buah yang identik dengan warna oranye serta cita rasa manis yang menyegarkannya ini memang menjadi salah satu primadona dalam kategori buah-buahan. Tentu pepaya mudah dijumpai, dan ternyata buah ini berasal dari Meksiko bagian selatan dan Amerika Selatan bagian utara, hingga lantas tersebar luas ke berbagai daerah tropis di seluruh dunia.
Dr Drs Sidi Nurzengky Ibrahim, MM., PhD, Pengurus Yayasan Prof Dr Buya Sidi Haji Ibrahim Boechari mengungkapkan, lahan perkebunan pepaya juga terdapat di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Mengutip informasi dari Febriandi (Andi) seorang petani pepaya di Pasar Padang Alai Pariaman, Andi bertani pepaya di lokasi tempat lahan pertanian Buya Ibrahim Boechari di Pasar Padang Alai Pariaman.
Andi terinspirasi dari kisah seorang pekerja yang bergaji 10 juta rupiah per bulan lalu ditinggalkan, dan menjadi petani pepaya sukses.
“Penghasilan petani pepaya jika dikalkulasi, pee 1 kg @ Rp 10 ribu rupiah, untuk 2 ton selama 7 kali sebulan jadi 140 juta rupiah, ini fantastis,” ujar doktor Nurzengky.
Adapun tata cara pertanian pepaya di lahan pegunungan yang dilakukan Andi adalah;
1) ritual (berdoa dulu) dan cium tangan pada keluarga (agar pembukaan lahan baru aman dari segala gangguan atau godaan angkara murka atau di restui Tuhan Yang Maha Kuasa.
2) Membersihkan lahan rerumputan atau ilang belukar dengan pemotong rumbut atau arit (hari pertama).
3) Setelah itu mengumpulkan rumput sebagai pupuk nanti
4) Setelah lahan di bersikan di guyur air agar tanahnya akan baik (hari kedua).
5) Hari berikutnya di cangku kembali (hari ketiga)
6) Setelah tanahnya di gali berulang-ulang agar gembur atau terurai untuk hari keempat.
7) Bersamaan itu bibit berjalan bersama hari hari pengerjaan lahan untuk penggeburan lahan, kemudian pupuk dari hasil permentasi rerumputan atau ilalang tadi atau pembakaran rumput, ditambah pupuk buah, diaduk.
8) Bismillah bibit di tanam dengan jarak 20 senti meter, guna pemekaran lahan tanah.
9) Setelah panen di usia satu bulan, maka pemakaian lahan berjarak 50 meter, karena lahan sudah di suburkan pada tahap pertama, setelah panen pada bulan berikutnya. Tanaman jarak standart 1 meter untuk seterusnya, karena lahan tanah sudah familier.