IMBCNEWS | Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menunggu hasil Rapat Koordinasi Nasional Gerakan Nasional Antinarkoba (Ganas Anar) yang dilaksanakn di Jawa Tengah Selasa, akan lebih “jelas” tetapi juga tegas.
“Saya pernah ditemui Ketua Badan Narkoba Nasional (BNN) Budi Waseso (2015- 2018), untuk menyampaikan kepada Presiden Joko Widodo untuk menegaskan bahwa Narkoba adalah musuh negara. Risikonya, TNI akan ikut melakukan penindakan.
Jika Tentara ikut, maka gak ada cara lain kecuali menembak. Oleh karenanya, saya menunggudan pemerintah-pun juga tentu menunggu hasil dari Rakornas Ganas Annar itu apa. Apakah sama seperti idenya Pak Buwas ? Saya tunggu, kata Ganjar saat membuka Rakornas Ganas Annar MUI, di Semarang, Selasa.
Ia menyebutkan, bisnis narkoba cukup menggiurkan. Orang yang mendapat amanah menangani masalah narkoba tentu mempunyai tantangan dan godaan yang berat. Yang mendapatkan keungungan hanya segelintir orang, tetapi yang rusak, pikirannya tergangu jutan orang, utamanya untuk anak – anak.
“Sangat memprihatinkan. Laporan terbaru dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPPAI) menyebutkan, kemungkinan 62 persen pengguna narkoba melibatkan ana-anak, 47 persen pemakai dan 31 persen sebagai pengedar. Ini cukup memprihatinkan,” kata Ganjar.
Ganjar juga menyampaikan harga dan perputaran obat-obat yang memabukkan di pasar bebas itu. “Harga pil koplo di pasaran hanya sekitar Rp5-10 ribu per butir. Tetapi jika pil itu dipasarkan di cafe-cafe atau tempat hiburan malam dapat laku Rp500-600 ribu per butir. Sehingga jika ada pejabat yang diam-diam mengijinkan peredaran narkoba dengan sistem menitip, maka pejabat itu akan mendapat setoran miliaran rupiah, kata Ganjar.
Hadir dalam Rakornas itu antara lain, Ketua Pengarah Ganas Annar MUI Pusat Dr. Ahmad Sodikun, Ketua MUI Jateng dan Basnaz Jateng Dr. Achmad Darodji, Ketua Ganas Annar MUI Pusat Dr. Titik Haryati, Sekertaris Ganas Annar MUI PUsat Emma Natar, dan para pejabat daerah utusan polri dam Kejaksaan.
Menurut Ganjar, mengapa ia menunggu rekomendasi dari hasil Rakor ini, karena pertumbuhan peredaran narkoba dan zat adiktif lainnya di Jawa Tengah ini cukup tinggi. Selama tujuh bulan terakhir, Januari hingg Juli 2022 tercatat 115 kasus dengan jumlah tersangka 1446 orang, dan jumlah tangkapan rata-rata 500 gram sabu per bulannya.
Dengan data itu menunjukan perlunya rekomendasi yang dapat ditawarkan kepada pemerintah yang “cespleng” sehingga dengan berhasil usaha pemberantasan narkoba, akan menghasilkan genarasi yang unggul.
“Kalau generasi koplo, tidak mungkin akan dapat menghasilkan generasi yang dihargai oleh negara lain. Barusan Indonesia mendapat penghargaan tinggi dari pihak lain terkait suksesnya melaksanakan KTT G20 di Bali,” kata Ganjar.
IMBCnews/**