IMBC NEWS, Jakarta | Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Matraman secara konsisten menggelar Hari Bermuhammadiyah (HBM) tiap tanggal 18. Pada HBM seri ke 74 dilaksanakan Rabu (18/1/2023) mengangkat tema kajian: Peningkatan Aqidah Ummat Menurut Paham Muhammadiyah dengan nara sumber H Muhammad Shodiq MR, M.Pd.I, Wakil Ketua PDM Jakarta Timur.
Pada pengantar acara HBM Seri ke-74 yang berlangsung di Masjid At Taqwa, dihadiri Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM), serta segenap unsur pimpinan organisasi otonom dan amal usaha di bawah PCM Matraman Jakarta Timur, Ketua PCM Drs. H Nandi Rahman, M.Ag., menyampaikan bahwa di dalam organisasi Muhammadiyah ada empat pilar yang selalu dipahamkan kepada warga persyarikatan.
“Pertama adalah Aqidah, kedua Ibadah, ketiga Akhlaq Mulia dan keempat Mu’amalah Duniawiyah. Keempat pilar ini tidak dapat dipisah-pisahkan dan berjalan secara simultan saling kuat-menguatkan. Keempat pilar ini hanya dapat dipisah ketika untuk pembelajaran saja. Akan tetapi saat mengimplementasikan tidak dapat dipisah antara satu dengan lainnya,” ungkap Nandi.
Oleh karena itu, sebutnya, keempat pilar tersebut dalam pengamalannya dapat ditarik sehingga masuk ke dalam nilai-nilai ibadah.
Al Ustadz H. Muhammad Shodiq, dalam paparannya antara lain mengemukakan pentingnya aqidah bagi ummat, terlebih bagi warga Muhammadiyah. Oleh karenanya, masalah aqidah ini mesti dikuatkan ke dalam diri masing-masing dalam rangka meluruskan amaliah yang ruju’ kepada Alqur-an dan Sunnah.
“Dengan aqidah yang kuat, yaitu aqidah yang menjauh dari sifat-sifat kemusyrikan seperti juga takhayul, bid’ah dan khurafat memiliki peluang yang besar untuk sampai ke gerbang Jannatun Na’im, sebagaimana yang diharapkan KH Ahmad Dahlan,” katanya.
Ia menambahkan, untuk persoalan Aqidah dan ibadah dalam tajdid yang diajarkan KH Ahmad Dahlan bermakna pemurnian. Yang berarti, mengembalikan aqidah dan ibadah yang sesuai dengan yang dicontohkan dalam sunnah Nabi Saw. Dalam hal aqidah, Muhammadiyah melakukan kajian untuk upaya menghindari unsur-unsur musyrik yang bisa berasal dari tahayul dan khurafat.
“Pada intinya, aqidah yang ditegaskan dalam manhaj tarjih Muhammadiyah adalah keyakinan untuk berpegang teguh kepada yang ditegaskan Alqur-an dan Sunnah. Sedangkan dalam urusan ibadah Muhammadiyah menggali tuntunan yang ada dalam sunnah Rasulullah sehingga didapatkan kaifiyah yang sesuai dengan contoh-contoh yang dipraktikan oleh Rasulullah,” tegas Shodiq.
Oleh karena itu, pinta dia, jangan sampai warga Muhammadiyah mensyarikatkan aqidah yang telah ada dalam manhaj tarjih Muhammadiyah. “Jangan menyarikatkan aqidah ini dipetik dari pemikiran Nyai Siti Walidah, istri KH Ahmad Dahlan saat memimpin PP Aisyiyah,” ungkap Shodiq.
Kemudian ia berpesan, mengenai wawasan atau pesrpektif tarjih Muhammadiyah, pembahasan mengenai manhaj tarjih berkaitan aqidah dan ibadah sangat penting bagi warga persyarikatan mau pun masyarakat muslim umumnya.
“Dikatakan penting supaya tidak terjadi kesalahpahaman dalam memaknai ajaran Islam dalam perspektif Muhammadiyah. Sudah sepantasnya manhaj tarjih tersebut harus dipahami sebagai landasan atau kerangka berfikir mengenai pentingnya aqidah untuk mendapatkan nilai-nilai ibadah,” tuturnya.
Dalam bidang mu’amalat duniawiyah, sebut Shodiq, tajdid yang dilakukan Muhammadiyah berarti melakukan dinamisasi dalam kehidupan masyarakat dengan semangat kreatif dan inovatif yang dapat disesuaikan dengan zaman.
“Akan tetapi dalam aqidah yang jadi landasannya adalah semangat keyakinan untuk selalu ruju’ kepada Alqur-an dan Sunnah dengan tidak mensyarikatkan Allah dengan kekuatan selain Allah. ” tandas Shodiq. (asy-IMBCNews)