Pasukan perdamaian PBB di bwah UNIFIL berada di perbtasan Lebanon Israel, dua tentara Indonesai tertembak oleh rezim tentara Israel (foto ant/ist)
IMBCNEWS Lebanon | Pemerintah Indonesia Cq Kementerian Luar Negeri mengutuk Rezim tentara Israel yang telah menembak dua tentara Indonesia diperbatasan Lebanon – Israel, sebagai petugas penjaga garis perdamaian di bawah kendali PBB.
Markas misi penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) di kota Naqoura terkena tembakan Israel dan melukai 2 tentara Indonesia, kata sumber tentara Indonesia dari perbatasan pada Kamis malam.
Selain melukai tentara Nasional, Israel juga merusak fasilitas milik UNFIL atau Misi penjaga perdamaian PBB di Lebanon. Dua anggota pasukan penjaga perdamaian PBB tersebut terluka setelah sebuah tank Israel menembaki menara observasi di markas mereka di Naqoura, kata UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon) atau pasukan sementara PBB di Lebanon.
Kedua korban dilaporkan berasal dari Indonesia. Laporan itu dikukuhkan oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk PBB Arrmanatha Nasir dalam pesan singkat melalui WhatsApp kepada VOA.
Mengenai insiden itu, juru bicara UNIFIL Andrea Tenenti mengatakan, “Sangat memprihatinkan karena semua pihak memiliki kewajiban untuk menghormati dan melindungi pasukan penjaga perdamaian kita dan apa yang terjadi juga merupakan pelanggaran terhadap (Resolusi PBB) 1701, tetapi juga pelanggaran hukum humaniter internasional.”
Pasukan Israel menembaki posisi UNIFIL di Naqoura tempat pasukan penjaga perdamaian berlindung di dekat perbatasan, merusak sebuah kendaraan dan sistem komunikasi, imbuh Tenenti.
Tenenti mendesak semua pihak yang bertikai untuk melakukan gencatan senjata dengan mengatakan “tidak ada solusi militer, satu-satunya solusi adalah politik dan diplomatik.”
Sekitar 10 ribu pasukan penjaga perdamaian PBB dari 50 negara beroperasi di Lebanon selatan untuk melaksanakan resolusi PBB 1701 menyusul perang tahun 2006 antara Hizbullah dan Israel.
Duta Besar Israel untuk PBB Danny Danon menanggapinya dengan mengatakan: “Kami fokus pada upaya memerangi teroris Hizbullah. Dialog dan koordinasi kami dengan UNIFIL akan terus berlanjut di Lebanon selatan. Rekomendasi kami adalah UNIFIL pindah lima kilometer ke utara untuk menghindari bahaya karena pertempuran semakin intensif dan sementara situasi di sepanjang Garis Biru masih tidak stabil akibat agresi Hizbullah.”
Ia menambahkan, “Israel tidak ingin berada di Lebanon, tetapi akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk mengusir teroris Hizbullah dari perbatasan utaranya sehingga 70.000 penduduk kami, yang merupakan pengungsi di negara mereka sendiri, dapat kembali ke rumah mereka dengan aman.”
Sementara itu, para pelayat berkumpul pada hari Kamis untuk menghadiri pemakaman seorang wanita Israel yang tewas, bersama pasangannya, dalam serangan roket yang ditembakkan dari Lebanon ke Israel utara pada hari sebelumnya.
Pemakaman berlangsung di kota Beersheba di Israel selatan.
Revital Yehud, pasangannya Dvir Sharit, dan tiga anjing mereka tewas pada hari Rabu di kota Kiryat Shmona ketika roket menghantam rumah mereka, menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh juru bicara kota tersebut.
Kelompok militan Hizbullah di Lebanon telah menembakkan ratusan roket ke Israel dalam beberapa hari terakhir selagi Israel meningkatkan serangan udaranya di Lebanon dan terus bergerak maju dengan invasi darat.
Sebagian besar roket telah dicegat atau mendarat di area terbuka, tetapi rentetan serangan roket itu telah menjadi semakin gencar dan telah mencapai lebih dalam ke wilayah Israel, sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari.
Hizbullah mulai menembakkan roket, rudal, dan pesawat nirawak ke Israel setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 dari Gaza ke Israel yang memicu perang.
Hizbullah dan Hamas sama-sama bersekutu dengan Iran, dan Hizbullah mengatakan serangan itu untuk mendukung Palestina.
Israel membalas dengan serangan udara, dan konflik meningkat menjadi perang besar-besaran bulan lalu.
imbcnews/ant/voa/diolah/