Oleh H. Anwar Abbas *]
Kata dan janji Soekarno, sebagai salah seorang pendiri negeri ini, pernah menyampaikan dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945. Suatu pidato sangat perlu kita dengar dan wujudkan masyarakat yang sejahtera,
Beliau menyatakan dengan tegas, jika negeri ini telah terbebas dari penjajah maka “tidak akan ada kemiskinan di dalam Indonesia merdeka.” Hanya sajai apa yang kini terjadi ? Setelah 77 tahun lebih kita merdeka, yang namanya kefakiran dan kemiskinan masih saja tampak dengan jelas.
Hal tersebut dapat dilihat dengan mata telanjang. Bahkan, menurut data, pada September 2022 lalu, jumlah rakyat miskin di negeri ini masih pada kisaran 26,36 juta . Ini, angka yang sangat besar menurut konstitusi seperti terdapat dalam pasal 34 UUD 1945 karena harus dipelihara dan atau dientaskan oleh negara.
Pemerintah sebagai yang diamanati untuk penanggulangan kemiskinanitu, telah berusaha; Bahkan MENPAN-RB menyatakan dana yang dianggarkan pemerintah untuk pengentasan kemiskinan ada sekitar Rp500 triliun yang keberadaannya di berbagai kementrian dan lembaga.
Cuma, disayangkan kalau pendaya-gunaan dananya tidak efektif dan tidak efisien, karena banyak habis untuk hal-hal yang tidak berhubungan langsung dengan usaha pengentasan kemiskinan.
Meski pun Presiden Jokowi sudah memberikan arahan yang jelas agar penggunaan dana tersebut harus bisa langsung dirasakan oleh rakyat, akan tetapi fakta lapangannya melenceng dari arahan presidan.
Instruksi dan arahan Presiden tidak dilaksanakan oleh bawahannya dengan sebaik-baikya. Jadi, disebabkan terjadinya tidak tepat sasaran dalam penentasa kemiskinan, mimpi Bung Karno dan Bung Hatta tampaknya masih saja berupa mimpi.
Indonesia belum dapat mewujud dengan sebenarnya, meski pun republic ini secara d facto dan yuridis diakui dunia sebagai negara merdaka. Kegagalan yang diimpikan Bung Karno dan Bung Hatta, karena sikap dan mentality dari para pemimpin dan pejabat di negeri ini, sejak dahulu sampai sekarang, masih saja belum berubah.
Hal itu dapat difahami, karena seperti dikatakan Bung Hatta bahwa praktik korupsi di negeri ini sudah menjadi budaya. Kasihan sekali nasib bangsaku dipimpin oleh para pemimpin dan pejabat yang tidak amanah.
*] Penulis, adalah Wakil Ketua Umum Majelis ‘Ulama Indonesia (MUI)