IMBCNEWS AP/ Jakarta | UNRWA bersiap mempublikasikan laporan investigasi tentang penyiksaan dan pelecehan seksual yang dilakukan tentara Israel terhadap ratusan tahanan Palestina. Para tahanan itu dengan kepala dan mata ditutup rapat, sementara tangan dan kaki diikat dan dimasukkan dalam truk-truk tentara Israel bagaikan batu dan kayu.
Laporan itu menanggapi adanya isyu misi PBB yang mengunjungi Israel mengkonfirmasi laporan sebelumnya tentang aksi kekerasan dan pelecehan seksual yang dilakukan kelompok militan Hamas ketika menyerang bagian selatan Israel pada 7 Oktober lalu.
Utusan Khusus Sekjen PBB Untuk Isu Kekerasan Seksual dalam Konflik Pramila Patten hari Senin (4/3) mengkonfirmasi laporan yang beredar sebelumnya bahwa telah terjadi aksi kekerasan, pelecehan seksual dan pemerkosaan terhadap warga Israel ketika kelompok militan Hamas melancarkan serangan pada 7 Oktober lalu.
“Berkenaan dengan para sandera yang dibawa ke Gaza, kami mendapatkan informasi yang jelas dan meyakinkan bahwa telah terjadi kekerasan seksual – termasuk pemerkosaan, penyiksaan seksual, perlakuan kejam, tidak manusiawi, dan merendahkan martabat – terhadap para tawanan. Kami juga memiliki alasan yang masuk akal untuk percaya bahwa kekerasan semacam itu mungkin masih berlangsung terhadap mereka yang masih ditawan.”
Seorang pria Palestina mengantar bantuan kemanusiaan dengan motor di tengah sejumlah warga Palestina yang juga berupaya mendapatkan bantuan di luar kantor UNRWA di Rafah, selatan Jalur Gaza, pada 3 Maret.
Tim yang beranggotakan sembilan pakar teknis itu datang ke Israel pada 29 Januari hingga 14 Februari lalu untuk bertemu dengan sejumlah pejabat di kementerian terkait di Israel dan mengkaji lebih dari 5.000 foto dan sekitar 50 jam petikan rekaman serangan Hamas. Patten mengatakan meskipun telah berupaya untuk melangsungkan pertemuan dengan penyintas kekerasan seksual yang dilaporkan, hingga meninggalkan Israel mereka tidak bertemu dengan satu pun penyintas.
Patten mengatakan pemerintah Israel bekerja sama penuh dengan mereka dan mendapati bahwa informasi yang diberikan “otentik dan tidak dimanipulasi.”
PBB Akui Terjadinya Kekerasan Seksual dalam Serangan Hamas
Direktur Eksekutif The Association of Rape Crisis Centers di Israel Orit Sulitzeanu pada hari Selasa (5/3) memuji laporan PBB itu.
“Asosiasi Pusat Krisis Perkosaan di Israel sangat gembira membaca laporan yang ditulis Pramila Patten. Ini adalah pertama kalinya sebuah badan internasional mengakui apa yang telah terjadi di Israel. Dunia menyangkal bahwa kekerasan seksual telah digunakan sebagai senjata perang. Ada penyangkalan yang mengerikan bahwa teroris Hamas benar-benar memperkosa, memperkosa beramai-ramai, dan memutilasi perempuan dan laki-laki. Ini adalah pertama kalinya dunia melihat bahwa ini adalah fakta yang mengerikan, fakta yang mengerikan.”
Tim PBB Juga Datangi Ramallah
Tim PBB itu juga mengunjungi Ramallah di Tepi Barat untuk mendengarkan langsung informasi tentang tuduhan kekerasan seksual yang dilakukan oleh pasukan keamanan dan pemukim Israel terhadap warga Palestina setelah 7 Oktober. Patten mengatakan mereka mendapatkan informasi dari beberapa narasumber tentang perlakuan kejam, tidak manusiawi, dan merendahkan martabat laki-laki dan perempuan Palestina yang ditahan.
Laporan Penyiksaan & Pelecehan Seksual atas Tahanan Palestina Siap Dirilis
UNRWA, badan bantuan PBB untuk warga Palestina, sedang bersiap untuk mempublikasikan sebuah laporan investigasi yang didasarkan pada kesaksian dari lebih dari 100 tahanan yang menuduh pasukan Israel melakukan penyiksaan.
Kepala UNRWA Philippe Lazzarini mengatakan, “Kami mendapati orang-orang Palestina yang dibebaskan dari penahanan, sebagian di antaranya ditahan selama beberapa minggu, lainnya selama beberapa bulan. Sebagian besar dari mereka kembali, benar-benar menunjukkan trauma yang luar biasa dengan apa yang mereka alami.
Orang-orang ini telah disambut kembali oleh keluarganya. Kami berupaya memberikan makanan, pakaian, dan apa yang disebut sebagai dignity kit (barang-barang untuk kebersihan dan sanitasi yang disesuaikan dengan kebutuhan warga lokal, terutama perempuan dan anak perempuan, dalam komunitas tertentu.red). Kami menunggu hingga mereka siap berbicara dan menceritakan apa yang mereka alami. Ada laporan internal UNRWA tentang apa yang mereka sampaikan pada kami. Laporan ini sekarang kami bagikan pada badan-badan HAM yang juga menyelidiki hal ini.”
Laporan yang belum dirilis itu, tetapi salinannya telah didapatkan oleh suratkabar New York Times, menuduh Israel telah melakukan penyiksaan terhadap ratusan warga Gaza yang ditangkap selama perang dengan Hamas.
Selain Lakukan Serangan, Israel Tangkap Ratusan Warga Gaza, Israel menyatakan perang terhadap Hamas setelah kelompok militan itu menyerang bagian selatan negara itu dan membunuh sekitar 1.200 orang. Hamas juga menculik sekitar 250 orang, yang sebagian telah dibebaskan dalam gencatan senjata November lalu.
Sejak saat itu pasukan Israel telah menangkap ratusan warga Palestina untuk mencari tersangka militan Hamas dan mengumpulkan informasi intelijen. Foto-foto sejumlah laki-laki berlutut dengan mata ditutup kain, kepala tertunduk dan tangan terikat, telah memicu kemarahan di seluruh dunia. Di bagian utara Gaza dan di selatan kota Khan Younis, tentara Israel mengumpulkan puluhan orang dari sekolah dan rumah sakit PBB, termasuk para petugas medis.
Associated Press melaporkan pernyataan militer Israel bahwa mereka memerintahkan para tahanan menanggalkan pakaian untuk mencari bahan peledak, dan kemudian membawa para tahanan ke wilayah Israel sebelum melepaskan mereka kembali ke Gaza jika dianggap tidak bersalah.
Laporan UNRWA ini didasarkan pada wawancara dengan lebih 100 dari 1.002 tahanan Palestina yang dibebaskan kembali ke Gaza pada pertengahan Februari lalu. Dokumen itu memperkirakan masih ada lebih dari 3.000 warga Gaza yang ditahan di penjara-penjara Israel tanpa akses pada pengacara. Temuan ini menggemakan laporan dari beberapa kelompok HAM Israel dan Palestina, dan penyelidikan terpisah oleh dua pelapor khusus PBB; yang semuanya menuduh terjadinya pelanggaran serupa di tempat-tempat penahanan Israel.
imbcnews/voa ind/AP/diolah/