IMBCNews, Jakarta | Mantan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra), Letjen (Purn) Ir. Azwar Anas tutup usia, Ahad (5/3/2023) pukul 11.48 WIB di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta.
Jenazah almarhum disemayamkan di rumah di Jalan Gedung Hijau Raya no.23 Pondok Indah Jakarta Selatan. Almarhum akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Senin 6 Maret 2023.
Azwar Anas pernah menjabat sebagai Menteri Perhubungan Indonesia pada Kabinet Pembangunan V (1988–1993) dan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat pada Kabinet Pembangunan VI (1993–1998) era Presiden Soeharto.
Sebelumnya ia menjabat sebagai Gubernur Sumatra Barat selama dua periode (1977–1987). Dia juga pernah menjadi Ketua Umum PSSI.
Azwar Anas lahir pada 2 Agustus 1931 di Padang yang ketika itu merupakan bagian dari Keresidenan Sumatra Barat, Hindia Belanda. Azwar adalah anak ketiga dari pasangan Anas Malik Sutan Masabumi dan Rakena Anas.
Ayahnya masih memiki garis keturunan dengan Raja Pagaruyung terakhir, yakni Sutan Bagagarsyah, bekerja sebagai kepala perbengkelan kereta api di Simpang Haru, Padang. Sementara ibunya yang hanya tamatan SD berasal dari Koto Sani, Solok.
Azwar ejak kecil dibesarkan dalam keluarga yang taat melaksanakan ajaran Islam dengan didikan ayah yang berwatak keras tetapi disiplin dan didampingi ibu yang senantiasa mengayomi dan memberikan nasihat akan pentingnya agama dan tanggung jawab
Azwar menghabiskan masa kecilnya bersama keluarganya di Mato Aie dalam sebuah rumah yang dibangun di pinggang bukit di tepi Jalan Raya Padang–Teluk Bayur.
Dia bersama kakak dan adiknya tidak dimasukkan ke sekolah-sekolah Belanda, melainkan dimasukkan ke HIS Adabiyah School, sebuah sekolah agama yang didirikan oleh Abdullah Ahmad pada tahun 1909.
Azwar meneruskan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi yakni masuk ke sekolah bentukan Jepang yang disebut Chu Gakko.
Pada masa awal kemerdekaan RI, Azwar dan keluarganya pindah ke Bukittinggi. Di sana, dia dimasukkan ke SMP Negeri 1 Bukittinggi, tetapi kemudian pindah ke SMP Negeri 3 Bukittinggi. Setelah tamat, ia masuk ke SMA Negeri 1 Bukittinggi.
Keluarganya sempat pindah ke Barulak, Tanah Datar, kemudian setelah gencatan senjata diberlakukan di Sumatra Barat pada 19 Agustus 1948, keluarganya kembali pindah ke Padang.
Azwar lalu bersekolah di SMA Permindo (kini SMA Negeri 1 Padang) sampai tamat pada tahun 1951. Setelahnya Azwar merantau ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikannya.
Sesampai di Jakarta, pada awalnya ia hanya bekerja sebagai petugas kebersihan di Balai Penyelidikan Kimia di Bogor. Kemudian dalam tahun-tahun berikutnya, ia menjadi asisten seorang insinyur bernama Ir. Dufont setelah membantunya membangun sebuah laboratorium di Burangrang, Bandung.
Sambil bekerja, Azwar juga memperoleh beasiswa dari Departemen Perindustrian saat itu untuk mengikuti pendidikan kimia di Fakultas Teknik Universitas Indonesia di Bandung, yang kini menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB).
Awalnya Azwar berencana menjadi dosen tetap di almamaternya. Namun pada 1959 Anas bersama ratusan sarjana diperintahkan mengikuti wajib militer oleh pemerintah menyusul diberlakukannya status keadaan bahaya darurat perang. Ia menjalani latihan pendidikan militer di Sekolah Perwira Cadangan (Sepacad) di Bogor selama enam bulan hingga 1960.
Ia lulus dan dilantik Presiden Soekarno sebagai letnan satu dalam upacara militer di Bogor. Para lulusan diberi dua pilihan yaitu aktif masuk militer atau kembali ke pekerjaan semula. Azwar memilih untuk bergabung dengan militer. (Kadar Santoso)