IMBCNEWS Jakarta Mulai 1 Juli, pemerintah Australia akan memberi tambahan dua tahun bagi visa lulusan untuk mereka yang menyelesaikan pendidikan universitas dari jurusan tertentu.
Mereka yang masuk dalam daftar jurusan yang keterampilannya dibutuhkan di Australia akan mendapatkan tambahan perpanjangan visa dua tahun, demikian dilansir ABC Australia – Indonesia, pada Rabu.
Artinya mereka yang lulus S1 akan mendapatkan visa tambahan dari dua tahun menjadi empat tahun, sementara untuk lulusan S2 dari tiga tahun menjadi lima tahun, dan lulusan S3 menjadi enam tahun dari empat tahun. Ketentuan lainnya bisa didapatkan di sini.
Yohanes Puraditya, 24 tahun, baru saja menyelesaikan gelar MBA dari University of Technology Sydney (UTS) jurusan Teknik Industri dan sekarang sedang mencari pekerjaan di Australia.
Adit, nama panggilannya, saat ini sudah memiliki visa 485 yang akan berlaku tiga tahun yang didapatkannya beberapa pekan lalu.
Visa 485 atau ‘Temporary Graduate Visa’ adalah jenis visa yang diberikan kepada mahasiswa internasional yang lulus dari pendidikan di Australia untuk bisa bekerja sesuai dengan masa visanya tanpa batasan jam kerja.
“Saya sekarang sedang mencari pekerjaan yang sesuai dengan bidang pendidikan saya, saat ini kecenderungannya adalah di Australia, walau juga kalau ada lowongan di Indonesia saya tetap akan mempertimbangkan,” kata Adit.
Adit mengatakan sudah mengetahui pengumuman terbaru yang dikeluarkan bersama oleh Menteri Pendidikan Australia Jason Clare dan Menteri Dalam Negeri Claire O’Neil yang dikeluarkan pekan lalu soal masa perpanjangan visa 485.
Kedua menteri mengatakan perpanjangan masa visa bagi lulusan Australia diharapkan bisa menutupi kekurangan tenaga kerja.
“Kita menjadi negara kedua tertinggi yang memiliki kekurangan tenaga terampil di kalangan negara maju menurut OECD. Kekurangan tenaga tampak di mana-mana,” demikian bunyi pernyataannya.
“Kita sudah mengajar dan melatih para tenaga terampil ini. Sekarang mereka bisa tinggal lebih lama dan menggunakan keterampilan yang mereka peroleh di Australia untuk mengisi kekurangan yang kronis saat ini.”
Ingin mendapat pengalaman internasional
“Paling utama bagi saya adalah pengalaman internasional karena hal tersebut cukup tinggi di sini,” katanya.
“Jadi selain nantinya ada pengalaman kerja profesional, kalau ada tambahan pengalaman internasional tentu lebih baik bagi saya.”
Adit mengaku sejauh ini ia merasa optimistis bisa mendapatkan pekerjaan di Australia.
“Saya sudah berbicara dengan teman-teman di Sydney dan di Indonesia, mereka bilang ya sekitar 4-6 bulan untuk dapat kerja,” ujarnya.
Tapi ia juga menyadari kesulitan yang juga akan dialaminya, seperti lulusan Australia lainnya, yakni mendapat penolakan.
Salah satu hal yang didengarnya adalah perusahaan di Australia enggan mempekerjakan mereka yang memiliki visa dengan waktu terbatas.
“Saya berharap bisa bekerja di sini, namun dalam waktu bersamaan, juga tidak terlalu berharap. Kalau tidak memungkinkan ya saya akan mencari kerja di Indonesia,” kata Adit.
“Saya akan berusaha memaksimalkan pengalaman studi dan kerja di Australia dan nanti setelah itu saya akan pulang ke Indonesia dan mengabdikan ilmu saya di sana,” katanya.
Adanya perpanjangan masa bagi visa 485 ini juga akan dimanfaatkan Mustafa Kemal asal Surabaya, termasuk untuk bisa mendapatkan status penduduk tetap di Australia.
Kemal, nama panggilannya, tahun lalu menyelesaikan pendidikan S2 di bidang IT dari Deakin Unversity di Melbourne. Sekarang ia bekerja di bidang IT di Monash University.
Bidang studi dan kemampuannya masuk dalam daftar yang saat ini dibutuhkan Australia, sehingga Kemal akan bisa tinggal setidaknya lima tahun.
“Menurut saya [keputusan] ini sih bagus karena kita punya waktu lebih lama untuk mengumpulkan angka untuk bisa mendapat status PR dan juga untuk mendapat pengalaman kerja.”
“Pekerjaan di bidang IT juga masuk dalam lapangan kerja yang dibutuhkan dan bagian dari persyaratan PR,” katanya.
Tapi mengingat peraturan visa di Australia kerap berubah-ubah, Kemal mengatakan dia “tidak akan melewatkan momentum ini” dan akan memanfaatkan sebaik-baiknya perpanjangan waktu yang ia miliki sekarang untuk mewujudkan cita-citanya menetap di Australia.
Syafia Astari baru saja diwisuda bulan Oktober 2022 setelah menyelesaikan pendidikan S1 di bidang psikologi di Melbourne, bidang yang juga saat ini masuk dalam daftar.
“Saya sekarang mulai mencari pekerjaan kantoran di Melbourne, yang berhubungan dengan latar belakang pendidikan saya di bidang psikologi, seperti Personalia,” katanya kepada ABC.
Syafia mengatakan akan mencurahkan perhatian sepenuhnya untuk bisa bekerja di Australia dan perpanjangan visa menjadi empat tahun setelah lulus akan membantunya.
“Pendapatan di sini lebih tinggi, jadi saya akan berusaha mencari kerja di sini dan mudah-mudahan dalam empat tahun saya bisa bertumbuh dan kemudian pindah ke posisi lain di perusahaan,” katanya lagi.
Tapi tak semua ingin tinggal di Australia
Ryan hendricks Deakin
Ryan Hendricks memutuskan kembali ke Indonesia untuk membuka usaha sendiri.(Koleksi pribadi)
Sementara itu, Ryan Hendricks asal Sulawesi Selatan yang baru saja menyelesaikan pendidikan dengan jurusan bisnis proyek manajemen mengatakan tidak mengambil visa lulusan tersebut.
Awalnya ia ingin membuka bisnis sendiri di Australia, tapi sekarang ia merasa ada tantangan besar untuk mewujudkannya.
“Sekarang saya memutuskan untuk kembali buat bisnis sendiri namun sementara saya membantu menjalankan bisnis orangtua saya di Makassar,” katanya kepada ABC.
Ryan menyadari keputusan pemerintah Australia untuk memperpanjang visa kelulusan tersebut adalah karena negeri ini butuh tenaga kerja lebih banyak.
Namun menurutnya di saat bersamaan, membangun karir sangtlah kompetitif, terutama di kota-kota besar Australia, seperti di Melbourne.
“Masalah yang belum terselesaikan bagi mahasiswa asing yang datang adalah sebagian masih mengalami kesusahan menemukan pekerjaan yang mereka inginkan, apalagi di bidang studi yang mereka pelajari,” katanya.
Selain perpanjangan masa visa bagi lulusan Australia, Pemerintah Australia juga mengumumkan jumlah jam kerja bagi mahasiswa internasional akan dibatasi lagi mulai Juni tahun 2023.
Sebelumnya PM Scott Morrison bulan Januari lalu melonggarkan pembatasan jam kerja mahasiswa asing, dari sebelumnya hanya 40 jam per pekan, menjadi tidak terbatas. Namun mulai 1 Juli 2023, jumlah jam kerja bagi mahasiswa internasional kembali dibatasi menjadi 48 jam per pekan.
imbcnees/abc/diolah/